Liga Indonesia
Naik Turun Hidup Eka Ramdani dan Karier di Persib Bandung: Dielukan Hingga Dibenci Bobotoh
Pesepakbola Eka Ramdani mengejutkan banyak pihak karena keputusannya mengakhiri karier dan tak lagi merumput. Karier dan hidupnya naik turun.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM, BANDUNG - Pesepakbola Eka Ramdani mengejutkan banyak pihak karena keputusannya mengakhiri karier dan tak lagi merumput.
Ia memutuskan gantung sepatu setelah selesai kontrak bersama tim Maung Bandung habis musim kompetisi ini.
Pemain ini mengawali karier sepak bola profesional bersama Persib Bandung pada 2003.
Eka Ramdani termasuk pemain mentereng, selalu menjadi andalan bagi timnya sebagai pengatur lini tengah.
Di masa jayanya, Eka Ramdani pernah memperkuat timnas U 16, U 19, U 21, U 23, dan timnas senior.
Pemilik nomor 80 di tim Maung Bandung ini mengaku, saat ini masih ada kewajibannya sebagai pemain Persib Bandung.
Berikut TribunJakarta.com himpun sejumlah fakta tentang Eka Ramdani.
Putuskan pensiun 2018
Eka Ramdani lahir di Purwakarta pada 18 Juni 1984.
Besar dan pensiun dari karier sepak bola di klub yang sama, Persib Bandung.
"Setelah kontrak bersama Persib Bandung selesai, berencana tidak melanjutkan karier sebagai pemain sepak bola," ujar Eka Ramdani, di Lapangan Lodaya, Kota Bandung, (29/12/2018).
Eka Ramdani enggan menyebutkan alasannya gantung sepatu.
Ia menghormati kontrak dengan tim Pangeran Biru yang belum selesai dan menyisakan beberapa bulan lagi.
"Sekarang saya ingin menyelesaikan kewajiban saya dengan Persib Bandung, alasannya nanti saja," ujar dia sambil tersenyum.

Kapten Persib Bandung
Bakat sepak bola Eka Ramdani terlihat sejak remaja dan ia harus meninggalkan kampung halamannya untuk menimba ilmu di SSB UNI, Ciwastra, Kota Bandung.
Keputusan Eka Ramdani hijrah ke Bandung berbuah manis.
Belum genap berusia 20 tahun, ia sudah dipercaya membela Persib Bandung.
Kedatangan pelatih asal Polandia Marek Andrezj Sledzianowski membuatnya hijrah ke Persijatim Solo FC pada 2003.
Di tim yang kini berganti menjadi Sriwijaya FC ini Eka Ramdani menunjukkan tajinya.
Dua tahun berselang, Indra Thohir membawa Eka Ramdani kembali pulang ke Persib Bandung.
Sejak saat itu Eka Ramdani mulai menghuni lini tengah Persib Bandung.
Ia pernah menjadi sosok yang tak tergantikan seperti dilansir Tribun Jabar dalam artikel Catatan Eka Ramdani di Persib Bandung, Toko Disegel Hingga Gol Tak Terlupakan ke Gawang Persija.
Kemampuannya membaca permainan dan mengirim umpan menjadi andalan Maung Bandung.
Setelah Suwita Pata pensiun, ban kapten Persib Bandung melingkar di tangan Eka Ramdani.
Distro disegel bobotoh
Tak hanya sepak bola, Eka Ramdani juga sempat merambah bisnis.
Merek ER8 dibuatnya untuk produk kaus.
Tokonya waktu itu ada di Jalan LLRE Martadinata.
Laman wikipedia mencatat Eka Ramdani memainkan laga ke-100-nya di liga bersama Persib Bandung ketika melawan Deltras Sidoarjo pada 30 Mei 2009.
Tak hanya di dalam lapangan, di luar lapangan Eka Ramdani kerap menjadi panutan.

Bobotoh mengabadikan diri di depan distro Eka Ramdani yang disegel di Jalan Riau 199, Bandung, Rabu (21/9/2011). Pembawaannya yang kalem dan tak neko-neko membuat Eka Ramdani menjadi idola banyak orang.
Sayang, kebersamaan pemain yang akrab disapa Ebol ini bersama Persib Bandung terhenti di tahun 2011.
Ketika itu Eka Ramdani memilih hijrah ke Persisam Putra Samarinda.
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, termasuk bobotoh.
Toko ER8 sempat menjadi sasaran vandalisme.
Atribut bergambar Eka Ramdani dibakar dan tokonya disegel.
Intinya Eka Ramdani menjadi public enemy bobotoh saat itu.
Main di sejumlah klub
Di musim-musim selanjutnya Eka Ramdani sempat membela Pelita Bandung Raya, Semen Padang, Sriwijaya FC, dan Persela Lamongan.
Musim lalu, Mario Gomez membawa Eka Ramdani pulang.
Ia kembali ke Persib Bandung dan memilih nomor punggung 80.
Eka Ramdani tercatat bermain di 14 pertandingan dengan waktu bermain 404 menit.
Dari sekian waktu petualangannya bersama Persib Bandung mungkin hanya satu yang kurang. Gelar juara.

Kini, Eka Ramdani telah memutuskan untuk pensiun dari lapangan hijau.
Keputusan yang lagi-lagi mengejutkan banyak pihak.
Apapun keputusan yang diambil, Eka Ramdani tetap akan selalu diingat oleh bobotoh.
Apalagi golnya ke gawang Persija Jakarta di Stadion Siliwangi tahun 2007.
Musibah datang beruntun
Musibah pada 2014 menjadi momentum bagi Eka Ramdani untuk memutuskan berhijrah.
Pria berpostur mungil ini sempat merasakan hidupnya terpuruk setelah rumah dan mobilnya terjual untuk menutupi utang usahanya.
Musibah kembali menimpa Eka Ramdani saat memperkuat Pelita Bandung Raya (PBR).
Ia harus menjalani operasi karena ligamen engkelnya putus.
Hal itu terungkap dalam ceritanya kepada Tribun Jabar dalam artikel: Gelandang Persib Bandung, Eka Ramdani Gantung Sepatu.
Menjadi pesepakbola yang dielu-elukan banyak orang karena prestasi dan karirenya yang sangat gemerlang ternyata bukanlah suatu kebahagiaan bagi Eka Ramdani.
Ayah empat anak ini sempat menjadi pesebakbola profesional dengan gaji yang cukup besar.
Di balik itu semua tak menjamin kehidupan Eka Ramdani dan keluarga akan terus sejahtera.
Mulai dari kehilangan mobil, rumah, hingga absen dari pertandingan karena cedera dilaminya lumayan parah.
"Tahun 2014 awal momentum saya menjadi seperti ini. Saat mendapatkan musibah saya pulang ke Purwakarta dan sering menyendiri dan bermuhasabah di kamar," ujar Eka ramdani satu waktu kepada Tribun Jabar.
Di Masjid Al Hidayah, Jalan Saledri, Keluarahan Lingkar Selatan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung saat itu, Eka Ramdani bercerita sudah mulai merasakan hal tak beres dalam hidupnya.
Kejadian itu bermula saat ia masih masih memperkuat Mitra Kukar.
Saat di Kalimantan, Eka sudah sering menyendiri.
Ia merenungkan hidupnya mulai dari keluarga, usaha, hingga kariernya.
"Peristiwa musibah ini tidak beruntun. Sebetulnya dari tahun 2012, nah puncaknya di 2014. Rumah, mobil kejual, toko disegel. Parahnya saya cedera yang harus menyebabkan saya menjalani operasi. Mungkin saat itu adalah proses penjemputan hidayah," kata Eka.
Pergolakan batin
Setelah kejadian itu, Eka baru mulai terbesit untuk mencari guru ngaji.
Ia diajak temannya untuk mempelajari ilmu tasawuf.
Hampir selama dua tahun ia mendalami tasawuf ,berzikir dengan metode Fii Qolbi (dalam hati).
Eka Ramdani merasakan ketenangan.
Pelan-pelan ia mulai mengikuti kajian-kajian keislaman.
Lewat kajian rutin ia menemukan tuntunan hidup sebenarnya, hidup sesuai sunah Nabi Muhamamad SAW.
"Saya meninggalkan zikir itu (Ilmu Tasawuf). Karena ternyata ada yang berbenturan dengan sunahnya nabi. Pas dari situ saya mulai menemukan ketenangan hidup.
Tapi dari zikir tasawuf itu, saya mengambil hikmahnya. Bahwa zikir itu penting. Metode untuk selalu berzikir. Tapi untuk sekarang lebih ke sunah nabi," ucap Eka Ramdani.
Hijrahnya Eka tentu saja mendapat dukungan dari keluarga.
Ayah yang juga ustaz di Purwakarta terus mendorong Eka Ramdani menjadi pribadi yang baik.
Nasihat-nasihat ayahnya selalu ia aplikasikan di hidupnya sekarang.
Menjauhi riba
Setelah berhijrah, Eka menyadari hidupnya dikelilingi riba.
Mulai dari asuransi jiwa keluarganya, leasing, hingga cicilan rumah yang kedua.
Itulah yang diakui Eka penyebab dari semua musibah yang diujikan Allah kepadanya dan keluarga.
"Alhamdulillah saya tersadarkan setelah saya ikut komunitas kajian anti riba. Dan saya sadar saya salah," kata dia.
Saat kesulitan dan musibah melanda, Eka Ramdani tak mendapatkan pertolongan dari siapapun.
Banyak orang yang dikenalnya tidak dapat memberikan pertolongan, semisal untuk melunasi utang-utangnya.
"Oh iya, yang saya ingat waktu itu utang saya hanya sekitar Rp 100 juta ke garmen. Anehnya, saya sampai jual mobil dan rumah yang saya beli cash. Salahnya, sisa uang dari jual rumah dan mobil itu bukannya saya lunasi ke cicilan rumah kedua," ucap dia.
"Tapi justeru malah buat beli tanah di Purwakarta. Masih dalam lingkup riba ini yang ternyata menguras semua harta yang saya punya," kata dia.
Bertemu Supardi Nasir
Setelah berhijrah dan kembali bergabung Persib Bandung, Eka semakin semangat.
Penggawa Persib Bandung saat itu banyak yang sudah berhijrah, satu di antaranya Supardi Nasir.
Supardi menurut Eka sosok yang religius jauh sebelum ia mengenalnya.
"Dia panutan saya. Dulu saya sebelum hijrah kalau salat tidak tepat waktu. Salat mah salat. Cuma waktu pas tepat jarang sekali. Alhamdulillah sekarang ada alarmnya," ucap dia.
Kini ia semakin merasa tenang setelah berhijrah.
Dekat dengan Allah membuat Eka Ramdani tak khawatir atas karier dan rezekinya.
Walau pada 2015 Eka Ramdani sempat berpikiran untuk menyudahi kariernya di dunia sepakbola. Tapi seorang mubalig menasihati Eka Ramdani tetap meneruskan kariernya.
"Nasihat itu saya ingat. Setiap muslim memiliki jalan sendiri untuk berdakwah. Mungkin di sepakbola ini saya bisa turut berdakwah. Di Sepakbola saya kini lebih mengganti niat bukan duniawi yang saya kejar seperti gaji, karir, atau ketenaran. Tapi syiar dan dakwahnya yang saya kejar. Medianya sepakbola," ucap dia.
Terkait banyaknya Bobotoh yang sudah mulai banyak berhijrah, Eka Ramdani mengatakan itu adalah merupakan kasih sayang Allah.
Tak semua orang akan mendapat hidayah dari Allah SWT untuk kembali ke jalan yang benar.
"Alhamdulillah Bobotoh banyak yang berhijarh. Semoga ini membawa dampak yang baik bagi Bobotoh dna juga Persib Bandungnya. Semoga semuanya diridoi Allah SWT," kata Eka. (Tribun Jabar)