Meninggalnya Anak Guru Ngaji Cianjur Lulusan IPB, Diduga Sempat Lawan Pembunuhnya
Seketika Enang Supandi (52) lemas, belum lama tiba rumahnya di Gang Mulus Tornado, Cianjur, datang tamu mengabarkan putrinya ditemukan sudah tewas.
Penulis: Y Gustaman | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA, SUKABUMI - Seketika Enang Supandi (52) lemas, belum lama sampai di rumahnya, Gang Mulus Tornado, Kelurahan Sayang, Kota Cianjur.
Ia baru saja datang dari Polres Cianjur pada Senin (22/7/2019) pagi, melaporkan putrinya Amelia Nurul Supandi (22) belum sampai ke rumah sejak terakhir kontak pada Minggu (21/7/2019) pukul 22.00 WIB.
Tak lama, seorang polisi dari Polres Sukabumi Kota mendatangi rumah Eenang untuk bertamu dan mengabarkan telah menemukan korban pembunuhan.
Jenazah itu berkelamin perempuan dan masih muda. Usianya ditaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Tinggi badannya sekitar 150-160 sentimeter dan berkulit putih.
"Dari sidik jari, namanya (korban, red) sama dengan anak saya," cerita Enang dilansir TribunJabar pada Selasa (23/7/2019) setelah pemakaman Amelia.
Terakhir kali Enang mendengar kabar putrinya lewat pesan WhatsApp pada Minggu malam setelah itu tak kunjung terdengar lagi kabarnya.
Amelia pamit ke orangtuanya untuk mengambil persyaratan agar dapat meneruskan kuliah ke jenjang sarjana di Universitas Juanda, Bogor.
Ia sempat salat Asar di masjid sekitar Panembong dan memutuskan menginap di rumah temannya pada Sabtu (20/7/2019) malam.
Esoknya, Amelia melanjutkan perjalanan ke Bogor menggunakan angkutan umum L300 yang biasa mangkal di Panembong, Cianjur.
Setamat studi D3 IPB Jurusan Teknologi Industri Benih, Amelia memang sudah mengincar Universitas Juanda Bogor karena memiliki program yang sama.
Enang masih menerima kabar Amelia pada Minggu (21/7/2019). Rencananya, hari itu juga ia akan pulang ke rumah setelah urusannya di Bogor beres.
"Saya sempat chat jangan pulang malam-malam," ungkap Enang.
Minggu malam itu Amelia sempat makan di warteg lalu diantar teman-temannya ke Botanic Square untuk naik angkutan umum transit di Ciawi, sebelum nyambung ke Cianjur.
Istri Enang menerima kabar lewat pesan WhatsApp, Amelia sudah mendapatkan angkutan umum Minggu malam itu.
"Terakhir WA ke ibunya. Bilang telah dapat mobil, cuma kasih kosong dan takut," kisah Enang.

Tak hanya orang rumah, Amelia juga turut mengabari posisinya ke teman-temannya, bahwa dirinya akan sampai ke rumah sebentar lagi.
Enang mulai cemas. Keluarga sempat mengirimkan pesan lewat WhatsApp tapi Amelia tak membacanya.
Ia dan istri, ditemani paman Amelia, Gunalan, melapor ke Polres Cianjur pada Senin pagi.
Ponsel Amelia sempat dilacak. Hasilnya, sembilan jam sejak komunikasi terakhir Amelia pada Minggu malam itu berada di Sukabumi, sebelum Sukaraja.
Mayat pinggir jalan
Jam menunjukkan pukul 06.30 WIB, Jajang Mansyur (62 tahun), warga Kampung Bungbulang menunda untuk menggarap sawahnya.
Ia mendapati mayat perempuan tanpa identitas di pinggir Jalan Sarasa, Kampung Bungbulang RT 03/05 Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibeureum, Sukabumi, Senin (22/7/2019).
Jajang langsung melaporkan penemuan mayat perempuan dalam kondisi nyaris telanjang ke ketua RT setempat, sebelum diteruskan ke Polsek Cibeureum.
Polisi segera mengevakuasi jenazah tersebut ke RSUD R Syamsudin Kota Sukabumi untuk diautopsi karena penyebab kematiannya tidak wajar.
Kapolres Sukabumi Kota AKBP Susatyo Purnomo Condro mengatakan ada darah di tubuh korban, namun perlu diperiksa secara medis.
Sebenarnya kabar penemuan mayat sudah membuat keluarga Enang gusar, terutama Gunalan, paman korban.

Setelah menerima informasi dari tetangga bila di Sukabumi telah ditemukan mayat perempuan tanpa identitas, Gunalan memutuskan pergi mengecek.
"Saya diantar teman ke Sukabumi untuk mengecek ke rumah sakit dan setelah melihat memang benar keponakan saya," ungkap Gunalan di Ruang Instalasi Jenazah RSUD R Syamsudin pada Senin petang.
Menunggu melanjutkan studinya ke jenjang sarjana, sementara Amelia bekerja sebagai karyawan di PT Pou Yuen, pabrik sepatu di Cianjur.
"Dia anak yang sholehah, baik dan cerdas," imbuh Gunalan.
Kehabisan oksigen
Dokter forensik RSUD R Syamsudin, Nurul Aida Fatia menemukan luka memar dan lecet setelah mengautopsi jenazah Amelia sejak pukul 19.30 WIB hingga 22.30 WIB.
"Luka memar dan lecet, terutama di wajah dan tangan. Kalau luka memar dan luka lecet pasti akibar kekerasan tumpul," beber Aida pada Senin malam.
Kekerasan akibat tumpul di wajah dan sekitar rahang itu terkesan pada saat pemeriksaan, jenazah itu kekurangan oksigen.
Dia tidak mengetahui apakah korban dibekap atau tidak oleh pelaku.
Sementara hasil pemeriksaan di sekitar alat kelamin korban sejak dari tempat kejadian perkara (TKP) sudah ditemukan banyak darah, terkesan darah menstruasi.

"Tapi nanti menunggu hasil laboratorium, untuk mengetahui darah itu darah menstruasi atau bukan. Kemudian adakah kecurigaan persetubuhan," ujarnya.
Dikenal anak soleh
Suasana duka mengiringi keluarga dan warga ketika menyambut kedatangan jenazah Amelia di rumah duka pada Selasa (23/7/2019) dini hari.
Jenazah Amelia dibawa dengan mobil ambulans dan dengan pengawalan aparat kepolisian dari Polres Sukabumi Kota. Keluarga baru menguburkan jenazah Amelia pada Selasa pagi.
Enang dan istrinya berusaha tegar menghadapi anak kesayangannya pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Keluarga belum tahu persis penyebab kematian putrinya, namun dari informasi diduga meninggal akibat penganiayaan.
"Jika memang anak saya telah ada yang menyakiti, semoga pelakunya disadarkan dan segera menyerahkan diri. Selanjutnya saya serahkan ke aparat kepolisian untuk mengadilinya seadil-adilnya,” ucap Enang.
Heri Heryadi punya kenangan semasa masih mengajar Amelia di SDN Sayang 4.
"Ia anak yang pintar dan saleh. Selalu rangking satu. Saya salut rasa ingin membantu orangtuanya," ujar Heri, mantan guru korban, kepada Tribun Jabar di rumah duka.
Amelia, ungkap Heri, menamatkan stui D3 IPB dengan nilai cumlaude.
Ia kaget mendengar kabar mantan anak didiknya meninggal mengenaskan.

Amelia diduga melawan pembunuhnya
Polres Sukabumi Kota dan Polres Cianjur masih memburu pembunuh Amelia.
Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Budi Nuryanto mengatakan pihaknya terus mengumpulkan data dan keterangan di lapangan.
"Sampai malam tadi kami terus berkoordinasi dengan Polres Kota Sukabumi. Sampai kemarin malam belum ada laporan apa pun, tapi kami terus berusaha," ungkap Budi, Rabu (24/7/2019).
Keluarga dan tetangga korban pun masih menunggu kabar dan perkembangan terbaru dari pihak kepolisian.
Banyak tetangga emosional dan mengutuk pelaku yang membunuh Amelia. Mereka cukup mengenal baik Amelia sehingga merasa kehilangannya, Abdulqodir (5) misalnya.
Ia menduga Amelia yang dikenalnya sebagai gadis kuat dan berkarakter, sempat melawan pelakunya.
Terlihat dari hasil visum yang menyebut bahwa Amelia memiliki beberapa luka dalam.
"Saya menduga Amel melawan, saya cukup mengenal baik ia dari kecil," kata Abdulqodir.
Hobi naik gunung
Di lingkungan, warga mengenal Amelia sebagai anak guru ngaji yang mandiri dan punya hobi naik gunung.
Di samping ulet, Amelia mau mengembangkan diri dengan kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, Kediri, ketika libur semester Maret 2017.
Selama kursus di sana Amelia sempat menuliskan testimoninya.
"Testimoni itu juga berlatar Gunung Bromo," kata Lutfi Zainal (37), tetangga Amelia.
Untuk menyalurkan hobinya, Amelia menabung dan membeli sendiri peralatan outdoornya.
"Saya melihat sepatu botnya untuk naik gunung dibeli dengan mengumpulkan uang sendiri," imbuh Lutfi.
Amelia sempat ingin kembali mengunjungi Bromo untuk kedua kalinya tahun ini.
Takdir berkata lain, Amelia kembali ke pangkuan Ilahi lebih cepat dan cita-citanya itu terkubur selamanya. (Tribun Jabar/Kompas.com)