Kisah Juned Terjebak Kebakaran Gunung Ciremai, Berlindung di Goa Hingga Terjang Api Selamatkan Diri
Juned (54) tak akan melupakan pengalaman berlindung dari api yang membakar Gunung Ciremai di Majalengka.
TRIBUNJAKARTA.COM, MAJALENGKA - Juned (54) tak akan melupakan pengalaman berlindung dari api yang membakar Gunung Ciremai di Majalengka.
Warga Blok Babakan Kulon ini mengaku orang pertama kali yang melihat Gunung Ciremai terbakar dari asap yang membumbung tinggi.
Bersama beberapa warga lainnya, Juned naik ke puncak Gunung Ciremai untuk memadamkan sumber api.
Mulanya Juned melihat kepulan asap di sekitar puncak Gunung Ciremai dari depan rumahnya.
Ia sudah menduga asap itu bersumber dari api yang membakar gunung sehingga memutuskan mengajak beberapa orang untuk mencari sumbernya.
Sebanyak 17, termasuk Juned, mereka naik ke puncak Gunung Ciremai dan sampai ke titik api.
Benar saja, dugaannya bahwa asap bersumber dari api kebakaran ternyata benar.
Juned melihat ada kobaran api yang terus membesar.
Ia dan beberapa orang lainnya kewalahan dan kesulitan memadamkan api tersebut.
"Api sudah sangat besar. Kami tidak bisa membendung besarnya api," ujar Juned kepada Tribun Cirebon saat ditemui di rumahnya pada Selasa (13/8/2019).
Titik api di Gunung Ciremai berada di dekat Goa Walet.
Tak kuasa menahan hawa panas api yang terus membesar, Juned dan beberapa orang lainnya memutuskan berlindung di goa tersebut.
Dari dalam goa, Juned dan 17 orang lainnya hanya dapat menonton kobaran api.

Api terus membesar, melahap ilalang kering di sekelilingnya dengan cepat karena tiupan angin.
Area yang belum terbakar akhirnya dilalap si jago merah.
Juned dan beberapa orang lainnya tak dapat berbuat banyak.
"Kalau saja kemarin kami membawa 50 orang, saya yakin waktu itu juga sudah padam," aku Juned.
Lantaran terlalu lama berada di dalam goa, 12 orang di antara rombongan Juned memutuskan untuk keluar.
Mereka nekat menerabas api yang terus membesar.
Juned ikut dalam rombongan itu.
Ia menerobos api dengan cara menunduk, berharap tak ada ranting atau pohon menimpa tubuhnya.
Hingga akhirnya, Juned dan 11 orang lainnya sudah berada di titik aman.
Mereka berkomunikasi dengan enam orang lainnya di dalam goa menggunakan Handy Talky.
"Alhamdulilahnya, setengah jam berlalu mereka semua dapat keluar Goa setelah mendapatkan informasi dari saya."
"Mereka akhirnya menyusul kami yang sudah lebih dulu turun," kata Juned.

Juned dan belasan orang lainnya yang sempat terjebak di tengah kobaran api pulang dalam keadaan sehat dan selamat.
Ia dan warga lainnya lanjut melaporkan kejadian ke pihak terkait.
Diketahui, kebakaran melanda puncak Gunung Ciremai berlangsung sejak Rabu (7/8/2019).
Hingga Senin (12/8/2019), titik api masih ada yang belum padam.
Kondisi Desa Terdekat
Desa Argamukti merupakan desa terakhir yang berada di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.
Desa ini berada langsung di kaki Gunung Ciremai yang menjadi akses langsung menuju jalur pendakian via Apuy.
Penduduk Desa Argamukti sebagian besar petani.

Mereka mempunyai beberapa perkebunan yang sebagian besar berada di kaki Gunung Ciremai.
Pantauan Tribuncirebon.com, Selasa (13/8/2019) siang, pemukiman warga tampak sepi.
Hanya beberapa orang yang terlihat melakukan aktivitas di sekitar rumah.
Tak ada aktivitas yang mencolok, apalagi selepas kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi di Gunung Ciremai.
Hal ini dikarenakan mayoritas pekerjaan mereka berada di luar yang jauh dari rumah.
"Sebelum dan saat terjadi kebakaran di Gunung Ciremai sekarang aktivitas warga masih seperti biasa," ujar Toni warga Blok Cirahayu.
"Belum ada aktivitas warga yang terganggu, mereka beraktivitas secara normal," sambung dia.
Kondisi normal terlihat di beberapa perkebunan warga arah pos pendakian via Apuy.
Beberapa warga tampak begitu santai menanam, memberi pupuk dan mengambil hasil perkebunan.
Meski perkebunan mereka berada di kaki Gunung Ciremai, mereka tak terlihat khawatir dengan kebakaran di puncak.

Toni (35) mengatakan, situasi terkini di Desa Argamukti masih terbilang aman.
Masyarakat masih melakukan aktivitas seperti biasa seperti hari-hari sebelumnya.
"Sepi itu disebabkan banyak masyarakat yang sengaja meninggalkan rumah untuk berkebun."
"Bukan karena tak berani keluar rumah karena kebakaran," beber Toni.
Keramaian warga biasanya terjadi pada sore hari saat mereka sudah di rumah setelah kembali dari berladang.
Sejak kemarin, menurut Toni, aktivitas warga sore hari masih seperti biasa.
Mereka biasa berkumpul di salah satu rumah warga atau balai desa untuk bercengkerama dengan warga lain.
"Tunggu saja sore, pasti ramai. Tak ada perubahan seperti kemarin-kemarin," kata dia.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Detik-detik Mencekam Juned Terjebak Kebakaran Gunung Ciremai, Berlindung di Goa, Nekat Terobos Api