Hilang Dua Hari, Bocah 15 Tahun di Jakarta Barat Ditemukan dalam Kondisi Tak Bernyawa

Didin bercerita dirinya dilanda kepanikan ketika satu per satu teman MHA yang dihubunginya tak ada yang mengetahui dimana keberadaan sang anak

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra
Orangtua MHA, korban tewas diduga dalam insiden 22 Mei. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM,  KEBON JERUK - Didin tak menyangka bahwa kedatangan MHA (15) ke tempat kerjanya pada Rabu (22/5/2019) lalu menjadi pertemuan terakhir dengan sang anak.

Rabu siang itu, tak seperti biasanya, MHA yang baru pulang sekolah mendatangi tempat kerja Didin untuk minta diantarkan pulang.

Namun, karena Didin sedang tak membawa motor, ia pun terpaksa meminjam motor kawannya demi menuruti permintaan anak keduanya itu.

"Terakhir ketemu pas 22 Mei itu, saat itu dia baru pulang sekolah jalan kaki jam 12 siang datang ke kerjaan saya," kata Didin ditemui di rumahnya di RT9/10, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (24/5/2019).

Setelah pulang kerumah, seperti biasa MHA pergi bermain. 

Siswa kelas 1 SMP itu pun meminta uang Rp 5000 kepada ibunya dengan alasan untuk membeli layangan.

Saat itu, ibunda MHA sama sekali tak curiga dan memberinya uang.

"Karena dia itu emang suka main layangan. Makanya dikasih sama ibunya orang pikiran emang benar buat main layangan," kata Didin.

Namun, tak seperti biasanya, sampai malam tiba, MHA tak kunjung pulang ke rumah.

Ponselnya pun tak bisa dihubungi hingga membuat Didin dan sang istri dibuat cemas.

Saat itu, Didin belum berpikir bahwa sang anak sedang berada di dalam bahaya. Ia masih berpikir positif bahwa MHA sedang bermain di rumah temannya.

"Awalnya saya enggak cari dia karena saya kira biasanya dia suka nginep dirumah temannya," kata Didin.

Didin bercerita dirinya dilanda kepanikan ketika satu per satu teman MHA yang dihubunginya tak ada yang mengetahui dimana keberadaan sang anak.

Ia pun mulai mengumumkan hilangnya MHA ke sejumlah grup whatsappnya.

Hingga akhirnya keesokan harinya atau pada Kamis (23/5/2019) malam, ada salah satu rekan mengubunginya yang mengatakan bahwa sang anak berada di rumah sakit.

Kawan itu pun kemudian datang ke rumahnya dan menunjukan video saat MHA berada di dalam mobil ambulans untuk dibawa ke RS Dharmais akibat kerusuhan di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

"Saya dikasih unjuk videonya dan saya yakin benar itu anak saya," kata Didin sambil sesekali mengelap air matanya.

Setelah melihat video itu, Didin dan keluarga pun langsung berangkat ke RS Dharmais untuk mengecek keadaan MHA.

Sayangnya, justru kabar duka yang ia dengar bahwa sang anak sudah dinyatakan meninggal dunia dan jenazahnya berada di RS Polri.

Ternyata MHA itu adalah jenazah yang sebelumnya diberitakan tanpa identitas dan diperkirakan berusia 14 tahun. 

Aspal Pelintasan Kereta Stasiun Serpong Berlubang, Warga Harap Segera Diperbaiki

"Ya itu emang anak saya yang usianya 15 tahun karena memang dia belum punya kartu identitas. Dia itu pas pergi pakai celana pendek dan kaus putih,"  kata Didin.

Meski jenazah MHA sudah dimakamkan di TPU Kepa Duri sore tadi pada pukul 15.00 WIB, keluarga belum mendapat penjelasan resmi dari pihak rumah sakit terkait penyebab tewasnya sang anak.

Sebab, saat tiba di rumah duka, jenazah sudah dibungkus kain kafan dan pihak keluarga tak ada yang membukanya.

"Saya belum tahu penyebabnya, tapi saya yakin anak saya itu dibunuh karena dia itu enggak ngerti apa-apa, masih anak SMP. Saya juga sama sekali enggak tahu kalau ternyata dia ikutan aksi 22 Mei itu," kata Didin.

MHA pun menambah daftar korban tewas dalam insiden 22 Mei.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved