Neno Warisman Moncer setelah Bacakan Puisi di Malam Munajat 212: Ini Sepak Terjangnya
Neno Warisman moncer setelah video dirinya membacakan puisi di Malam Munajat 212 mengundang pro dan kontra. Ini sepak terjang Neno Warisman.
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Y Gustaman
Ayo munajat
Ayo rekatkan umat
Jadikan barisanmu kuat dan saling rekat
Rekatkan Indonesiamu
Rekatkan jiwa-jiwamu
Rekatkan langkah dan tindakanmu
Ya Allah
Berjuta tangan para pejuang agamamu ini
Mengepalkan tinju mereka
Berseru-seru mereka
Menderu-deru mereka
Di setiap jengkal udara
Hingga terlahir takbir kemenangan
Kemenangan di ujung lelah
Menggema takbir bersahut-sahutan
Berjuta sajadah akan kita hamparkan sebentar lagi, kawan
Berjuta kepala menangis bersujud bersyukur
Basah air mata dalam bahagia
Kemenangan sebentar lagi tiba
Allahumma inni a'uzubika min jahdil bala'i wa darkisy syaqa'i wa su'il qada'i wa syamatatil a'da'i
Jauhkan kami dari bala musibah yang tak dapat kami atasi
Lindungkan kami dari kegembiraan orang-orang yang membenci kami
Rekatkan jiwa-jiwa patriot kami dalam keikhlasan
Di nadi-nadi kami
Di jantung-jantung kami
Di pundak-pundak kami
Di jari-jari kami
Yang telah memilih untuk hanya selalu berdua
Kita dan Allah Azza Wa Jalla
Selalu berdua
Kita dan Rasulullah kekasih semesta
Selalu berdua
Kita dan saudara mukmin saling menjaga
Selalu berdua
Kita dan pemimpin yang membela hak-hak umat seutuhnya
Duhai Allah Rabb
Jangan kau jadikan hati kami bagai si penakut pengecut
Sebab kami terlahir di tanah para pahlawan pemberani
Yang rela mengorbankan jiwa raga harta dan segalanya
Jangan jadikan hati kami lalai dan gentar
Karena kami lahir dan besar dibimbing para ulama kami yang sabar
Menetap jantung-jantung kami untuk menjadi pendekar
Yang berani berpihak pada yang benar
Duhai Allah
Jangan kau jadikan hati kami dari tertutup
Dari cahaya terang kebenaran yang menyala di malam-malam munajat
Saat Engkau turun ke jagat dunia
Telah Engkau bersaksikan
Kami tegak berdiri, ya Allah
Kami meminta menangis hingga basah sekujur diri kepada-Mu
Seluruh harapan kami dambakan
Akan Kau tolong atau Engkau binasakan
Akan Kau menangkan atau Engkau lantakkan
Itu hak-Mu
Namun kami mohon jangan serahkan kami pada mereka
Yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami
Dan jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
Ya Allah
Izinkan kami memiliki generasi yang dipimpin
Oleh pemimpin terbaik
Dengan pasukan terbaik
Untuk negeri adil dan makmur terbaik
Takdirkanlah bagi kami
Generasi yang dapat kami andalkan
Untuk mengejar nubuwwah kedua
Wujud dan nyata
Dan lahirnya sejuta Al Fatih di Bumi Indonesia
Allah Rabb
Puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku
Mujahid mujahidah yang datang berbondong-bondong dari segala arah
Maka inilah puisi munajat
Mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu
Bersimpuh di pelataran keprihatinan
Atas ketidakadilan
Atas kesewenang-wenangan
Atas kebohongan demi kebohongan
Atas ketakutan dan ancaman yang ditebar-tebarkan
Atas kepongahan dalam kezaliman yang dipamer-pamerkan
Dalam pertunjukan kekuasaan
Yang mengkerdilkan Tuhan
Yang menantang kuasa Tuhan
Yang tidak percaya bahwa Tuhan pembalas sempurna
Ya Rabb
Engkaulah yang memiliki kekuasaan mutlak di seluruh jagat ini
Allah
Ini puisi munajat
Yang mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu
Turunkanlah malaikat berbaris-baris
Burung-burung Ababil
Dan semut-semut pemadam api Ibrahim
Munajat penuh harap
Kau turunkan pertolongan yang dijanjikan
Bagi yang terdera
Bagi pemimpin yang terfitnah
Bagi ulama yang dipenjara
Bagi pejuang yang terus dihadang-hadang
Bagi pembela keadilan yang digelandang ke bilik-bilik pesakitan
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad
Wa asyghilidz dzolimin bidz dzolimin
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad
Wa asyghilidz dzolimin bidz dzolimin
Wa akhrijna min baynihim saalimin
Wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in
Untuk hari depan yang lebih baik
Untuk kepemimpinan yang berpihak pada rakyat
Bersama-Mu, bersama rasul-Mu
Dalam ketinggian titah-Mu, kami bermunajat
Keluarkan kami dari gelap
Keluarkan kami dari gelap
Keluarkan kami dari gelap
Amin Allahumma Amin ya rabbal alamin
Puisi itu sontak menuai beragam reaksi dari berbagai kalangan.
Fahri Hamzah, misalnya. Wakil Ketua DPR RI itu menilai puisi Neno Warisman begitu mengetuk pintu langit.
"Bener2 mengetuk pintu langit," tulisnya di akun Twitternya, Jumat (22/1/2019).
Lain halnya reaksi yang ditimbulkan oleh satu tim Maruf Amin, Habib Sholeh Al Muhdar.
Ia menyebut puisi Neno Warisman di Malam Munajat 212 dianggap 'mengancam' Tuhan.
"Surga tidak gratis. Jadi jangan menangis di hadapan manusia, tapi hatinya dengki, hasut. Semua manusia itu (berdoa) dari hati," kata Habib Sholeh menjawab wartawan di sela Safari Kebangsaan VIII, di Bandung, Sabtu (23/2/2019).
Terlepas dari reaksi terhadap pembacaan puisinya itu, siapakah Neno Warisman sebenarnya?
Profil Neno Warisman
Dilansir berbagai sumber, pemilik nama asli Titi Widoretno Warisman ini lahir di Banyuwangi, Jawa Timur pada 21 Juni 1964. Usianya saat ini menginjak 54 tahun.
Jauh sebelum dikenal sebagai aktivis, atau bisa juga sebagai politikus, Neno Warisman merupakan penyanyi dan bintang film era 1980an.
Darah seninya sudah terlihat sejak dini. Kecintaannya pada puisi dan deklamasi mengantarkan ia menjadi juara baca puisi se-Jakarta pada 1978.
Nama Neno Warisman melambung saat ia mengeluarkan album Matahariku.
Ia juga menelurkan karya hasil kolaborasi dengan Fariz RM, Nada Kasih, yang cukup terkenal kala itu.
Namun di balik lagu popnya, Neno Warisman juga sempat mengeluarkan single religi yang bertajuk A Ba Ta Tsa.
Sementara itu, ia juga sudah tercatat membintangi berbagai film.
Melalui film Sayekti dan Hanafi yang ditayangkan di TVRI yang disutradai Irwinsyah, Neno Warisman diganjar penghargaan Piala Vidia, penghargaan untuk insan pertelevisian di bawah Festival Film Indonesia, tahun 1988.
Pada film selanjutnya, Semua Sayang Kamu (1989) ia masuk dalam nominasi aktris terbaik Festival Film Indonesia 1989.
Berikut sederet karya Neno Warisman.
Album
Neno (1983)
Matahariku (1983)
Matahatiku (1984)
Kulihat Cinta Dimatanya (1985)
Katakan Cinta Padaku (1986)
Pujaan Dewi (1987)
Sebuah Obsesi (1988)
Penampilan lain
1986 - Festival Lagu Populer Indonesia 1986 Lagu "GETAR ASMARA" karya Fifi Embut & Tb. Rudi F.
1987 - album Fariz RM "Do Not Erase" duet menyanyikan lagu "Nada Kasih"
1988 - album Karimata "Biting" menyanyikan lagu "Terjadi Lagi"
1988 - album "Hanya Satu Kamu" dari Fariz RM dan Deddy Dhukun menyanyikan lagu "Dan Senyum Itu" karya Sonny Soebowo
1989 - album Kompilasi Semua Sayang Kamu Dewi & Cipluk"
1989 - album Kompilasi 10 Vokalis Utama Bintang Khatulistiwa lagu "BIARKAN SAJA" karya Rezky Ichwan & Ferina
Memasuki tahun 1990-an, sosoknya semakin menghilang di industri hiburan.
Namun dengan berani, pada 1991, ia memutuskan mengenakan jilbab. Diketahui, kala pemerintahan Orde Baru, jilbab belum terlalu bisa bebas dikenakan.
Setelah memutuskan hijrah, Neno Warisman banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan sosial, pendidikan dan tentunya, dunia religi.
Di masa-masa transisi itu, ia juga aktif membantu sosialisasi program Pendidikan Anak Dini Usia (PAUD) Departemen Pendidikan Nasional. Sering diundang untuk berbicara di seminar-seminar para ibu.
Kehidupan pribadi
Neno Warisman menikah dengan Ahmad Widiono Doni Wiratmoko pada 1992. Kala itu usianya menginjak 28 tahun.
Dari hasil pernikahannya itu, Neno Warisman dikaruniai 3 anak yang kerap disapa Zaka, Maghfira, dan Ramadhani.
Namun sayang, pernikahannya itu kandas. Hingga kini, Neno Warisman menjadi orangtua tunggal untuk ketiga anaknya.
Setelah hilang dari industri hiburan dan berhijrah, Neno Warisman bekerja sebagai entrepreneur.
Ia diketahui membuka usaha biro perjalanan haji dan umrah.
Banting setir ke dunia politik
Neno Warisman belakangan justru terlihat sibuk di kancah perpolitikan negeri.
Namanya muncul lagi di media massa saat kasus penistaan agama oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Purnama.
Ia terlihat sebagai sosok yang aktif menyuarakan perlawanan terhadap Ahok, sapaan Mantan Gubernur tersebut.
Neno Warisman bahkan menginisiasikan Gerakan Ibu negeri (GIN), garda terdepan ibu-ibu dalam menentang Ahok.
Donatur terbesar #2019GantiPresiden
Karier politiknya makin terlihat setelah ia turut terjun dalam gerakan #2019GantiPresiden.
Inisiator gerakan, Mardani Ali Sera, menyebut gerakan tersebut didanai oleh relawan.
Namun, politikus dari PKS itu menyebut donatur terbesar berasal dari Neno Warisman.
"Sekarang ini (dananya) sekitar Rp 40 juta rupiah," ujarnya kepada Kompas.com di sisi selatan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/5/2018). (TribunJakarta.com/Tribunnews.com/Kompas.com/Berbagai sumber)