Tersisa Tulang dan Kaki saat Ditemukan Hari ke 108 Bikin Orangtua Pendaki Tak Berani Melihatnya

Bermaksud liburan dengan menikmati Gunung Arjuno, Faiqus Syamsi (17) tewas, 108 hari kemudian tulang belulangnya ditemukan.

Penulis: Y Gustaman | Editor: Y Gustaman
Tribun Jatim/Nurika Anisa
Faiqus Syamsi, siswa SMKN 5 Surabaya ditemukan tinggal tulang di Gunung Arjuno pada Jumat (5/4/2019). Ia dikabarkan hilang pada 18 Desember 2018. 

TRIBUNJAKARTA.COM, SURABAYA - Bermaksud liburan dengan menikmati Gunung Arjuno, Faiqus Syamsi (17) tewas, 108 hari kemudian tulang belulangnya ditemukan.

Faiqus Syamsi mendaki bersama-sama temannya ke Gunung Arjuno baru kali ini, tanpa didampingi pendaki berpengalaman.

Siswa SMKN 5 Surabaya itu sudah berada di puncak Gunung Arjuno pada 18 Desember 2018.

Ia menghilang ketika berinisiatif turun menjemput kedua temannya yang masih dalam perjalanan.

Sementara dua temannya sepanjang jalur sampai ke puncak, tak pernah berjumpa dengan Faiqus Syamsi.

Mereka memutuskan mencari namun tidak membuahkan hasil lalu memilih kembali ke basecamp.

Merujuk data perizinan ada sekitar 439 pendaki hari itu dan memang sedang musim pendakian.

Kira-kira 108 hari kemudian, kabar duka datang diterima keluarga Faiqus Syamsi di Surabaya.

Faiqus Syamsi ditemukan meninggal pada Jumat (5/4/2019) dan darinya hanya tersisa tulang tangan dan kaki.

Temuan tulang yang belakangan teridentifikasi milik Faiqus Syamsi tak sengaja, setelah salah satu pendaki memotretnya.

Beredar kabar Gunung Arjuno sempat ditutup karena ada badai lalu dibuka kembali.

Menurut cerita keluarga, pendaki yang menemukan tulang belulang Faiqus Syamsi hendak naik namun tersesat dan memutuskan turun melapor.

Wakil SMKN 5 Surabaya Bidang Manajemen Sekolah, Anton Sujarwo, membenarkan beberapa siswanya mendaki Gunung Arjuno.

"Mereka liburan sendiri bukan ekskul atau kegiatan sekolah lain," ungkap Anton Sujarwo dikonfirmasi SURYA.co.id.

Anton Sujarwo mendengar teman-teman sudah turun gunung dan melaporkan telah terpisah dari Faiqus Syamsi.

Faiqus Syamsi mendaki bersama enam temannya ke gunung di Pasuruan itu.

Mereka terbagi dalam dua tim, Faiqus Syamsi ketua tim rombongan kedua bersama dua temannya.

Sementara tiga lainnya berada di tim lain dan satu orang menjaga tenda.

Sejak Faiqus Syamsi dikabarkan hilang, tim SAR gabungan sudah mencoba mencarinya hingga 10 hari namun tak ada hasil.

Pada 26 Desember 2018, pencarian resmi dihentikan.

Orangtua Faiqus Syamsi juga sudah mengetahui kabar tersebut.

Mereka menyadari anaknya pergi liburan sendiri sama teman-temannya.

Tiga bulan kemudian ada kabar terbaru, ada pendaki menemukan tulang belulang di Gunung Arjuno hendak turun saat itu.

Gambar tulang belulang itu ia dokumentasikan kemudian melapor ke pos informasi pada Kamis (4/4/2019).

Tim SAR gabungan kemudian mencari di titik lokasi sebagaimana informasi yang pendaki kasih.

Akhrinya, petugas dan tim SAR menemukan tulang belulang esok malamnya.

Tulang belulang di ditemukan di atas Lembah Kijang dan di bawah Puncak Bayangan.

Titik penemuan kerangka tangan dan kaki tak jauh dari lokasi terakhir remaja asal Jalan Kendangsari XV/VI Surabaya tersebut, hilang kontak.

Farid Kurniadi, komandan tim pencarian, menjelaskan di lokasi selain tulang belulang ada atribut pakaian dan peralatan yang dibawa korban saat mendaki gunung. 

"Keluarga memastikan kerangka itu milik Faiqus Syamsi," kata Farid.

Hanya tulang kaki dan tangan yang tim SAR Gabungan temukan.

Tim sempat mencari tulang tengkorak dan tulang lainnya hingga 100 meter dari lokasi penemuan, namun nihil hasilnya.

Proses evakuasi korban ke pos II Gunung Arjuno dan dilanjutkan ke Posko Utama.

"Identifikasi disaksikan pihak keluarga, kepolisian dan tim (basarnas) untuk memastikan identitas. Hasilnya dipastikan atas nama korban," katanya.

Tulang belulang ini dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Porong Sidoarjo dan sudah diserahkan kepada keluarganya.

Korban yang masih kelas X ini bersama enam temannya mendaki Gunung Arjuno melalui pintu masuk Pos Tretes, Kabupaten Pasuruan, Minggu (16/12/2018).

Kabar penemuan tulang Faiqus Syamsi membawa duka bagi keluarga.

Kerabat, guru-guru sekolah hingga rekan-rekan korban datang berziarah ke rumah duka di Jalan Kendangsari XV Surabaya, Sabtu (6/4/2019).

Anggota keluarga Nanang, mengatakan tulang belulang Faiqus Syamsi sudah dikuburkan oleh keluarga.

"Dimakamkan sekitar pukul 01.30 WIB di pemakaman Kendangsari dekat sini," kata Nanang di rumah duka, Sabtu (6/4/2019).

Selama ini keluarga korban masih mencari dan berharap putra bungsunya ditemukan.

"Kami usaha, inisiatif mencari dari relawan sampai menanyakan segala cara ingin tahu keadaannya," kata Nanang yang ikut menjemput tulang belulang keponakannya itu.

Sekolah Kedinasan Buka 8.176 Kuota Pendaftaran, Lulus Jadi CPNS, Catat Ketentuannya!

Tak Bisa Daftar Sekolah Kedinasan Karena NIK Bermasalah? BKN Berikan Solusinya

Mohammad Najib dan Dumi Supartiwi begitu sedih mengetahui putranya ditemukan tinggal tulang belulang.

Keluarga semakin yakin tulang kaki dan tangan milik Fiqus Syamsi karena di lokasi ditemukan beberapa kain identik dengan pakaian korban.

"Mohon maaf, ayah dan ibunya masih syok. Anaknya ditemukan tulang ada yang masih melekat kain tapi terkoyak enggak karuan," ucap Nanang. 

Nanang masih mengingat omongan ibunda korban tentang anaknya itu.

Keluarga mengakui Faiqus Syamsi pamit ketika hendak mendaki Gunung Arjuno.

"Pamit liburan, mendaki juga sesuai perizinan. Hanya sebelum pergi, dia bilang ke ibunya mau membuat heboh," sambung paman korban.

"Nanti saya mau bikin heboh, bu. Tidak ada permintaan, hanya bilang begitu," kata Nanang menirukan ucapan keponakannya.

Keluarga sempat tak mengerti maksud perkataan remaja 17 tahun itu. 

Dumi lemas ketika ditemui di rumah duka. 

Ia dan suaminya mendapat kabar temuan tulang belulang pendaki yang ternyata anaknya pada Kamis (4/4/2019).

"Senang iya karena sudah ketemu, tapi ditemukannya tidak seperti yang saya harapkan," kata Dumi.

Ibu dua anak ini tak kuasa untuk diminta datang memastikan tulang yang ditemukan merupakan anggota tubuh anaknya.

"Yang ke sana pamannya (Nanang) dan kakak kandungnya. Saya dan suami enggak berani," beber dia.

Setelah jenazah anaknya dibawa ke rumah duka hingga pemakaman, ia tak kuasa bertemu banyak peziarah dan memilih berdiam diri di kamar.

Keluarga mengaku masih syok namun harus mengikhlaskan kepergian anak bungsunya itu.

"Mau enggak ikhlas ya bagaimana, saya ikhlas kan," ucap Dumi sembari mengelus dada.

Pihak keluarga telah melakukan tahlilan hingga 100 hari.

"Tahlilan sudah, jadi waktu hilang dan setelah proses pencarian sudah tahlilan sampai 100 hari," tambah Nanang. (Surya/Tribun Jatim)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved