Bripka Matheos BKO Densus Tewas di Makam: Jago Tembak dan Pernah Tumpas GAM
Sederet fakta terungkap tentang Bripka Matheos, anggota Densus 88, yang tewas dengan luka tembak di kepala.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Setelah mengantarkan handphone, Nia kembali ke rumah, sementara Matheos masih di Mapolsek Pancoran Mas sambil ngopi.
"Bapak handphonenya ketinggalan, disuruh minta anterin putri yang juga istri saya ke Polsek. Setelah itu istri saya langsung pulang lagi," ujarnya.
Mengenai kondisi fisik kakek satu cucu itu, Angger menyebut Matheos jarang diterpa sakit dan memiliki daya tahan tubuhnya kuat.
Bila sakit dia tetap memilih menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat, sementara di lingkungan dia gemar bersosialisasi dengan warga sekitar Kampung Bambon.
"Bapak itu orangnya kuat dan jarang sakit. Sebelum kejadian ibu sempat kerokin badan bapak karena kurang enak badan. Biar sakit bapak tetap masuk kerja, orangnya sangat disiplin dan suka mengajak bermain anak-anak lingkungan di rumah," tuturnya.
Pernah tumpas GAM
Bripka Matheos pernah dikirim ke Aceh pada tahun 2001 untuk operasi penanganan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
Tugas itu membuat pangkat Bripka Matheus di Polri naik dalam waktu yang cepat.
"Pangkat itu sebenarnya bapak itu naiknya cepet mas. Bapak itu dikirim ke Aceh tahun 2001 waktu GAM," ungkap Angger.
Menurut Angger, jika tidak begitu ayah mertuanya itu tak akan sampai berpangkat Bripka.
"Kalau bapak nggak dikirim ke Aceh Bapak sekarang bukan Bripka. Paling baru bengkok dua," ia menambahkan.
Jago tembak jadi anggota Sensus 88
Bripka Matheos kelahiran Nusa Tenggara Barat, sempat memberitahu menantunya jika ia diperbantukan ke Densus 88 Antiteror Polri sekitar setahun lalu.
"Tahun lalu saya diajak masuk ke kamar. Ditunjukkin senjatanya. Bapak bilang 'Saya pindah ke Densus mas, tapi mas jangan bilang siapa-siapa,'" beber dia.
Angger dan keluarga sempat khawatir mendengar kabar tersebut, karena pasti tugasnya akan lebih berat.
Menurut Angger, sejumlah prestasi Bripka Matheos di antaranya dalam kejuaraan menembak di Polda Metro Jaya, Mabes Polri.
Inilah yang membuat Bripka Matheos diajak bergabung dalam Densus 88 Antiteror.
"Bapak berprestasi, sering menang lomba tembak di tingkat Polda dan Mabes. Senjata api yang dibawa bapak sekarang juga baru, saya enggak tahu jenisnya tapi kayaknya pistol. Warna hitam dop, masih baru," ujar dia.
Meski khawatir, keluarga besar hanya mendoakan Bripka Matheos diberi keselamatan.
Meski sakit Matheos tetap bertugas seusai perintah, pun saat Hari Raya Idul Fitri, dia terpaksa tak dapat merayakan bersama keluarga karena harus bertugas.
"Dedikasi bapak sudah enggak perlu dipertanyakan. Tujuh kali lebaran itu hari pertama lebaran pasti bertugas, jadi bawa baju salin segala macam. Biasanya baru ketemu keluarga di hari ketiga," tutur dia.
Angger berharap polisi lekas merampungkan hasil penyidikan bagaimana Matheos sampai bisa tewas dengan luka tembak dari kanan ke kiri di kepala.
Pasalnya hingga kini pihak keluarga hanya mengetahui Matheos sebab meninggal secara medis, belum secara kronologis.
"Jika memang ada temen-temen bapak atau polisi yang sedang menangani kasusnya bisa memberikan informasi ke pihak keluarga terkait kematian bapak sendiri. Jangan sampai ada pikiran spekulatif yang tidak-tidak di dalam keluarga," harap Angger. (TribnJakarta.com/Tribunnews.com)