Sempat Jadi Primadona Para Turis, Begini Nasib Jalan Jaksa Sekarang

Jalan Jaksa, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, kini tak lagi menjadi pilihan bagi turis mancanegara yang mencari akomodasi dan hiburan murah meriah.

Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Ilusi Insiroh
TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat
Ruang depan atau pintu masuk 'Wisma Delima' sudah dijadikan warung kopi, di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Jumat (12/4/2019). 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat

TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Jalan Jaksa, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, kini tak lagi menjadi pilihan bagi turis mancanegara yang mencari akomodasi dan hiburan murah meriah.

Jalan satu arah dengan panjang sekitar 400 meter ini sepi aktivitas turis mancanegara atau yang akrab disapa bule.

Sisa-sisa bangunan hanya menjadi kenangan indah beberapa tahun silam.

Yang semula ramai manusia, kini buyar menjadi sepi yang nyata.

Ya, siapa yang tak kenal kawasan legendaris Jalan Jaksa?

Dahulunya, sepanjang Jalan Jaksa ini terdapat tempat penginapan yang murah bagi para pelancong asing.

Adalah hostel 'Wisma Delima', yang menjadi primadona destinasi tempat penginapan murah.

Menilik Harga dan Spesifikasi Lengkap Samsung Galaxy A70

Sebab, Wisma Delima merupakan tempat penginapan pertama yang sudah ada di Jalan Jaksa, pada tahun 1960-an.

Istri pemilik Wisma Delima, Ning Lawalata, mengatakan bahwa dulunya tempat penginapan ini sangat ramai turis mancanegara.

"Dulu banyak banget orang bule pada nginep di sini, sampai pada antre dulu mah," kata Ning, di kediamannya, kawasan Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, kemarin (11/4/2019).

Roda kehidupan terus berputar, kini Wisma Delima tak gemilang seperti dulu.

Yang sebelumnya terdapat banyak kamar, kini hanya ada sekitar lima saja.

"Yang tiga kamar dijadiin kos-kosan," kata Ning.

Pemutilasi Guru Honorer di Kediri Tertangkap: Simpan Potongan Kepala hingga Koper Hanya Kamuflase

Sementara dua kamarnya lagi, sedang direnovasi.

Plang bertuliskan 'Wisma Delima' pun sekarang sudah tak terpasang. Usang dimakan zaman.

"Dulu ada plangnya, sekarang karena sudah lama ya, rusak seingat saya," ucap Ning.

Kini, ruang depan atau pintu masuk Wisma Delima sudah dijadikan warung kopi.

Hal senasib dialami oleh tempat penginapan legendaris lainnya.

Yakni 'Djody Hostel' yang berdiri sejak tahun 1980-an.

Viral, Ini Video Gubernur Ganjar Pranowo Seolah Gebrak-gebrak Podium

Awalnya, pamor tempat penginapan ini setara dengan Wisma Delima.

Saling digandrungi oleh bule-bule dari mancanegara.

Sebab, biaya per malamnya hanya berkisar Rp 150 ribu - Rp 200 ribu.

Staf Djody Hostel, Rusdi, mengatakan bahwa dulunya tempat penginapan ini ada dua gedung.

Sayang, satu gedung tersebut sudah dijual lantaran sepi peminat.

"Sekarang sepi banget, paling satu sampai lima kamar diisi. Kalau dulu bisa sampai 50-an kamar, 100 kamar, ada saja," ujar Rusdi kepada TribunJakarta.com.

Fakta Pelaku Mutilasi Mayat Guru Honorer dalam Koper: 10 Hari Buka Warung & Dikenal Jarang Bergaul

Rusdi sudah bekerja selama sekitar 25 tahun lebih di Djody Hostel sebagai pegawai.

Rusdi mengisahkan, pada tahun 1980 sampai 2000-an, Djody Hostel juga memiliki sekitar 60 karyawan.

Namun, seiring kemajuan zaman, perlahan pundi-pundi pemasukan ekonomi hostel ini berkurang.

Alhasil, satu persatu karyawan Djody Hostel mulai ada yang keluar dan mengundurkan diri.

Kini, hanya tersisa Rusdi seorang, saksi hidup dari kejayaan Djody Hostel.

Di sisi lain, Jalan Jaksa juga memiliki banyak kafe-kafe yang menjual minuman bir.

Tapi, kini hanya tersisa sekitar tiga kafe saja.

Menang Perkara, Hotman Paris Traktir Asisten Beli Berlian Capai Miliaran Rupiah

Seperti kafe legendaris yang bernama 'Coctail Cafe'.

Kafe tersebut, dulunya menjadi tempat favorit para turis untuk menikmati malam sembari minum bir.

Kini, wajah Coctail Cafe sudah tak bersinar seperti dulu kala.

Sepi, banyak puing-puing bangunan yang berserakan, botol-botol bir kosong terpajang begitu saja di atas meja-meja kayu.

Sang pemilik Coctail Cafe pun enggan mengisahkan tentang kejayaannya.

"Yang sekarang intinya sepi, tidak seperti dulu," kata pemilik Coctail Cafe, yang enggan menyebut namanya.

Informasi tambahan, sekarang banyak tempat penginapan di Jalan Jaksa dialihkan menjadi indekos dan kontrakan.

Pun masih ada pula gedung penginapan yang baru-baru.

Mulan Jameela Bagikan Perbincangan Prabowo Bareng Ustaz Abdul Somad: Mendengarkan Melibatkan Hati

Seperti RedDoorz, hotel Tator, dan sebagainya.

Selain tempat penginapan, kafe-kafe, Jalan Jaksa ini juga menyimpan banyak restoran yang menunya ala western.

"Dulu, banyak restoran di sepanjang jalan ini, sebelum ada bangunan yang bakal dijadiin hotel atau apartemen ini ya, menunya ala kebarat-baratan gitu," kata seorang warga, yang enggan menyebut nama.

"Ya, mereka menyesuaikan menunya, karena kan banyak bule yang datang, jadi mungkin diseusaikan selera," lanjutnya.

Tapi, sekarang restoran ala western sudah berkurang. Yang bertengger, kini tempat-tempat makan ala Indonesia.

Seperti warung makan pecel lele, nasi goreng, bahkan ada 'Warteg Jalan Jaksa'.

Dari pantauan TribunJakarta.com di lokasi, terlihat bangunan tinggi yang menurut informasi, merupakan cikal bakal tempat penginapan.

"Itu bakal dijadiin hotel atau apartemen," kata seorang pekerja di bangunan tersebut.

Tangis Prabowo Subianto Tahu 5 Kali Dimimpikan Ulama, Ustaz Abdul Somad: Signal dari Allah SWT

Diketahui sebelumnya, nama Jalan Jaksa tercipta karena banyak mahasiswa Rechts Hogeschool Batavia (Akademi Hukum Jakarta) yang tinggal di kawasan ini.

Lulusan dari sekolah tersebut kemudian banyak yang bekerja di pengadilan dan menjadi jaksa.

Jalan Jaksa, beranjak dewasa nasibnya semakin sepi. Turis-turis asing yang menjadi sahabatmu kini perlahan mulai pergi.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved