Cibarusah Bekasi Dilanda Kekeringan, ACT Akan Distribusikan Air Bersih, Jakarta dan Banten Waspada
Zona Musim di Banten dan DKI Jakarta telah memasuki musim kemarau dan diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan.
Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
TRIBUNJAKARTA.COM - Wilayah DKI Jakarta dan Banten terancam mengami kekeringan.
Saat ini, Zona Musim di Banten dan DKI Jakarta telah memasuki musim kemarau dan diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan.
Berdasarkan data BMKG yang diterima TribunJakarta.com, sebagian besar wilayah Banten dan DKI Jakarta mengalami deret hari kering lebih dari 20 hari hingga lebih dari 60 hari.
Untuk prakiraan peluang curah hujan pada dasarian III Agustus dan dasaria I September 2019 menunjukkan bahwa beberapa daerah diperkirakan akan mengalami curah hujan sangat rendah (kurang dari 20mm/dasarian) dengan peluang hingga lebih dari 90% pada.
Kedua kondisi di atas memenuhi syarat untuk dikeluarkan peringatan dini.
• Hariono Dijatuhi Sanksi oleh Komdis PSSI, Ini Tanggapan Pelatih Persib Bandung
• Banting Tulang Sri Bantu Suami Cari Nafkah, Ngamen Ditemani Balita dan Tentang Rasa Khawatirnya
Potensi tersebut akan berdampak pada sektor pertanian yang menggunakan sistem tadah hujan di
wilayah Banten dan DKI Jakarta.
Kemudian pada pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih di wilayah Banten dan DKI Jakarta.
Tak hanya itu, BMKG juga menyebut jika potensi itu berdampak pada meningkatnya polusi udara di wilayah Banten dan DKI Jakarta.
Sementara itu berdasarkan informasi yang dihimpun, kekeringan itu rupanya turut melanda daerah di Bekasi, Jawa Barat.
Menanggapi itu, ACT akan mendistribusikan air bersih ke Kampung Gempol, Desa Ridho Galih, Kecamatan Cibarusa, Kabupaten Bekasi
Hal itu dilakukan dalam rangka meringankan masyarakat yang sedang dilanda kekeringan dan krisis air bersih.
ACT akan mendistribusikan air bersih ke Kampung Gempol, Desa Ridho Galih, Kecamatan Cibarusa, Kabupaten Bekasi pada Kamis (22/8/2019) sekira pukul 14.00.
Kekeringan di Tangerang Sudah Masuk Status Waspada, Air Bersih Jadi Zat Langka
Musim kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan sudah memasuki peringatan dini untuk kekeringan untuk wilayah Tangerang Raya.
Tangerang raya mencakup Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Tangerang Selatan.
Peringatan dini soal kekeringan dikeluarkan secara resmi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Klas II per tanggal 20 Agustus 2019.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah II Ciputat, Sutiyono mengatakan, ada dua kondisi yang menjadi penyebab peringatan dini kekeringan.
Diantaranya 60 hari tidak turun hujan sama sekali hingga curah hujan rendah hingga peluang 90 persen.
"Karena kedua kondisi tersebut memenuhi syarat untuk dikeluarkan peringatan dini di Tangerang," ungkap Sutiyono saat dikonfirmasi, Rabu (21/8/2019).
Lanjutnya, wilayah-wilayah yang masuk dalam peringatan dini itu berpotensi untuk merasakan sejumlah dampak kekeringan.
Sehingga dapat dipastikan kawasan Tangerang Raya, termasuk DKI Jakarta akan sulit mendapatkan air bersih.
"Berdampak pada sektor pertanian yang menggunakan sistem tadah hujan di wilayah Banten dan DKI Jakarta, berdampak pada pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih," terang Sutiyono.
Berdasarkan data yang didapatkan, kawasan Tangerang Raya yang mendapat peringatan dini terbagi menjadi tiga status yaitu Waspada, Siaga, dan Awas.
Status waspada diderita di kawasan Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang.
Siaga dialami kawasan Kecamatan Sukamulya, Legok, Kresek Kabupaten Tangerang dan Pondok Aren, Serpong, Tangerang Selatan.
Untuk status awas ada kawasan Teluk Naga, Sepatan, Mauk, Kresek, Kronjo, Kemiri, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang juga Kawasan Kota Tangerang di Cipondoh.
Selain wilayah Tangerang Raya, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini di wilayah Banten lainnya dan DKI Jakarta.
Berdasarkan penelusuran ke beberapa wilayah yang terdampak kekeringan seperti di kawasan Neglasari, sebagian warganya betul mengeluh soal kekeringan.
Seperti yang dirasakan Icih (50) warga Selapajang, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang mengeluh sudah merasakan kekeringan sejak dua bulan yang lalu.
Bahkan ia pernah mengebor tanah dekat rumahnya untuk mendapatkan air bersih namun nihil tidak mendapatkan apa-apa.
"Pernah sejak seminggu lalu sampai ngebor dua kali, tetap enggak ada airnya. Ini dibantu suami juga sudah ngebor sampai belasan meter ada kali," keluh Icih.
Ici pun sempat menunjukkan bekas tempat pengeboran yang berada di bagian belakang rumahnya, setidaknya sudah Rp 3 juta dikeluarkan untuk melakukan pengeboran itu.
Ia bercerita, bencana yang dialami Tangerang ini baru pertama kali ia rasakan sejak tinggal 30 tahun di rumahnya sekarang.
"Belum pernah kayak gini, ini paling parah kekeringannya. Lama banget, sudah dibor tetep aja airnya enggak keluar," cerita Icih.
Kini untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari selama musim kemarau, Icih beserta anak dan cucunya sangat bergantung pada air mineral isi ulang.
"Satu hari bisa sampai galon, satu galonnya kita beli Rp 5 ribu. Untuk kebutuhan sehari-hari," kata Icih.