Ramadan 2019

Orang Dengan Gangguan Jiwa Fase Stabil di Panti Sosial Cipayung Ikut Berpuasa

Rupanya dari jumlah tersebut, terdapat WBS yang menjalani puasa layaknya orang sehat jasmani dan rohani pada umumnya.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Sekitar 160 Warga Binaan Sosial (WBS) atau Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa (PSBLHS) 2 Cipayung jalani puasa Ramadan 1440 H.

Saat ini terdapat, 1.149 WBS yang menderita Gangguan Jiwa fase stabil di PSBLHS 2 Cipayung, Jakarta Timur.

Rupanya dari jumlah tersebut, terdapat WBS yang menjalani puasa layaknya orang sehat jasmani dan rohani pada umumnya.

"Tentu ada yang puasa. Sekitar 160 WBS kita jalani puasa. Mereka ini berada di fase stabil. Jadi beberapa sudah ada yang mengerti terkait puasa itu apa sekalipun tidak diwajibkan dalam ajaran agama bagi penderita ODGJ. Tidak menutup kemungkinan, mereka yang berpuasa ini sudah bisa naik kelas ke cluster 3 yang siap diberdayakan di Daan Mogot," terang Kepala PSBLHS 2, Tuti Sulistyaningsih, Senin (13/5/2019).

Selama bulan Ramadhan kegiatan siang bagi para WBS diganti menjadi tadarus usai salat Dzuhur, Dzikir, Sholawatan dan pemutaran film-film islam mulai pukul 13.00 WIB sampai 14.30 WIB.

Kisah Masjid Al-Hikmah Sarinah yang Berdiri Sejak 1968, Dibangun Hanya Tiga Bulan

Sedangkan, untuk kegiatan pagi mulai pukul 09.30-11.00 WIB para WBS masih menjalani kegiatan wajib seperti biasa. Yakni kegitan trapetik yang sifatnya keterampilan. Lalu kegiatan kebersihan diri, kesenian maupun permainan tradisional.

"Para WBS ini kan secara fisik memang dewasa, tapi secara pola pikir masih anak-anak. Sehingga bagi yang puasa kita harus memberikan penerapan yang mudah mereka pahami terkait puasa. Oleh sebab itu kita adakan tadarus usai salat Dzuhur, dzikir dan pemutaran film tentang islam. Dari situ mereka mulai paham terkait puasa. Ya sekalipun ada saja yang ketahuan minum kopi atau makan roti. Karena mereka masih berpikir selama tidak makan nasi, puasanya tidak batal. Dari situ kita mulai bimbing lagi apa saja yang tidak boleh dilakukan selama puasa dan apa yang boleh," kata Tuti.

Saat ini, dari sekitar 160 WBS yang menjalani puasa, WBS yang masih berpuasa hingga hari ke-8 bisa terhitung.

Baik kepala maupun para petugas panti, masih terus memberikan pemahaman kepada WBS terkait puasa di Bulan Suci Ramadhan. Serta memasukan kegiatan keagamaan dalam aktivitas para WBS.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved