Kondisi Fisik Jadi Alasan Wanita 50 Tahun Ini Tak Lagi Berkeliling Sambil Gendong Bakul Jamu
Ani mengatakan bahwa penikmat jamu tradisional saat ini masih cukup banyak.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji
Sedangkan untuk jamu bungkusan ia membelinya dari toko jamu yang ada di pasar.
Ibu tiga anak ini membuat jamu pada malam hari sepulangnya ia berkeliling. Adapun ia berkeliling di kawasan Srengseng dua kali sehari yakni pada pagi dan sore hari.
"Sehari dua kali kelilingnya ke daerh sini aja (Srengseng). Kalau pagi dari jam 07.00 sampai 10.00 WIB. Kalau sore dari jam 15.00 WIB sampai Maghrib. Malamnya baru saya buat jamu," kata Ani.
Selain membawa botol-botol berisi jamu, Ani juga membawa telur ayam kampung untuk campuran jamu dan juga kacang yang menjadi cemilan setelah meminum jamu.
Ani mengatakan bahwa penikmat jamu tradisional saat ini masih cukup banyak.
Tak heran, setiap harinya dagangan jamunya ini selalu habis terjual.
Namun, ia enggan menyebutkan berapa omzet yang didapatnya setiap hari dari berjualan jamu tradisional ini.
"Alhamdulilah setiap hari habis semua karena kan saya bawanya juga enggak terlalu banyak. Jadi yang penting habis aja enggak ada yang kebuang, kalau pendapatannya mah enggak nentu namanya dagang begini," kata Ani.