5 Fakta Masjid Tua Nurul Abrar dan Makam Kramat di Kawasan Niaga Mangga Dua
Masjid Nurul Abrar berdiri di kawasan pecinan sekaligus pusat niaga Mangga Dua, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, SAWAH BESAR - Masjid Nurul Abrar berdiri di kawasan pecinan sekaligus pusat niaga Mangga Dua, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Pembangunan masjid ini pun sarat akan sejarah penyebaran agama Islam di nusantara dan kisah kegigihan seorang ulama asal Timur Tengah yang berani menentang penjajah kolonial Belanda kala itu.
Sang ulama sekaligus pendiri Masjid Nurul Abrar, yaitu Sayyid Abubakar bin Alwi Bahsan Jamalullail pun kini dimakamkan di area masjid tersebut
Makamnya sering disebut sebagai 'Makam Kramat Mangga Dua' dan kerap didatangi oleh para peziarah, khususnya saat malam Jumat dan menjelang bulan Ramadan.
Berikut TribunJakarta.com coba merangkum 5 fakta Masjid Nurul Abrar dan Makam Kramat Mangga Dua :
1. Dulunya merupakan rumah milik pejabat kolonial Belanda

Masjid ini didirikan tahun 1841 oleh Sayyid Abubakar bin Alwi Bahsan Jamalullail atau yang akrab disapa Syekh Abubakar.
Masagus Hamdi (53), pengurus masjid sekaligus keturunan Syekh Abubakar menuturkan, dulu bangunan masjid merupakan rumah milik pejabat kolonial Belanda.
"Awalnya ini adalah rumah milik kompeni Belanda, kemudian berhasil direbut Syekh Abubakar dan dijadikan masjid," ucapnya kepada TribunJakarta.com, Selasa (7/5/2019).
Kini, Masjid Nurul Abrar masih menyisakan bangunan peninggalan Belanda berupa mimbar asli yang saat ini sudah tidak digunakan lagi dan empat buah pilar yang memiliki diameter cukup besar dan tampak kokoh di depannya.
"Dulu ini (menunjuk sebuah bangunan berkelir putih) merupakan pos penjagaan Kompeni Belanda, tapi karena arahnya sesuai kiblat maka dijadikan mimbar oleh Syekh Abubakar," ujarnya.
"Empat tiang ini (menunjuk empat tiang berukuran besar di depan mimbar) juga masih asli," tambahnya menjelaskan.
2. Sang pendiri masih keturunan Rasulullah
Masagus Hamdi menuturkan, Syekh Abubakar sendiri merupakan seorang alim ulama asal Timur Tengah yang masih merupakan keturunan dari Husei bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah dari putrinya Fattimah Azzahra.
"Dia ulama asli orang Arab, itu marganya Jamalullail turunan dari Yaman," ujarnya saat ditemui di Masjid Nurul Abrar, Jalan Mangga Dua Dalam No. 17, RT 01/05, Mangga Dua Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Dijelaskan Hamdi, Syekh Abubakar sendiri datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam di nusantara, khususnya di sekitar Batavia atau Jakarta.
"Disini ia jadi ulama dan punya banyak murid, selain makam beliau, di Masjid Nurul Abrar juga ada beberapa makam muridnya," kata Hamdi.
3. Dulunya terdapat kolom yang airnya selalu mengalir bak mata air
Tepat disamping kanan mimbar dan empat tiang peninggalan Belanda dulunya terdapat sebuah kolam yang airnya dipercaya selalu mengalir.
Kolam itu pun dijadikan tempat wudu bagi para jemaat yang ingin menjalankan salat di masjid tersebut.
Namun, beberapa tahun lalu pihak pengelola masjid memutuskan untuk menutup masjid tersebut lantaran para jemaat yang datang kerap melakukan ritual yang mengarah pada kemusyrikan.
"Mitosnya air itu berhubungan langsung dengan laut di daerah Pasar Ikan dan konon air disini setinggi air laut," ucap Masagus Hamdi di Masjid Nurul Abrar, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
"Jadi kalu air laut naik disini juga naik," tambahnya.
4. Terdapat Makam Syekh Abubakar dan pengikutnya

Setelah Syekh Abubakar wafat, sang pendiri Masjid Nurul Abrar itu pun dimakamkan di area masjid.
Letak makamnya tepat berada di samping kanan mimbar lama dan empat tiang peninggalan Belanda.
Makam tersebut berada di sebuah ruangan yang tampak terpisah dari bangunan masjid.
Tepat di tengah ruangan itu tampak ada sebuah bangunan yang ditutup dengan kain berwarna hijau dan bercorak kuning keemasan.
Pada bagian atasnya tampak terdapat ejaan arab berkelir kuning keemasan.
• Hari Ketiga Bulan Ramadan, Masjid Istiqlal Dipenuhi Jemaah yang Melaksanakan Salat Duha
• Pesan Imam Besar Masjid Istiqlal, Muliakan Nilai Persatuan hingga Saling Memaafkan Usai Pemilu
• Iktikaf 10 Malam Terakhir, Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa Siapkan 5 Ribu Nasi Boks untuk Sahur
Yaa makan ini merupakan makam dari Syekh Abubakar, ulama sekaligus salah satu pahlawan nasional.
Hamdi menuturkan, makam tersebut kerap dipadati oleh para peziarah, khususnya saat malam jumat dan menjelang bulan Ramadan.
"Peziarahnya banyak, ada dari Luar Batang, Kwitang, Kampung Bandan, dan dari luar Pulau Jawa juga ada," ucapnya.
5. Bangunan masjid dan makam sudah dijadikan cagar budaya
Nama masyur Syekh Abubakar yang sudah tersohor sampai luar negeri pun membuat pemerintah daerah menetapkan Masjid Nurul Abrar sekaligius makamnya sebagai cagar budaya.
"Meski sudah jadi cagar budaya tapi bantuan dari pemerintah ke sini minim sekali. Tapi alhamdulillah engga perlu minta-minta banyak donatur sehingga kami pelan-pelan bisa merenovasi masjid ini," ujarnya.
Ia pun berharap, makam leluhurnya ini bisa mendapat perhatian lebih dari pemerintah sehingga pihak pengurus masjid bisa melakukan pemugaran agar para jemaat yang datang bisa beribadah dan berdoa dengan nyaman.