Alasan Mantan Penasihat KPK Pimpin Aksi Massa Kawal Sidang Sengketa Pilpres di MK

Abdullah Hehamahua pun memutuskan untuk terjun langsung dan memimpin aksi massa kawal sidang sengketa Pilpres di MK.

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci
Koordinator aksi sekaligus mantan penasihat KPK Abdullah Hehamahua saat ditemui awak media di kawasan patung kuda, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (18/6/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Sejak sidang perdana sengketa Pilres atau Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU), massa dari berbagai elemen menggelar aksi damai di kawasan patung kuda.

Massa tersebut berkomitmen akan terus menggelar aksi massa setiap kali Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang lanjutan sengketa Pilpres.

Adalah Abdullah Hehamahua, satu diantara beberapa orang dibalik aksi massa tersebut. Mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini merupakan inisiator sekaligus koordinator aksi.

Di usianya yang sudah tak muda lagi, yaitu 70 tahun, ia tetap bersemangat menggerakan massa demi kepentingan rakyat Indonesia.

Ia menyebut, pelaksanaan Pemilu yang dihelat pada 17 April lalu diwarnai banyak aksi kecurangan dan manipulasi yang menguntungkan golongan atau kelompok tertentu.

"Saya 12 tahun lebih sebagai penyelenggara negara, empat tahun memeriksa penyelenggara negara dan delapan tahun sebagai penasihat KPK," ucapnya, Selasa (18/6/2019).

"Nah ternyata pelaksanaan Pemilu sampai perhitungan itu cukup banyak manipulasi dan kecurangan," tambahnya.

Bahkan, ia menyebut, para mahasiswa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang selama ini dikenal aktif tiba-tiba diam, seolah mereka menutup mata atas kecurangan yang terjadi.

"Semua universitas negeri sudah dibuat diam, LSM yang dikenal aktif juga tidak ada. Mereka tidak bergerak," ujarnya.

Untuk itulah hatinya tergerak untuk menginisiasi suatu gerakan demi kesemalatan masyarakat Indonesia.

Korban Kecelakaan di Tol Cipali Sempat Tak Ingin Ikut Liburan ke Dieng

Sesosok Mayat Ditemukan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Diduga Remaja yang Tenggelam di Ancol

Terlebih, Abdullah Hehamahua pernah dianugerahi Satyalancana Wira Karya pada tahun 1993 karena dianggap berjasa telah membantu negara memupuk integritas nasional khususnya di KPK.

"Setiap saya melihat piagam itu, saya lalu bertanya kemana integritas saya selama ini bila membiarkan keadaan seperti ini," kata dia.

"Kalau seperti ini terus maka Indonesia dalam keadaan bahaya, bisa bubar, bisa ada perpecahan," tambahnya.

Dengan bantuan dukungan dari Front Pembela Islam (FPI), GNPF, dan alumni Persaudaraan Alumni (PA) 212, Abdullah Hehamahua pun memutuskan untuk terjun langsung dan memimpin aksi massa kawal sidang sengketa Pilpres di MK.

"Oleh karenanya, saya memutuskan untuk turun langsung memimpin gerakan dan alhamdulillah teman-teman dari FPI, GNPF, alumni 212 meminta saya memimpin gerakan itu. Itulah pertimbangan saya bersedia dalam usia 70 tahun, sweet seventy," ujarnya sambil tertawa.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved