Detik-detik Bayi Elora Meninggal: 30 Menit Tengkurap Ditinggal Perawat, Tangan dan Mulut Membiru
Elora, bayi tiga bulan meninggal di sebuah tempat penitipan anak di Jalan Drupadi, Denpasar. Tangan dan mulutnya membiru.
TRIBUNJAKARTA.COM, DENPASAR - Elora, bayi tiga bulan meninggal di sebuah tempat penitipan anak di Jalan Drupadi, Denpasar. Tangan dan mulutnya membiru.
Bayi perempuan itu meninggal diduga akibat kehabisan oksigen, setelah ditinggalkan 30 menit dalam kondisi tengkurap oleh perawatnya.
Kematian bayi Elora masih diselidiki pihak Polresta Denpasar, sebanyak delapan saksi dari pihak penitipan anak sudah diperiksa.
"Saya titipkan sekitar pukul 07.30 Wita. Mereka berdua dalam kondisi sehat," ujar Andika Anggara, ayah Elora, saat ditemui di ruang jenazah RSUP Sanglah, Denpasar, Sabtu (11/5/2019).
Pagi itu ia tak lupa menaruh mereka di tempat penitipan berikut perlengkapan mandi dan kebutuhan lain-lain untuk anaknya.
Sudah sebulan Andika menitipkan kedua anaknya ke tempat penitipan anak di Jalan Drupadi, Denpasar, yang ia tahu dari media sosial.
Andika menitipkan kedua anaknya, Kevin (2,5 tahun) dan Elora karena ia dan istrinya bekerja.
Seperti biasanya, Kamis (9/5/2019) pagi Andika menitipkan kedua anaknya dalam kondisi sehat di tempat penitipan anak langganannya ini.
Kakek dan nenek pun tak bisa mengurus Kevin dan Elora karena harus juga bekerja.
Sekitar pukul 17.00 Wita, istri Andika dan nenek si cucu datang menjemput.
Baru Kevin yang boleh keluar dan pulang lebih dulu, sementara Elora masih tertahan.
Menurut Andika, pihak penitipan anak saat itu menjelaskan orangtua yang menjemput harus menunggu antrean.
"Diinformasikan oleh perawat bahwa Elora belum beres karena menunggu antrean,” tutur Andika.
Istri Andika lalu lebih dulu pulang ke rumah membawa Kevin, sedangkan sang nenek menunggu Elora.
Beberapa menit menunggu di luar, sang nenek mulai gelisah. Ia menerobos pintu penitipan anak untuk mencari cucunya Elora.

"Kondisi saat itu pintu tempat penitipan anak tertutup, biasanya tidak tertutup," ujar Andika.
Sang nenek lantas menanyakan keberadaan bayi Elora dan dijawab salah satu perawat jika cucunya itu sudah dibawa ke UGD Bros, Denpasar.
"Ibu mohon maaf Elora sudah di UGD Bros," ujar salah satu perawat kepada nenek Elora seperti ditirukan Andika.
Menurut Andika, pihak penitipan anak seolah menutupi sesuatu, pertama mereka meminta penjemput menunggu antrean.
Sementara setelah didesak nenek Elora, ternyata cucunya sudah dibawa ke UGD.
"Akhirnya neneknya langsung ke UGD. Saya diberitahu pukul 17.30 Wita. Kemudian saya lari dari kantor menuju UGD," ungkap Andika.
Di UGD Rumah Sakit Bros, ia melihat kondisi tubuh anaknya tersebut dipenuhi alat pemacu jantung.
"Sampai di UGD, saya lihat anak saya sudah dipakaikan alat pemacu jantung dan segala macam. Sudah dua kali jantungnya dipacu oleh dokter,” ujar Andika.
Andika mengungkapkan, menurut keterangan dokter, saat tiba di UGD Elora sudah meninggal dunia.
"Tangan dan mulutnya sudah membiru. Berarti, menurut saya, saat di TPA anak saya sudah meninggal. Jadi saya serahkan semua proses penyelidikan ke polisi biar semua terungkap," tegasnya.
Setelah dari Rumah Sakit Bros, barulah jasad bayi dikirim ke Instalasi Forensik RSUP Sanglah.
Andika mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.
Pemilik penitipan diperiksa
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol I Wayan Arta Ariawan, mengatakan sudah memeriksa pemilik penitipan beserta 8 saksi.
Kasat Reskrim enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai penanganan kasus tersebut.

Pihak Polresta Denpasar akan melakukan rilis pers untuk kasus ini pada Senin (13/5/2019).
"Pemilik TPA dan 8 orang saksi sudah kami periksa," ujar Kompol I Wayan Arta Ariawan saat dikonfirmasi melalui seluler, Sabtu (11/5).
Kepala Unit PPA Polresta Denpasar, AKP Jossy Lambiombir, membenarkan adanya laporan atas kasus tersebut.
"Memang benar kejadian itu. Kami sudah melakukan penyelidikan terhadap kasusnya. Sesuai petunjuk, silakan berkoordinasi dengan pimpinan," ujarnya.
Kondisi bayi ditinggal tengkurap
Andika mendapat kesempatan untuk melihat rekaman CCTV di ruangan tempat penitipan anak tersebut.
Berdasar rekaman CCTV, menurut Andika, bayi Elora ditinggal selama 30 menit oleh perawat dalam kondisi dibedong dan ditengkurapkan.
Andika sempat berpikir tempat penitipan kedua anaknya bagus karena setiap pulang mereka dalam kondisi sudah mandi dan wangi.
Setiap kali Andika atau anggota keluarga lainnya menjemput, susu kedua anaknya selalu habis.
"Senang dengarnya sebagai orangtua. Memang anak pertama saya Kevin, saya titipkan sudah selama satu bulan lebih seminggu di situ. Sedangkan Elora baru dititipkan di sana selama dua minggu," ungkap Andika.
Ia kaget anaknya yang masih bayi tiga bulan mendapat perlakuan tak semestinya dari perawat karena lalai dan meninggalkan begitu saja.

Menurut Andika bayi Elora sudah dimandikan perawat lalu dibedong.
"Pada saat posisi pertama itu miring dan masih terganjal bantal. Setelah itu diambil bantalnya, lalu anak saya ditengkurapkan."
"Nah, setelah itu perawat tinggalkan anak saya dalam kondisi seperti itu untuk mengambil anak lain yang sedang dijemput orangtuanya. Ditinggal selama 30 menit. Jeleknya, pintunya itu ditutup," tutur Andika.
Sambil menceritakan kondisi anaknya yang terekam CCTV, terlihat Andika mulai meneteskan air mata.
"Menit-menit pertama, lanjut lima menit, anak saya masih gerak-gerak, mungkin dia ingin membalikkan badannya ya. Cuma lama kelamaan dia diam. Di situ kelihatannya dia seperti kehabisan oksigen. Itu yang saya kecewa," katanya.
Soal pihak TPA atas rekaman CCTV itu, menurur Andika mereka terkesan masih belum mengakui kesalahan atau kelalaian perawatnya.
"Malah yang saya dengar di penyelidikan membuat berita acara dan menyatakan bahwa mereka bekerja sesuai SOP. Anak haus diberi susu, tidur, dan kemudian meninggal. Kok ngomongnya begitu," ujar Andika.
Ia menjelaskan menurut keterangan dokter Rumah Sakit Bros bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayinya.
"Dari Rumah Sakit Bros, pihak dokter menyampaikan dia sudah meninggal. Tanda kekerasan tidak ada. Kata dokter karena kehabisan oksigen," ujarnya
Tribun Bali belum berhasil menghubungi pihak pengelola penitipan anak untuk melakukan konfirmasi atas kejadian tersebut.
Ketika mendatangi lokasi penitipan anak kemarin, dari luar kondisi gedung tampak dtertutup rapat.
Ketika Tribun Bali mencoba menghubungi seorang pengurus penitipan anak, telepon selulernya dalam keadaan tidak aktif.
Secara tegas, Andika mengatakan akan melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. Ia kini masih menunggu hasil otopsi dari RSUP Sanglah atas bayinya.
"Saya bawa ke RSUP Sanglah agar diautopsi. Sebenarnya kita sempat ragu mau diautopsi atau tidak, karena kan jasadnya dibedah kalau diautopsi."
"Tapi dari pihak kepolisian bilang, kami tidak bisa menyelesaikan ini secara hukum kalau tanpa autopsi, harus dibuat data autopsinya. Saya mendukung proses hukumnya dan saya ikuti. Saya serahkan ke pihak kepolisian," tegasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun Bali dengan judul: Kronologi Bayi Elora Meninggal di TPA Drupadi Denpasar, Sang Ayah Teteskan Air Mata Saat Lihat CCTV