Grace Natalie Blak-blakan Soal Pelaksanaan Pemilu 2019 Hingga PSI yang Tak Lolos ke Parlemen
Dengan ambang batas parlemen sebesar empat persen, menurut Grace Natalie, PSI akan tetap bergerak dan berjuang dari daerah
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie menjelaskan bahwa partainya memang tidak memperoleh suara yang cukup untuk masuk DPR RI.
Kendati demikian, dia mengatakan dirinya tidak merasa kecewa atas hasil ini.
"Kami sebenarnya kalah, tapi rasa menang," jelasnya saat berbincang dengan Tribun di Kantor DPP PSI, Jakarta, pekan ini.
Dengan ambang batas parlemen sebesar empat persen, menurut Grace Natalie, PSI akan tetap bergerak dan berjuang dari daerah.
Pasalnya, Grace Natalie mengklaim, data sementara PSI mendapatkan suara di lebih dari 40 daerah.
Jumlah kursi yang menurutnya sudah cukup baik untuk partai yang baru pertama kali ikut pemilu.
"Kami dapat lumayan kok sementara ini. Ada di 40 kabupaten/kota dan untuk provinsi, ada di atas lima provinsi, kami sudah kantongi," ucapnya.
Posisi partai lima tahun ke depan, menurut Grace Natalie, akan tetap mendukung dan mengawal kebijakan Joko Widodo apabila tetap terpilih menjadi presiden.
Pihaknya sudah sepakat kepemimpinan Jokowi sudah baik sejauh ini.
Bukan tanpa pembenahan, PSI memiliki program untuk menaikkan standar kepedulian masyarakat kepada anggota dewan dari PSI yang terpilih.
Mantan presenter televisi itu mengatakan, pihaknya akan membawa anggota dewan dari PSI seperti halnya pekerja di perusahaan swasta.
Semua berdasarkan kinerja dan penilaian.
Ia membeberkan, akan ada sistem dari aplikasi ponsel yang dapat memecat anggota dewan dari PSI.
"Ada sanksi pemecatan 'by sistem'. Jumlah ketidakhadiran lebih dari 10 persen per bulan, pecat. Penilaian dari masyarakat yang terus kurang dan tidak naik-naik, ya pecat. Itu sudah di aplikasinya sendiri," kata Grace Natalie.
Berikut kutipan wawancara khusus Tribun dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie"
Tribun : Bagaimana Anda menyikapi Pemilu 2019?
Grace : Memang sangat menantang dan tidak gampang. Karena masyarakat kita juga kan tidak biasa nih, pemilu pilpres bareng.
Dalam waktu yang sangat lama, orang ngira cuma pilpres doang. Jadi, kemarin kita blusukan juga kenalnya pilpres doang.
Jadi, repot banget buat berbarengan. Orang baru care tentang pileg ini, sebulan jelang pemilu.
Sebelumnya, mereka hanya melihat narasi besar di Pilpres. Perhatian tidak ke Pileg.
Sosialisasi dari partai sebenarnya juga terbatas kan soal ini. harusnya KPU yang mensosialisasikan.
Tribun : Ada yang perlu diubah dari Pemilu kali ini?
Grace : Menurut kami sih tidak ya, karena orang nanti akan bingung lagi ke depan. Sudah biarin saja seperti ini.
Orang sekarang sudah lebih mengerti aturannya seperti ini dan kurangnya diperbaiki. Jangan kemudian diubah karena setiap pemilu kita aturannya baru lagi, baru lagi.
Karena ini pertama, ya kami pikir ya sudah, diperbaiki saja yang kurang.
Tribun : Apakah Anda juga merasa ada kecurangan dalam Pemilu, atau sebaliknya?
Grace : Indikasi-indikasi kecurangan itu ya ada, kemarin itu kami sudah laporkan juga ke Bawaslu karena ada indikasi kecurangan. Overall, oke lah.
Kami juga sangat percaya dengan hasil Quick Count, karena bagaimanapun mereka berdasar ilmu pengetahuan dan penelitian.
Sebenarnya, untuk; mengurangi kecurangan ini kan bisa melalui digitalisasi. Pakai KTP Elektronik saja cukup untuk orang memilih.
Lalu, tanya deh Bawaslu saja hanya punya C1 softcopy. Sementara yang berlaku di pengadilan itu, C1 yang berhologram.
Artinya, partai kan harus memiliki saksi untuk semua TPS. Makanya, untuk mengurangi hal-hal ini, harus Go Digitalize.
Tribun : Kecurangan ini bersifat Terstruktur, Sistematis dan Masif (TSM)?
Grace : Enggak sih, enggak sampai segitunya.
Tribun : Dari internal PSI, sebenarnya ada berapa kursi di daerah?
Grace : Lumayan kok. Kabupaten/Kota kita ada di 40 daerah ya. Provinsinya ada di atas lima. Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan ada di beberapa lainnya.
Tapi, ini sifatnya masih sementara, karena baru diambil dari hasil lembaga survei kredibel saja.
Kami masih menunggu hasil dari KPU nanti tepatnya ada berapa. Tapi, lumayan banget sih.
Jakarta, kita juara empat, Semarang juara tiga, di Surabaya dapat juara lima. Bahkan di Tangsel saja kita dapat tiga kursi.
Lumayan sih, dibanding partai yang baru dan tidak lolos Parlementary Threshold, di bawah juga enggak dapat apa-apa.
Tribun : Akan seperti apa posisi PSI untuk lima tahun ke depan? Apakah tetap mendukung kepemimpinan Pak Jokowi dan mengawal kebijakan dari daerah, atau ada hal lain yang akan dilakukan?
Grace : Kami di awal sudah sepakat dengan mendukung Pak Jokowi dan akan terus mengawal dari daerah.
Kami melihat Pak Jokowi ini memang sudah bagus. Tapi, kalau kami sendiri sebenarnya ingin melakukan distrupsi positif di parlemen.
Tribun : Bisa Anda jabarkan soal distrupsi positif itu?
Grace : Begini, dasarnya adalah masyarakat sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukan anggota dewan setelah terpilih.
Padahal apa? Padahal mereka dipilih oleh masyarakat dan digaji dari uang negara, yang artinya uang kita juga.
Tapi, masyarakat tidak tahu anggota dewan ini ngapain saja? Formappi yang selalu memberikan rapor kepada parlemen mengatakan, DPR periode 2014-2019 adalah yang terburuk.
Tidak pernah lebih dari 10 undang-undang yang dihasilkan selama dua tahun belakangan. Dibanding dengan prolegnas yang sampai 50an lebih.
Nah, kami di PSI sudah membuat aplikasi di Ponsel untuk melihat seluruh kinerja anggota dewan dari PSI setiap harinya.
Bahkan, sampai masa reses, karena reses kan juga dibayar sama kita. Mereka harus terus melaporkan dan harus Live streaming saat rapat di kantor DPRD.
Setiap hari, mereka harus memberikan laporan. Ini distrupsi positif yang akan kami bangun.
Untuk apa? Sebagai tanggung jawab anggota dewan dari PSI ke masyarakat yang sudah memilih.
Kami juga ada sanksi pemecatan 'by sistem'. Jumlah ketidakhadiran lebih dari 10 persen per bulan, pecat.
Penilaian dari masyarakat yang terus kurang dan tidak naik-naik, ya pecat. Itu sudah di aplikasinya sendiri.
Tribun : Tujuannya?
Grace : Menaikkan standar kepedulian masyarakat kepada anggota dewan yang sudah mereka pilih.
Coba lihat deh di Jakarta saja misalnya, dulu saat jamannya Ahok, kita sering dengar tuh ada dana siluman, mafia anggaran dan lain-lain.
Sekarang mana? Kita tidak pernah tahu ada apa di rapat anggaran? Sementara apa-apa semua anggaran bertambah dan berlipat-lipat tanpa ada orang yang tahu. Ini yang ingin kami ubah.
Masyarakat jadi memiliki standar yang bagus. Kami ingin menunjukkan, begini loh seharusnya. Kami juga tahu tidak akan bisa mengubah semua partai lama yang konvesional itu ikut cara kami.
Tapi, setidaknya masyarakat tahu ini loh transparansi kinerja DPRD. Ya hampir mirip sama kerja pegawai perusahaan swasta lah, semuanya harus berdasarkan penilaian.
Ini distrupsi positif yang akan kami lakukan dan semua caleg sedari awal sudah tandatangan kontrak.
• KPK Perpanjang Masa Penahanan Romahurmuziy
• Ketua Umum PBNU: Jangan Sampai Kita Terpecah Hanya karena Pemilu
• Ahmad Dhani Disebut-sebut Tak Lolos DPR, Bagaimana Nasib Manohara di Pileg 2019? Ini Penjelasannya
Tribun : Soal hasil hitung cepat yang menunjukkan PSI di angka 2 persen. Anda kecewa?
Grace : Setelah tahu hasil hitung cepat itu, saya merasakan kami kalah sebenarnya, tapi rasa menang.
Saya sangat terharu banyak yang menyampaikan rasa semangat dan tulisan-tulisan yang menunjukkan rasa semangat dan optimis kepada saya.
Kami akan terus berjalan dengan perjuangan-perjuangan kami.
Tribun : Apakah sudah anda prediksi hasil ini, atau apa yang kurang selama masa kampanye?
Grace : Kami mendapat setidaknya, tiga juta suara dari 50 persen pemilih yang mengenal kami.
Kami berbeda dengan Perindo yang sudah 90 persen lebih popularitasnya. Kami hanya dikenal 50 persen saja, dan mendapat dua persen suara.
Persoalannya, kami melihat di sempitnya waktu untuk sosialisasi, Itu saja sih.
PSI 2014 berdiri, tiga tahun kami membangun infrastruktur partai. Jadi, praktis kami hanya punya waktu satu tahun kurang untuk memperkenalkan diri.
Masyarakat sendiri, baru tahu kalau ada pemiliihan legislatif itu satu sampai dua bulan sebelum pemilihan.
Tribun : Ada penyesalan sudah mengikuti pemilu untuk pertama kalinya?
Grace : Tidak. Kami yakin, pemilih kami memiliki idealisme sendirinya dan memiliki alasan yang kuat kenapa memilih kami. Tiga juta suara ini yang akan kami rawat.
Hitunglah satu orang mengajak satu, artinya sudah enam juta. Dengan mesin partai kami sendiri, mudah-mudahan bisa jauh lebih baik untuk 2024.
Tribun : 269 Daerah akan Pilkada di tahun 2020. Akan majukan kader?
Grace : Dilihat dulu. Sebenarnya ada yang potensial beberapa di daerah, Sangat mungkin untuk kami ajukan. Kalau memang bagus, kenapa tidak dicoba kan?
Tribun : Apabila ada pihak luar ingin mengakuisisi partai ini, membuka kemungkinan?
Grace : Enggak lah. Enak aja. (amriyono)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ketika Ketua Umum PSI Tak Lolos Parlemen, Grace Natalie: Kami Sebenarnya Kalah Tapi Rasa Menang