Pilpres 2019
Polemik Pelarangan Prabowo Salat Jumat di Masjid Agung Kauman, Sudirman Said: Saya Prihatin
Ia mengatakan Indonesia saat ini sudah sangat toleran. Perbedaan pilihan politik tidak sampai menghambat orang lain beribadah.
Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kubu Prabowo-Sandi menyayangkan adanya keberatan dari Takmir Masjid Agung Kauman kepada Prabowo untuk menunaikan ibadah salat Jumat di Masjid tersebut.
Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said bahkan mengatakan pelarangan tersebut mengingatkan pada kehidupan beragama di Indonesia pada era 1960-an.
“Saya prihatin dengan kejadian ini, mengingatkan pada masa kecil. Terakhir kali saya mendengar orang salat dilarang-larang waktu kecil tahun 60an. Ada kelompok yang melarang mushalanya dipakai karena beda aliran. Ada kelompok yang menghalangi rombongan mau salat ied di lapangan,” kata Sudirman kepada wartawan, Kamis, (14/2/2/2019).
Ia mengatakan Indonesia saat ini sudah sangat toleran. Perbedaan pilihan politik tidak sampai menghambat orang lain beribadah.
“Beda pilihan ya biasa saja. Kok sampai ada pelarangan seorang calon Presiden masuk ke masjid,” katanya.
Sudirman yakin pelarangan kepada Prabowo Subianto untuk beribadah Salat Jumat di Masjid Kauman, tidak merepresentasikan sikap warga Jawa Tengah, khususnya semarang. Sebagai Mantan Cagub Jateng, udirman mengaku tahu bagaimana sikap warganya.
“Masjid Kauman punya sejarah panjang, pasti para pengurusnya memiliki kebijakan, keluasan pikiran, dan hati. Saya tidak percaya kalau mereka tega melarang-larang. Saya mau duduk di barisan tengah karena masuk terlambat, oleh pengurusnya malah dibawa ke mihrab, duduk sebalahan dengan Imam.” katanya.
Oleh karena itu Sudirman mengaku sangat menyayangkan pelarangan Salat Jumat kepada Prabowo Subianto. Ia menduga justru ada pihak yang mau mempolitisasi ibadah nya Prabowo.
“Saya kok menduga ini justru ada pihak lain yang mempolitisasi salat Jumatnya Pak Prabowo,” pungkasnya.
Sebelumnya dilansir dari Tribun Jateng, Ketua Masjid Agung Semarang atau biasa disebut Masjid Kauman, KH Hanief Ismail, menyatakan keberatan adanya rencana Capres 02 Prabowo Subianto jumatan di Masjid Kauman Semarang, Jumat (15/2/2019).
Secara khusus KH Hanief mengontak mantan Komisioner Panwaslu Semarang Mohamad Ichwan menulis keberatannya itu.
Dia juga meminta agar diberitahukan kepada Bawaslu Kota Semarang untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Menurut Kiai Hanief, jumatan yang akan diadakan oleh Prabowo itu perbuatan memolitisasi ibadah salat jumat sekaligus memakai masjid untuk kepentingan politik.
“Kami para nadlir atau takmir Masjid Kauman merasa keberatan dengan rencana jumatan Prabowo tersebut.
Tolong sampaikan ke Bawaslu agar mengambil tindakan yang perlu sesuai aturan hukum," tutur Kiai Hanief yang juga Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang dalam keterangan pers kepada Tribunjateng.com, Kamis (14/2/2019).
Lebih lanjut Kiai Hanief menjelaskan, pihaknya tidak pernah mendapat surat pemberitahuan dari tim kampanye Prabowo-Sandi maupun dari partai pengusung pasangan capres-cawapres tersebut.
Maka peristiwa akan digelarnya shalat jumat oleh Prabowo dan pendukungnya di Masjid Kauman tidak melibatkan Nadlir atau Takmir Masjid.Secara resmi maupun secara informal, pihak takmir tidak pernah menyetujui atau memberi izin.
“Kami tidak pernah memperoleh surat apa pun dari pihak Pak Prabowo atau partai pengusungnya
Jadi kami tidak terlibat dengan rencana adanya shalat jumat capres tersebut,” tandasnya.
Kiai Hanief menambahkan, pada prinsipnya Takmir Masjid Kauman mempersilakan siapa pun untuk shalat di masjid tersebut.
Pihak takmir membuka lebar-lebar siapa pun muslim untuk beribadah, termasuk shalat jumat.
Namun, pihak takmir keberatan apabila peristiwa shalat itu dipolitisasi. Yakni dijadikan sebagai ajang politik untuk pencitraan sebagai bahan kampanye.
Dahnil Anzar Nilai Janggal
Kordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan janggal dengan adanya pihak yang melarang Prabowo Subianto untuk Salat Jumat di Masjid Kauman, Semarang, Jawa Tengah. Menurutnya tidak ada yang bisa melarang siapapun untuk beribadah.
"Tidak ada yang bisa melarang dan menghalang-halangi Pak Prabowo sebagai seorang muslim yang baik untuk salat di masjid, janggal bila benar ada yang mau melarang beliau sholat di masjid," ujar Dahnil kepada Tribunnews, Kamis, (14/2/2019).
Dahnil membantah Prabowo hendak pencitraan atau mempolitisasi solat sehingga memilih Masjid Kauman Semarang untuk Salat Jumat. Ia mengatakan Masjid Agung Semarang dipilih untuk Solat Jumat karena lokasinya berdekatan dengan kegiatan Prabowo pada hari itu.
"Pak Prabowo akan sholat jumat di masjid yang terdekat dengan lokasi agenda pidato kebangsaan beliau jelang debat, dan bila terdekat adalah masjid kauman tersebut, maka beliau akan sholat di situ, kalau ada yang lebih dekat akan salat di masjid terdekat," katanya.
Untuk diketahui, sejak Rabu kemarin, Prabowo berkampanye di Jawa Tengah. Prabowo menghadiri sejumlah acara di Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, Semarang, dan lainnya. Mantan Danjen Kopassus itu juga dijadwalkan menyampaikan pidato kebangsaan keduanya di Semarang esok, Jumat, (15/2/2019).
Penolakan Dianggap Berlebihan
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasioan (BPN) Prabowo-Sandi, KH Irfan Yusuf atau yang karib disapa Gus Irfan menilai sangat berlebihan apabila Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto ditolak atau dilarang menunaikan ibadah Solat Jumat di Masjid Agung Semarang. Ia sangat prihatin adanya penolakan kepada orang yang mau beribadah.
"Ya kalau orang mau solat kok engga boleh? Sampean kalau mau solat di masjid Tebuireng itu bagaimana," katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis, (14/2/2019).
Menurut cucu dari pendiri Nahdatlul Ulama, KH Hakim Asyari itu, dukungan politik boleh-boleh saja diberikan kepada siapapun. Asalkan jangan dilakukan secara berlebihan termasuk melarang atau menolak orang mau beribadah.
"Berlebihan apabila Prabowo ditolak solat Jumat. Dukung ya dukung, tapi ya jangan berlebihan," katanya.
Pengasuh Pondok pesantren Al Faroos Tebuireng, Jombang, Jawa Timur tersebut mengatakan, selama ini ada pertanyaan apakah Prabowo ibadah solat Jumat atau tidak. Namun anehnya ketika hendak Solat Jumat, Prabowo justru ditolak.
• Politikus PDIP Minta Kader PSI Belajar Tata Krama Politik Indonesia
• Ngaku Tak Memiliki Kenangan dengan Prabowo, Ustaz Yusuf Mansur Beberkan Kekhawatiran Jokowi
• Pamerkan Surat Ahmad Dhani yang Ditulis di Bui untuk Sang Ibu, Mulan Jameela: Janji Allah Itu Pasti
"Katanya banyak yang tanya Prabowo solat Jumat di mana? Nah ini mau Solat Jumat kok engga boleh," katanya.
Prabowo menurutnya, ibadah solat jumat bukan untuk kampanye atapun pencitraan. Selama ini Prabowo paling tidak suka apabila sedang beribadah ada foto atau kamera yang mengabadikannya.
"Yakinlah nanti solat jumat engga pakai kamera kok. Karena pak Prabowo tidak pernah kalau solat difoto atau disyuting. Jadi saya sangat prihatin sampai takmir masjid melarang orang Jumatan. Ini hal yang luar biasa buat kita," katanya.
Masyarakat menurut Gus Irfan tidak perlu khawatir dengan penolakan atau pelarangan takmir Masjid Kauman Semarang itu. Masyarakat memiliki hak untuk beribadah di manapun.
"Datang saja, masa Jumatan engga boleh. Terus begini tipikal umat Islam itu, seperti adonan roti, kalau dikerasi malah seperti adonan roti. Ditekan engga mungkin habis, malah dari sela sela jari, engga usah khawatir Jumatan saja," pungkasnya. (Tribunnews.com)