Beberkan Pengalaman Lihat Balon Udara saat Terbang, Captain Vincent Raditya Ungkap Bahaya Ini
Captain vincent Raditya menjelaskan soal bahaya balom udara terhadap pesawat
Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM - Pilot sekaligus YouTuber Captain Vincent Raditya menceritakan pengalamannya pernah melihat balon udara saat bertugas berada di udara.
Balon udara belakangan ini memang kerap diperbincangkan.
Hal itu seiring dengan adanya laporan yang diterima AirNav Indonesia soal keberadaan balon udara yang membahayakan pesawat.
Dikutip dari Kompas.com, AirNav Indonesia telah menerima laporan 26 pilot terkait keberadaan balon udara pada Rabu (5/6/2019) kemarin.
Menurut Deputy GM Perencanaan dan Evakuasi Operasi Makassar Air Traffic Service Control (MATSC), Davitson Aritonang, balon udara tersebut terlihat di ketinggian 38.000 kaki.
• Lusa Pegawai Masuk Kerja, Arus Balik di Arteri Bekasi Diperkirakan Terjadi Malam Ini
• Modus Jadi Pembeli, Glen Gunakan Senjata Tajam Rampas Ponsel di Tanjung Priok
• 6.011 Pemudik Sudah Tiba di Terminal Kampung Rambutan
Balon udara tersebut terlihat di wilayah Jawa dan Bali.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sendiri telah mengimbau warga untuk menghentikan kegiatan menerbangkan balon liar, baik saat ini mau pun pada tahun-tahun berikutnya.
Melalui video yang diunggah di kanal YouTubenya, Vincent Raditya pun menjelaskan soal bahayanya balon udara terhadap pesawat.
"Kalau isu budaya saya tak tahu persis bagaimana budaya itu harus dilaksanakan dan kapan tepatnya, saya ga paham," kata Vincent Raditya seperti dilansir TribunJakarta dari tayangan YouTube Vincent Raditya, Sabtu (8/6/2019).

"Tapi mengenai keselamatan penerbanbgan hal ini saya cukup mengetahuih kareana saya sering kali membawa pesawat secara regular," tambahnya.
Dikatakannya bahwa ukuram balon udara yang diterbangkan variatif.
"Kebanyakan lebih besar dari manusia," terangnya.
Vincent Raditya juga menjelaskan balon udara adalah benda yang tidak dikontrol.
"Bisa belok ke kiri ke kanan, artinya tak beraturan dan tingginya tak beraturan," jelasnya.
• Melihat Masjid Al-Ikhlas yang Berada di Tengah Pasar Ikan Hias Jalan Sumenep Menteng
• Sirkus Berkelas Dunia Hadir di Mal Kelapa Gading Hingga 7 Juli, Intip Jadwalnya!
• H+3 Lebaran, TPU Tanah Kusir Masih Ramai Peziarah
Bila dilihat dari hal keselamatan penerbangan, kata dia, balon udara dapat membawa dampak buruk terhadap pesawat.
"(Balon udara) bisa masuk dan bisa meledakan mesin, keluar api yang tadinya normal tiba-tiba meledak mesinnya keluar api," terangnya.
"Dan tentunya pesawat terpaksa harus menjalani situasi darurat," sambungnya.

Vincent Raditya lantas sedikit menceritakan pengalamannya pernah melihat balon udara saat menerbangkan pesawat.
Saat itu, Vincent Raditya merasa sangat kaget.
"Bayangkan ketika pesawat terbang, tiba-tiba ketemu balon udara sebesar itu, saya sendiri pernah ketemu," katanta.
"Dan balon tersebut di samping kiri pesawat saya ketika saya terbang di atas kota Semarang."
"Itu kagetnya luar biasa," tambahnya.
• Download Lagu Sabyan - Idul Fitri, Mp3 Sabyan Gambus Lengkap dengan Lirik
• Baru Lahir Putri kedua Ruben Onsu Telah Miliki Akun Instagram, Pengikutnya Hampir Mencapai 50 Ribu
• Lawan Yordania dan Vanuatu, Simon McMenemy Punya 2 Target Khusus Bersama Timnas Indonesia
Sebelumnya diwartakan Kompas.com, Davitson Aritonang mengatakan, ada 28 kasus yang dilaporkan oleh 26 pilot kepada pihak AirNav Indonesia terkait keberadaan balon udara.
“Dari 28 laporan seluruh Indonesia, ada 13 laporan yang berada di wilayah penerbangan MATSC. Balon udara itu terlihat di wilayah Jawa dan Bali yang diperkirakan diterbangkan dari wilayah tersebut. Ketinggian terbang balon udara itu mencapai 38.000 kaki, sedangkan di ketinggian itu penerbangan sangat padat,” katanya melalui keterangan pers di kantornya, Kamis (6/6/2019).
Davitson mengungkapkan, ukuran balon udara yang mengganggu penerbangan pesawat berukuran besar. Laporan tersebut diterima AirNav Indonesia dalam dua hari terakhir.
“Hari ini saja, Kamis (6/6/2019) pagi sudah kami terima satu laporan dari pilot yang sedang menerbangkan pesawat di ketinggian 35.000 kaki. Sedangkan pada Rabu (5/6/2019) kemarin, mulai pukul 10.00 hingga 16.40 Wita kita terima laporan 28 kasus,” ungkap Davitson.
Balon udara dengan tabung gas 3 kilogram
Menurut Davitson, selain ukurannya yang besar, beberapa balon udara juga dilengkapi tabung gas 3 kilogram hingga 5 kilogram.
Hal itu memaksa pilot untuk keluar dari jalur agar terhindar dari balon udara tersebut.
“Balon udara yang terbang itu kan menggunakan tabung gas 3 Kg atau 5 Kg. Itu sangat bahaya jika terkena pesawat, apalagi jika masuk ke dalam mesin. Bisa-bisa pesawat meledak di udara atau jatuh akibat balon udara itu," kata Davitson.
Davitson menjelaskan, pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak menerbangkan balon udara.
Selain itu juga, pihak Air Nav Indonesia sudah melaporkan balon udara ini ke Kementerian Perhubungan dan pemerintah terkait
Acara festival balon udara diganti balon tradisional
Dalam rangka mensosialisasikan bahaya dari keberadaan balon udara bagi pesawat, AirNav Indonesia mensosialisasikan Java Traditional Balon Festival 2019 kepada ratusan warga di Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (20/5/2019).
Seperti diketahui, selama ini banyak warga yang masih menerbangkan balon udara tanpa awak jelang Lebaran.
Alit Yustiawan, Manager Kepatuhan dan Keselamatan Penerbangan AirNav Indonesia mengatakan, memilih dua kota yaitu Pekalongan dan Wonosobo untuk festival balon udara.
Dua kota itu dipilih ketika setiap Hari Raya Idul Fitri, ratusan bahkan ribuan balon udara dilepaskan warga sebagai sebuah tradisi.
"Kami tidak mau menghilangkan tradisi penerbangan balon udara khususnya di Pekalongan. Hanya kita mengakomodir agar warga menambatkan balonnya agar tidak membahayakan penerbangan," lanjutnya.
Alit pun meminta masyarakat ikut meramaikan Java Balon Festival 2019 akan digelar pada 12 Juni 2019 di Stadion Heogeng dengan hadiah total mencapai Rp 70 juta rupiah dan tidak perlu menerbangkan balon secara liar.
(TribunJakarta/Kompas.con)
Simak videonya di skn