Keluarga Sempat Khawatir Saat Bripka Matheos Diperbantukan ke Densus 88 Anti-Teror
Sebelum diperbantukan atau Bantuan Kendali Operasi (BKO), Angger menuturkan Matheos tercatat sebagai personel Polsek Pancoran Mas.
Penulis: Bima Putra | Editor: Erlina Fury Santika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, BOJONGGEDE - Keluarga besar mendiang Bripka Matheos mengaku sempat khawatir saat mengetahui pria kelahiran Nusa Tenggara Barat itu diperbantukan ke Densus 88 Anti Teror Mabes Polri sekitar satu tahun lalu.
Ditemui di rumah duka, Kampung Bambon RT 02/RW 06 Desa Ragajaya, Kabupaten Bogor, menantu Matheos, Angger Aprinda (30) mengatakan almarhum sempat memberitahuka bahwa dia mendapat tugas yang lebih berat.
"Tahun lalu saya diajak masuk ke kamar. Ditunjukkin senjatanya, bapak bilang 'Saya pindah ke Densus mas, tapi mas jangan bilang siapa-siapa'. Sempat khawatir juga pas dikasih tahu, karena tugasnya kan lebih berat," kata Angger di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Selasa (1/1/2019).
Sebelum diperbantukan atau Bantuan Kendali Operasi (BKO), Angger menuturkan Matheos tercatat sebagai personel Polsek Pancoran Mas.
Menurutnya, sejumlah prestasi dalam kejuaraan tembak yang digelar di Polda Metro Jaya, Mabes Polri membuat kakek satu cucu itu diajak bergabung dalam Densus 88 Anti Teror.
"Bapak berprestasi, sering menang lomba tembak di tingkat Polda dan Mabes. Senjata api yang dibawa bapak sekarang juga baru, saya enggak tahu jenisnya tapi kayaknya pistol. Warna hitam dop, masih baru," ujarnya.
Meski khawatir, keluarga besar hanya dapat mendoakan keselamatan Matheos mengingat loyalitas dan dedikasi atas pekerjaan sejak lama tak perlu diragukan.
Meski sakit Matheos tetap bertugas seusai perintah, pun saat hari raya Idul Fitri, dia terpaksa tak dapat merayakan bersama keluarga karena harus bertugas.
"Dedikasi bapak sudah enggak perlu dipertanyakan. Tujuh kali lebaran itu hari pertama lebaran pasti bertugas, jadi bawa baju salin segala macam. Biasanya baru ketemu keluarga di hari ketiga," tuturnya.
Mengingat semua loyalitas yang telah dicurahkan kepada negara itu Angger berharap polisi lekas merampungkan hasil penyidikan bagaimana Matheos sampai bisa tewas dengan luka tembak dari kanan ke kiri di kepala.
Pasalnya hingga kini pihak keluarga hanya mengetahui Matheos sebab meninggal secara medis, belum secara kronologis.
• 6 Fakta Bripka Matheos Tewas Akibat Luka Tembak di Kepala, Keluarga Yakin Bukan Bunuh Diri
• Tewas Akibat Luka Tembak, Bripka Matheos Dikenal Miliki Loyalitas Tinggi Terhadap Pekerjaan
• Kelurga Yakin Bripka Matheus Tak Tewas karena Bunuh Diri
"Jika memang ada temen-temen bapak atau polisi yang sedang menangani kasusnya bisa memberikan informasi ke pihak keluarga terkait kematian bapak sendiri. Jangan sampai ada pikiran spekulatif yang tidak-tidak di dalam keluarga," harap Angger.
Pihak keluarga juga yakin Matheos tak bunuh diri saat ditemukan terkapar bersimbah darah di TPU Mutiara, Pancoran Mas pada Senin (31/12/2018) sekira pukul 18.30 WIB.
Meski tak pernah menceritakan tugasnya kepada keluarga, Angger menjelaskan mertuanya itu tak sedang memiliki masalah medis, keuangan, atau cek-cok dengan rekan kerja.
"Kita tidak percaya kalau bapak bunuh diri. Karena selama ini dalam keluarga bapak tidak pernah ada masalah, cek-cok apalagi masalah ekonomi semua baik saja," lanjut dia.
Mengenai dugaan bahwa senpi Matheos terletak di sisi kiri jasad, Angger mengatakan almarhum selalu menempatkan barang itu di pinggang belakang kanan, bukan kiri.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono juga menegaskan Matheos tidak kidal, namun dia tak membantah atau membenarkan bila senpi terletak di sisi kiri saat jasadnya ditemukan warga.
"Kan bisa saat ditemukan jenazah digeser. Posisi senjata api Bripka Matheos saat jasadnya ditemukan ada di bawah badan," ucap Argo.
Sementara Kepala Operasional RS Polri Kombes Pol Edi Purnomo menjelaskan bila peluru yang menewaskan Matheos melesat dari kanan ke kiri.
"Luka tembak tembus di kepala dari kanan ke kiri. Lukanya hanya satu saja," jelas Edi.