Sebelum Jadi PNS, Kepala BKD DKI Pernah Jadi Pengepul Besi Bekas: Kuncinya Ikhlas
Tak disangka-sangka, ternyata penghasilannya dari menjual besi bekas tersebut jauh lebih besar ketimbang gajinya sebagai PNS di saat itu.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi DKI Jakarta Chaidir bercerita mengenai perjalanan hidupnya yang penuh liku-liku.
Chaidir, yang kini memiliki jabatan penting di dunia birokrasi ternyata pernah menjadi pengepul besi bekas.
Hal ini ia ungkapkan pada TribunJakarta.com saat bercerita soal pengalaman karirnya di dunia pemerintahaan.
"Saya awal mula bekerja pertama kali tahun 1990. Saat itu, saya PNS. Gajinya berapa sih? hanya Rp 159 ribu per bulan di tahun 1990," kata Chaidir di kantornya, Selasa (2/7/2019).
Chaidir, memulai awal karirnya sebagai kordinator program kesehatan masyarakat di sebuah lembaga milik Kementerian Kesehatan pada tahun 1990. Saat itu, gajinya hanya sebesar Rp 159 ribu perbulan.
Gaji tersebut dirasa tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus dijadikan modal untuk meminang pujaan hati, yang kini menjadi istrinya.
"Menjelang mau nikah, itu godaan banyak. Persiapan mau nikah itu, mau pesta gimana caranya, seperti apa. Belum lagi gaji saya sama istri saya besaran istri saya, dia dulu pegawai BUMN, gajinya Rp 1,8 juta. 10 kali lipat lebih dari gaji saya," kata Chaidir.
Meski memiliki penghasilan jauh dibawah sang istri, Chaidir mengaku tak pernah minder.
Sebab, meski tak memiliki banyak uang, ia merasa masih memiliki kemampuan untuk bekerja keras dan berusaha lebih. Ia pun memutuskan untuk mengumpulkan besi-besi bekas di waktu luangnya.
"Saya masih sebelum jadi PNS, apapun saya lakukan, artinya saya rajin. Saya besi tua aja dijual. Itu saya lakukan dari sebelum jadi PNS sampai pas jadi PNS," bebernya.
Semangat ini pun rupanya membawa Chaidir pada peluang dan keberuntungan yang besar.
Chaidir mengungkapkan, bahwa ia selalu menghampiri rumah-rumah atau bangunan yang hendak dibongkar.
Dari pembongkaran tersebut, ia kerap mengumpulkan besi-besi bekas yang sekiranya laku dijual.
Seperti bekas pagar, pintu gerbang, dan lain sebagainya.
Tak disangka-sangka, ternyata penghasilannya dari menjual besi bekas tersebut jauh lebih besar ketimbang gajinya sebagai PNS di saat itu.
"Ada rumah mau dibongkar, ganti pager atau apa. Besi-besinya itu yang aku ambil. Saya bilang, jangan di buang. Buat saya saja daripada dibuang, sayang. Ternyata untungnya gede, saya bayarinnya kiloan. Ya bisa dibilang pengepul (besi bekas) betul," kata dia.
Chaidir, merauk keuntungan sekitar Rp 10 hingga 15 juta perbulan dari hasil pengumpulan besi bekas tersebut
Bisnis jual beli besi bekas tersebut, dilakukan Chaidir dari sebelum dirinya bekerja sebagai PNS.
Profesi itu pun masih ia teruskan hingga dirinya menjabat sebagai kordinator program kesehatan masyarakat tersebut.
"Gedean itu penghasilannya. Perputarannya lumayan, gaji saya zaman itu Rp 150 ribu. Sedangkan dari peerputaran (besi bekas) itu saya bisa meraup sampai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Dari hal-hal itu alhamdulillah saya bisa menikah dengan biaya sendiri," kata Chaidir.
Hasil penjualannya, lanjut Chaidir digunakan untuk biaya pernikahan.
Menurut Chaidir, salah satu kunci yang kerap kali membawanya pada keberuntungan adalah ketulusan dan keiklasan.
Melalui dua kunci tersebut, ia mengaku selalu menemukan jalan ketika merasa sedang dalam masa kesulitan. Apalagi, ia mengaku selalu enjoy menjalani tahap demi tahap dalam kehidupannya.
"Selama kita ikhlas dan berniat baik, insha allah selalu ada keberuntungan. Itu buktinya. Niat kita baik, tidak mau membebani orangtua, dikasih lah keberuntungan itu. Sabar aja, pelan-pelan. Nikmati prosesnya," pungkasnya.