Guru SDN Gedung 03 Berbagi Pengalaman saat Hadapi Anak Berkebutuhan Khusus

Ika, sapaan wali kelas 1 ini menceritakan pengalamannya selama menangani para ABK yang bersekolah di sekolah regular.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Sunika, wali kelas 1 di SDN Gedong 03 Pagi, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (13/6/2019) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO - Sunika (41) satu diantara guru kelas di SDN Gedong 03 Pagi, Pasar Rebo, Jakarta Timur berbagi cerita soal tangani anak inklusi.

Saat ini di Sekolah Dasar Negeri yang terletak di Jalan Raya Condet ini terdapat sekitar 60 siswa/i dari jalur inklusi atau anak berkebutuhan khusus.

Ika, sapaan wali kelas 1 ini menceritakan pengalamannya selama menangani para ABK yang bersekolah di sekolah regular.

Pengalaman menjadi pendamping ABK sebelumnya membuat ia banyak mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan ABK.

"ABK itu berbeda-beda. Kita harus ketahui terlebih dahulu mereka tipe yang pendiam atau yang ketika marah dapat menyakiti orang lain. Karena ABK di sini kan tipe yang moodyan. Tidak sama seperti anak normal lainnya," jelasnya, Kamis (13/6/2019).

Ketika sudah mengetahui tipe yang seperti apa, menurut Ika dirinya lebih mudah untuk memberikan pendekatan ke ABK.

Bila ABK cenderung pendiam, maka dia akan menyarankan murid-muridnya untuk melakukan interaksi lebih.

Seperti mengajak main dan tidak dijauhi, melainkan terus mengayomi.

Viral Momen Lamaran di Bantaeng dengan Uang Panaik Segini, Iin Ariska Tak Menyangka: Doakan Saja

Namun jika ABK cenderung pemarah bahkan menyakiti orang lain ketika moodnya berubah, maka dirinya harus menjauhkan ABK tersebut dari ruang kelas.

"Ketika anaknya pendiam kita suruh temannya untuk terus mengayomi. Namun ada juga yang menyakiti ketika marah, maka kita harus pisahkan dari teman lainnya kemudian kita peluk atau berikan tugas untuk mengembalikan moodnya," sambungnya.

Adapun keunggulan ABK yang bersekolah di sekolah regular. Menurut Ika, secara interaksi sosial ABK mengalami peningkatan karena biasa berbaur dengan anak normal.

Namun, kekurangannya adalah pihak sekolah tidak bisa menemukan bakat mereka. Sebab perhatian untuk tiap murid di sekolah regular sama.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved