Nabila Bocah SD Korban Bully: Sepatu Hasil Jual Rongsokan, Ditinggal Orangtua dan Cita-cita Dokter
Kisah Nabila (12) menjadi viral di media sosial agara-gara aksi bully atau perundungan yang dilakukan teman-temannya.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM - Kisah Nabila (12) menjadi viral di media sosial agara-gara aksi bully atau perundungan yang dilakukan teman-temannya.
Nabila sempat menjadi bahan cemoohan rekan sekelasnya karena sepatu yang dibelinya berasal dari hasil menjual barang rongsokan.
TribunJakarta.com merangkum sejumlah pemberitaan mengenai Nabila dari TribunJabar.id.
Cita-cita Dokter

Nabila (12), siswa SD yang jadi korban bully di sekolah memiliki cita-cita menjadi seorang dokter.
Ia mengatakan ingin menjadi dokter agar bisa mengobati nenek dan kakeknya yang sakit-sakitan.
Saat ini Nabila duduk di kelas 6 SD di SDN 1 Cibodas Pangauban, Batujajar, Bandung Barat.
Berawal dari cemoohan teman-teman kelasnya masalah sepatu yang Nabila beli dari hasil menjual barang rongsok, kini Nabila jadi perbincangan dan viral di media sosial karena ada seseorang yang memasukannya ke Instagram.
Nabila hidup bersama Kakek Cece (70) dan Nenek Ira (70) di Kampung Cibodas, RT 3/7, Desa Pangauban.
Kedua orangtuanya meninggalkan dia sejak bayi.
Kedua orangtunya pun sudah bercerai.
Sejak saat itu sampai kini, Nabila diasuh oleh dua orang lanjut usia tersebut.
Nabila menjadi tulang punggung nenek dan kakeknya dengan cara mencari barang-barang rongsok sepulang sekolah dan berlanjut pada sore harinya.
Namun, dirinya sejak kecil sudah harus memikul beban yang sangat berat mencari nafkah.
"Kalau dijual barang rongsok saya sering dapat Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu. Saya ingin bahagiakan nenek dan kakek juga cita-cita saya bisa tercapai," ujarnya, Selasa (16/4/2019).
Ditinggal Orangtua
Nabila (12) sejak bayi sudah ditinggalkan ibu dan bapaknya.
Kedua orangtuanya berpisah dan kini Nabila tinggal bersama Kakek Cece (70) dan Nenek Ira (70) di di Kampung Cibodas, RT 3/7, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Bandung Barat.
Menurut penuturan Nenek Ira, ibu Nabila saat ini berada di Kalimantan dan bapaknya tak tahu di mana.
Keduanya tak pernah datang ke Batujajar untuk sekadar melihat orangtua dan anaknya.
Sehari-hari, Nabila bersekolah di SDN 1 Cibodas Pangauban kelas 6.
Sepulang sekolah, Nabila sering mencari barang rongsokan selama 2 jam. Kemudian dilanjutkan kembali pada sore harinya.
"Suka mencari barang rongsok keliling kampung atau kadang sekitaran rumah dan setiap Sabtu saya jual. Biasanya kalau mencari barang rongsok itu suka dapat dua karung besar. Kalau dijual bisa dapat uang Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu hari Sabtu," kata Nabila di rumahnya, Selasa (16/4/2019).
Nabila mengaku kesal pada teman-temannya yang mem-bully. Dia mengatakan teman-temannya sering sekali mengejek kakeknya itu.
"Iya kan Abah itu sakit dan sakitnya susah kencing sampai harus pakai selang. Mereka suka mengejek Abah. Jadi, saat itu saya sempat memuncak kekesalan ditambah mereka mengerjai sepatu saya," kata dia.
Nabila mengaku tidak marah kepada mereka yang mem-bully. Bahkan, Nabila sempat mengatakan teman-temannya sudah datang ke rumah dan meminta maaf padanya.
"Sudah teman-teman ke sini dan minta maaf. Saya maafkan dan gak marahan lagi kok," ujarnya dengan raut wajah riang.
Nenek dan kakek Nabila memang dalam kondisi kekurangan.
Bahkan, keduanya sakit-sakitan. Neneknya sakit jantung dan kakeknya sakit pada saluran kencing sejak 6 bulan lalu.
Kebutuhan hidup mereka sehari-hari, termasuk untuk makan, dari hasil jerih payah Nabila yang menjual barang rongsok yang dicarinya.
Selain itu, keluarga Nabila sama sekali tak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, baik PKH, BPNT, KIP, KIS, BPJS, d lainnya.
Reaksi Penjabat Kepala Desa
Penjabat Kepala Desa Pangauban, Bandung Barat, Tatang Supriadi, angkat bicara terkait warganya yang tak mendapatkan bantuan sosial apapun dari pemerintah padahal termasuk kategori miskin.
Nabila (12), korban bully teman-teman sekolahnya yang saat ini tinggal bersama kakek dan neneknya di Bandung Barat sama sekali tidak mendapatkan bantuan sosial.
Tatang mengatakan pihaknya langsung mendata keluarga Nabila melalui tenaga kerja sosial Kecamatan (TKSK) Batujajar agar menerima bantuan sosial dan masuk dalam data warga miskin.
"Kami perintahkan lewat TKSK untuk mendata juga kami datangkan pendamping PKH supaya dimasukkan dalam data penerima warga miskin," ujarnya di kediaman Nabila, Kampung Cibodas RT 3/7, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar.
Ketika disinggung mengapa baru saat ini langsung mulai mendata, Tatang pun beralasan bahwa data yang dipakai saat ini masih mengacu pada data BPS tahun 2012, sehingga pihak RT dan RW tak dilibatkan dalam pendataan tersebut.
"Yang dipakai itu data 2012 jadi RT dan RW tak tahu karena data dari pusat," katanya.
Sementara itu, istri Wakil Bupati KBB, Sonya Fatmala, mengungkapkan akan langsung melaporkan pada suaminya, Hengky Kurniawan, terkait kondisi Nabila dan keluarganya.
Sonya Fatmala menyebut segera berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar keluarga Nabila diperhatikan.
"Saya akan lakukan dahulu klarifikasi masalah ini yang sebenarnya di media sosial karena khawatir masalah ini menguap dan kasihan pada teman-temannya Nabila terkena hukum sosial yang padahal tidak seperti yang dibayangkan netizen. Saya juga akan membahas ke bapak agar kesehatan kakek dan nenek Nabila ditindaklanjuti, sekaligus ke Dinsos untuk ada bantuan pada lanjut usia," katanya.
Kedatangan Sonya Fatmala

Nabila (12) mendapatkan kunjungan dari istri Wakil Bupati Bandung Barat, Sonya Fatmala, Selasa (16/4/2019).
Sonya Fatmala mengunjungi Nabila di Kampung Cibodas, RT 3/7, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Bandung Barat.
Saat ini, Nabila duduk di bangku 6 sekolah dasar negeri 1 Cibodas Pangauban.
Sehari-hari, Nabila tinggal sehari-hari dengan kakek Cece (70) dan Nenek Ira (70).
Kedua orangtuanya berpisah dan mereka meninggalkan Nabila sejak dia bayi.
Wali Kelas Nabila yang enggan menyebutkan namanya, menuturkan pem-bully-an terhadap Nabila yang viral tersebut terjadi pada Sabtu (6/4/2019).
Peristiwa itu terjadi di luar jam pelajaran atau tepatnya pukul 13.00 WIB.
"Saat hari itu juga saya sempat terkejut karena ada orangtua dari temannya Nabila yang ada di video itu menunjukkan videonya pada saya, dan kami pun semua sempat membahas ini," katanya di rumah Nabila.
• AU Telat Lapor Ketika Dikeroyok: Segera Kenali Gejala Anak yang Dibully, Ini Faktor dan Cirinya
• Ramai Kasus Pengeroyokan AU, Ini 5 Langkah yang Bisa Diambil Orang Tua Jika Anak Dibully di Sekolah
• Dibully Saat Promosi Sang Pisang Agar Bisa Beli Mainan Ponakan, Kaesang Pangarep: Anda Mengancam?
• Tanggapi Pertanyaan Mahfud MD Soal Mobil Ambulans di Undip, Said Didu Tertawa Singgung Soal Bully
Pada saat itu, lanjut wali kelas Nabila, kondisi sekolah sedang ada rapat para orangtua guna menghadapi ujian sekolah berbasis nasional.
Dia juga menyebut masalah Nabila dengan teman-temannya hanya bercandaan, layaknya anak-anak.
"Masalah seperti itu sih sebenarnya becandaan saja, karena sepatu Nabila terduduki dan terinjak temannya dan Nabila pun kemudian sempat kesal dan berbicara seperti itu. Itu terjadi di luar jam pelajaran," ujarnya.
Sonya Fatmala yang datang ke kediaman Nabila dan memberikan semangat juga dukungan pada Nabila yang telah mampu hidup secara mandiri bahkan sebagai tulang punggung kakek-neneknya.
"Sekarang ini memang apa-apa sangat gampang viral dan sebenarnya netizen tak tahu apa sebenarnya. Jadi, seharusnya kita semua melek sosmed. Saya juga mendapat mention dari para netizen. Jujur, saya sangat tersentuh dengan hasil jerih payah Nabila yang seusianya mampu untuk berjuang," katanya.
Dia juga memberikan pesan pada Nabila agar senantiasa rajin belajar serta patuh pada kakek dan neneknya.
"Nabila harus rajin belajar ya. Nanti kalau nilainya bagus, ibu akan belikan sepatu buat Nabila," ujarnya kepada Nabila. (TribunJabar.id)