Tak Kenal Lelah, Tukang Sol Sepatu Berusia 98 Tahun Ini Tetap Bekerja Keras Demi Keluarga
Di usianya yang ke-98 tahun, pria paruh baya tetap menjahit sepatu orang lain demi mendapatkan uang untuk keluarganya.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Pria paruh baya ini tak mengenal usia untuk bekerja keras di ibukota Jakarta.
Di usianya yang ke-98 tahun, dia tetap menjahit sepatu orang lain demi mendapatkan uang untuk keluarganya.
Adalah Herman, pria paru baya asal Garut, Jawa Barat ini tak kenal lelah meski usianya sudah senja.
"Umur saya sembilan puluh delapan tahun. Tapi tahun ini saya mau sembilan puluh sembilan tahun," kata Herman, di area Majlis Ta'lim Habib Ali bin Abdurrahman, Jalan Kramat Kwitang, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2019).
"Saya lahir tahun sembilan belas dua puluh (1920)," lanjutnya.
Meski sudah tua, kata Herman, dia mesti bekerja mencari uang untuk keluarganya yang berada di Garut, Jawa Barat.
Terlebih, Herman sedang menjalani puasa dan mengaku tidak merasa lelah.
• VIDEO Pria Berusia 98 Tahun Tawarkan Jasa Sol Sepatu, Tetap Bekerja Keras Demi Keluarga
• Kisah Tukang Sol Sepatu Keliling, Odi Bersyukur Dapat Rp 50 Ribu Sehari
• Cerita Daday Tukang Sol Sepatu di Cipete, Pernah Dapat Order dari Penyanyi Hingga Komedian
"Tidak, tidak capai. Kalau mau cari uang untuk keluarga tidak boleh capai," ujar Herman sambil tersenyum.
Walau telah memiliki anak, Herman enggan menjadi orang tua yang merepotkan.
"Kasihan sama anak. Saya takut menyusahkan mereka," jelas Herman yang mengenakan kacamata.
Kulitnya yang telah mengkerut, tak membuat dirinya pasrah dengan keadaan.
"Kalau sakit-sakitan mah ya namanya juga sudah tua, pasti sering. Cuma kita banyak berdoa saja biar diberi kesehatan sama jangan stres," ucap Herman sambil tersenyum.
Pada bulan Ramadan 1440 hijriah ini, Herman mengaku selalu nimbrung untuk berbuka puasa bersama di masjid-masjid yang dikunjunginya.
"Kalau berbuka puasa, saya suka datang ke masjid-masjid. Enak bisa buka puasa bareng di masjid," kata Herman yang memakai topi.
"Jadi berasa punya keluarga di Jakarta," lanjut Herman sambil tertawa.
Menyoal penghasilan sehari, Herman menyatakan mampu mengantongi minimal Rp 100 ribu.
"Paling banyak dua ratus (Rp 200 ribu)," ucapnya sambil memasukan benang ke dalam pinggiran sepatu.
"Nanti bakal saya sisihkan untuk menabung. Buat pulang kampung ke Garut. Lebaran di sana," sambungnya.
Dia pun berharap, agar kondisi kesehatannya tetap terjaga.
Sehingga cita-citanya untuk bersua dengan keluarga di Garut dapat terwujud.
"Saya penginnya bisa terus sehat dan banyak rezeki biar bisa bahagiakan keluarga. Ketemu sama keluarga di Garut. Senang banget saya," pungkas Herman yang memakai sandal jepit.
Diketahui, Herman bersama penjual jasa sol sepatu lainnya mengontrak di kawasan Jalan Kramat, Jakarta Pusat.
Dan hari ini, pukul 16.58 WIB, Herman harus menjahit delapan pasang sepatu yang rusak.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/tukang-sol-sepatu.jpg)