Warga Tanjung Priok Masih Butuh Perlintasan Liar yang Rencananya Ditutup PT KAI
Satu titik perlintasan liar yang rencananya ditutup ada di sepanjang jalur Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, salah satunya di Jalan RS Paru-Paru.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Keberadaan perlintasan liar di sejumlah wilayah yang dibatasi rel kereta api di Jakarta Utara ternyata masih sangat dibutuhkan warga.
Kendati berbahaya bagi keselamatan berkendara, warga masih belum bisa lepas dari perlintasan liar terutama urusan mempersingkat waktu.
Hanya saja, belakangan PT Kereta Api Indonesia berencana menutup sejumlah perlintasan liar di DKI Jakarta.
Satu titik perlintasan liar yang rencananya ditutup ada di sepanjang jalur Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, salah satunya di Jalan RS Paru-Paru.
• Polres Pelabuhan Tanjung Priok Pastikan Keamanan Jelang, Saat dan Sesudah Pemilu Berlangsung
Sama halnya dengan banyak perlintasan liar di wilayah lainnya, titik tersebut bisa dilintasi mobil dan dilengkapi dengan portal.
Seorang penjaga perlintasan liar, Dado (38) mengungkapkan, perlintasan liar di Jalan RS Paru-Paru sudah ada sejak bertahun-tahun lamanya.
Warga yang melintas dari Jalan R. E. Martadinata rutin mengambil jalan pintas melalui perlintasan itu agar tidak memutar jauh untuk sampai ke permukiman.
"Kalau nggak ada ini, musti muter lewat Taman BMW. Jauh banget. Jadi kalau sampe ditutup, kasihan warga juga," kata Dado, Senin (8/4/2019).
Menurut Dado, wacana PT KAI untuk menutup perlintasan liar tersebut belum sampai ke telinganya.
Namun, lanjutnya, sempat ada peringatan perlintasan liar itu akan ditutup apabila sampai menyebabkan kecelakaan.
"Nah makanya kita jaga, jangan sampai ada kecelakaan. Pokoknya jangan sampai ada kendaraan di rel karena ini empat-empatnya aktif semua," kata Dado.
Keberatam terkait penutupan perlintasan liar juga diungkapkan Sudiyono (52), warga RT 002/RW 03 Kelurahan Sunter Agung.
Ia menuturkan, perlintasan liar adalah jalan pintas di kala pengendara malas membuang waktu mengambil jalan yang lebih jauh.
Sudiyono pun berharap agar perlintasan liar tersebut tidak ditutup oleh PT KAI.
Meski ia tahu bahwa terkadang berbahaya, Sudiyono menilai bahwa warga pasti berhati-hati, terlebih sudah ada penjaga palang perlintasan.
"Memang kalau nggak konsen, tahu-tahu ada kereta, kan posisi jalannya itu tanjakan terus langsung rel. Tapi sekarang ada yang jaga secara swadaya," kata Sudiyono.
Sebelumnya, PT KAI berencana menutup perlintasan liar di sepanjang jalur Stasiun Duri, Jakarta Barat dan Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara pada tahun 2019.
Senior Manager Corporate Communication Daop 1 PT Kereta Api Indonesia (KAI), Eva Chairunissa menuturkan, penutupan itu dilakukan untuk menekan angka kematian akibat kecelakaan dengan kereta api yang melintas.
Ia mengakui adanya ratusan perlintasan liar di Jakarta yang merupakan bagian dari wilayah Daop 1 PT KAI.
Karenanya, PT KAI sudah memetakan 47 perlintasan liar yang diupayakan ditutup sehingga dapat mengurangi dampak kematian akibat kecelakaan.
"Salah satunya di sepanjang jalur Stasiun Duri dan Stasiun Tanjung Priok. Di situ sangat banyak (perlintasan liar)," kata Eva kepada wartawan, Minggu (7/4/2019).