Jalan Kaki Surabaya-Jakarta, Ini Alasan Man Rambo Gaungkan Bahaya Narkoba

Pria yang akrab disapa Man Rambo ini tak lelah mengendong dua papan ukuran besar berisi imbauan bahaya narkoba

Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
TribunJakarta.com/Bima Putra
Man Rambo (57) saat beristirahat di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2019). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Meski harus berhadapan dengan terik matahari, debu, asap knalpot, dan bahaya lain di jalan, semangat Satuman (57) berjalan kaki menempuh Surabaya-Jakarta mengkampanyekan bahaya narkoba tak kendor.

Ditemui di Jalan Mayjen Sutoyo, Kramat Jati, Jakarta Timur, pria yang akrab disapa Man Rambo ini tak lelah mengendong dua papan ukuran besar berisi imbauan bahaya narkoba.

Sebelum menggaungkan bahaya narkoba, dia lebih dulu menjajal ratusan kilometer Surabaya-Jakarta untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia tahun 2018 lalu.

"Ini sudah ketiga kalinya saya jalan kaki Surabaya-Jakarta. Sekarang saya mengkampanyekan bahaya narkoba, karena narkoba ini luar biasa berbahaya," kata Man Rambo di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2019).

Mantan narapidana yang pernah menghuni Penjara Kalisosok selama 12 tahun ini nekat meninggalkan pekerjaannya sebagai sopir angkot.

Man Rambo (57) saat mengkampanyekan bahaya narkoba di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2019). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Man Rambo (57) saat mengkampanyekan bahaya narkoba di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2019). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA (TribunJakarta.com/Bima Putra)

Keputusan yang ia ambil demi hidupnya itu bukan tanpa sebab.

Dia mengaku prihatin dengan maraknya peredaran narkoba yang menyasar generasi muda jadi penyalahgunaan narkotika lalu berujung jadi narapidana.

"Sudah berapa istri dan anak yang menangis karena suaminya sakit atau masuk penjara. Berapa banyak orang tua yang menangis karena anaknya masuk penjara karena narkoba," ujarnya.

Sebagai mantan preman dan narapidana yang tubuhnya pernah mencicipi pukulan, senjata tajam, hingga timah panas aparat, dia mengaku mahfum bahaya narkoba sejak lama.

Namun pertemuan dengan sahabatnya yang baru keluar penjara akibat narkoba tahun lalu membuatnya kian sadar bahwa peredaran narkoba terus meningkat dan mencari tumbal baru.

"Teman saya yang baru keluar penjara menyesal pakai narkoba karena anaknya meninggal sewaktu dia masih di penjara. Dia masuk penjara pas anaknya umur satu tahun, anaknya meninggal umur empat tahun," tuturnya.

Hingga Siang Ini, Jumlah Pengunjung Ragunan Tembus 62 Ribu

VIDEO Melihat Suasana RPTRA Kejora, dari Fasilitas hingga Aneka Tanaman yang Dimilikinya

Bingung Libur Lebaran? Museum Bahari di Jakarta Utara Bisa Jadi Alternatif

Tangis penyesalan sahabat yang pernah bersama mengarungi kelamnya kehidupan jalanan dan kriminal itu jadi titik awal Man Rambo mengkampanyekan bahaya narkoba.

Penghasilannya menarik angkot yang tak seberapa dia gunakan mencetak brosur bahaya anti narkoba lalu dibagikan kepada masyarakat yang ditemui di perjalanan.

"Dulu saya dibayar untuk jaga gedung, jaga tanah. Berantem, dibacok, kena tembak polisi sudah pernah. Dari dulu saya sudah banyak lihat orang pakai sabu, putau, segala macam. Jadi saya tahu bahaya narkoba," lanjut Man Rambo.

Keterlibatan Man Rambo di ranah kriminal pun tak singkat dan hanya di satu wilayah, kerasnya Ibu Kota di tahun 70 hingga 80-an pernah dirasakannya.

Pun dengan kelamnya ranah jalanan dan kriminal di Surabaya tempat dia menghabiskan waktu di penjara atas tiga kasus tindak pidana berbeda.

"Saya enggak pernah pakai narkoba, bukan karena takut dosa. Tapi karena malas, enggak ada untungnya. Malah merugikan diri sendiri, lebih baik merampok daripada pakai narkoba," ucap dia.

Pria tubuhnya pernah dihujam tiga timah panas polisi ini mencontohkan dampak buruk narkoba yang justru mengganggu pekerjaannya sebagai seorang preman.

Banyak rekannnya sesama preman yang justru ogah bekerja usai mengkonsumsi narkoba dan akhirnya sakit lalu meninggal dalam kondisi mengenaskan.

"Kalau pakai ganja pasti bawaannya malas, kalau enggak lapar ya tidur. Kalau pakai putau badan lama-lama rusak, banyak kena suntik. Yang tadinya kekar jadi kurus, sakit terus meninggal," kata dia.

Selain membagikan brosur, Man Rambo mengendong papan berukuran besar di bagian punggung dan satu papan ukuran sedang di bagian depan tubuhnya.

Papan di bagian belakang bertuliskan "Demi Tuhan aku tidak berbohong narkoba itu berbahaya bagi kita. Banyak orang stres dan gila, banyak pula wanita menangis karena suami masuk penjara karena narkoba".

Di bagian depan tertoreh tulisan "Perjuangan tak mengenal lelah, maju terus pantang mundur mundur. Demi bangsa dan negara. Tolak Narkoba".

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved