Firasat Rosidah Sebelum Kematian Asbulloh, Telepon Kedua Tak Aktif Kemungkinan Dimatikan Pembunuhnya
Rosidah berfirasat tak enak lalu memutuskan menelepon ponsel suaminya, Asbulloh. Panggilan kedua, ponsel tak aktif, kemungkinan dimatikan pembunuhnya.
Penulis: Y Gustaman | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM, DEPOK - Rosidah berfirasat tak enak lalu memutuskan menelepon ponsel suaminya, Asbulloh.
Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB, Rabu (28/8/2019).
Telepon itu tersambung tapi Absulloh tak kunjung mengangkatnya.
Selang beberapa menit kemudian, Rosidah kembali menelepon tapi ponsel suaminya sudah tak aktif.

Beberapa jam berlalu, tepat pukul 11.00 WIB, kabar kematian datang.
Rosidah tak menyangka suaminya tewas di kebon pisang di dekat Jembatan Pulo Mangga, Kota Depok, Rabu pagi.
Kemungkinan besar ketika Rosidah mengontak kali kedua, ponsel Asbulloh sudah dinonaktifkan pembunuhnya.
Kapolres Depok AKBP Azis Andriansyah mengatakan ponsel korban dikuasai pelaku.
Sementara saat ini pelaku masih menjalani pemeriksaan di Unit Krimsus Sat Reskrim Polresta Depok.
Azis mengatakan, barang bukti yang diamankan berupa pakaian pelaku sewaktu beraksi.
"Lalu ada handphone milik korban (pada pelaku)," ucap Azis di Polresta Depok, Kamis (29/8/2019).
Bersimbah Darah Ngaku Dibegal
Jasad Asbulloh bersimbah darah, tak bernyawa di kebon pisang di dekat Jembatan Pulo Mangga, Rabu pagi.
Ada luka lebam, tapi paling jelas luka sayatan di leher, wajah, perut dan kepala korban.

Tak jauh dari jasad Asbulloh ditemukan, pemilik warung melihat seorang pria dalam kondisi berlumuran darah.
Kepada warga si pria mengaku korban begal.
“Katanya dia dibegal, setelah didalami ternyata dia adalah pelakunya,” ungkap Azis
Mulanya petugas menyisir lokasi penemuan jasad Asbulloh.
Tak jauh dari lokasi ada warung dan saksi mata melihat pelaku datang dalam kondisi berlumuran darah.
Langsung tim gabungan Satreskrim Polresta Depok dan Polsek Limo mengembangkan informasi ini.
"Dia seorang pegawai di tempat potong ayam juga, kawan korban dan ada niatan tak baik," ucap Azis.
Pelaku Sepertinya menunggu waktu yang tepat untuk menghabisi Asbulloh.
"Korban diajak keluar kemudian korban dibunuh dan diambil barangnya," tambah Azis.
Pada Rabu sore petugas menangkap pria tersebut di Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pria tersebut adalah Andi Mardiyansyah, rekan satu kerjaan dengan Asbulloh di pemotongan ayam.
“Pelaku telah diamankan dan sedang dilakukan pemeriksaan di Polresta Depok,” imbuh Azis.
Lokasi Dikenal Angker
Tak biasanya Asbulloh menyetorkan uang ke bosnya, lalu mengambil rute pulang melalui Jalan Pulo Mangga.
Jalan tersebut membelah kebon pisang yang cukup rimbun, lagi sepi, apalagi malam tak ada warga yang berani melintas.
Keponakan Asbulloh, Suharyadi, menjelaskan Jalan Pulo Mangga memang jalan untuk memotong kompas.
Namun, selama ini Asbulloh jarang melintasi jalan tersebut untuk sampai ke rumahnya.
"Dia mah jarang lewat sini, pasti lewat jalan raya. Ini kan jalur motong ibaratnya," ungkap Suharyadi.
Di lokasi yang sama sebelumnya, kata Suharyadi, pernah ditemukan mayat.
"Sudah dua kali sama yang sekarang," ujar Suharyadi.
Jalan Pulo Mangga dikenal angker karena membelah kebon pisang. Dulu pernah ada begal.

"Memang seram disini" ungkap dia.
Saking seramnya, jarang ada warga yang melintas di lokasi tersebut menjelang malam.
Menurut Suharyadi, suasana mistis kental terasa apabila melintas di lokasi tersebut pada malam hari.
"Orang sini juga takut lewat sini malam-malam, seram. Habis Maghrib juga sudah sepi gak ada yang berani lewat, paling satu atau dua motor yang lewat," kata dia.
Luka Menganga di Leher
Asbulloh ditemukan terbaring, tangannya terentang.
Ada luka lebam dan luka sayatan di leher berlumur darah, wajah, perut dan kepala korban.
Sehari-hari Asbulloh mengantar ayam hidup ke pedagang eceran di sejumlah pasar di Depok, Bekasi hingga Bogor.
Setiap hari kerjanya. Malam mulai pukul 20.00 WIB sampai pagi," ujar Syafrudin, keponakan korban di lokasi.
Asbulloh juga yang menarik uang dari pedagang yang membeli ayam hidup lalu disetorkan ke bosnya.

"Uang yang disetorkan bisa Rp 8 juta sampai Rp 15 juta. Setiap hari setorannya," ungkap Syafrudin.
Warga Kelurahan Grogol, Limo, tak bisa memastikan siapa pertama kali menemukan jasad Asbulloh.
"Saya dapat informasi dari tukang ojek. Katanya ada mayat," ungkap Amat warga sekitar.
Lain halnya dengan Syafrudin. Ia mendengar kabar kematian Asbulloh langsung dari Rosidah, istri korban.
Mulanya, teman Asbulloh seorang pengemudi ojek online melintas di lokasi.
Ia penasaran dan mendekati warga yang berkerumun di tengah kebon pisang.
Orang yang terbaring dan dikerumuni warga adalah jasad Asbulloh.
Akhirnya, pengemudi ojek online ini kemudian menghubungi Rosidah.
"Teman almarhum ada yang ojol lewat lokasi kejadian sudah ramai, pas dilihat ternyata korbannya temannya sendiri kan."
"Langsung ngabarin istrinya, istrinya ngabarin saya," Syafrudin menambahkan

Barang Korban Hilang
Harta Asbulloh yang raib di antaranya handphone, tas, hingga dompet.
"Semua barangnya hilang, apa mungkin dirampok atau ada yang dendam."
"Orangnya baik. Semenjak menikah rajin bekerja keras, ibadahnya juga lancar," beber Syafrudin.
Sementara sepeda motor Suzuki Smash merah hitam nomor polisi B 6596 EFJ ditemukan di dalam aliran Kali Krukut yang mengering.
Lokasi penemuan sepeda motor tersebut cukup jauh jaraknya dari lokasi korban ditemukan.
Dengan motor ini Asbulloh sehari-hari berjualan mengantarkan ayam potong ke para pedagang langganan di sejumlah pasar di Depok, Bekasi hingga Bogor.
"Sehari-hari dia pakai itu motor buat kerja," ujar Syafrudin.
Kapolsek Limo Kompol Iskandar menuturkan motor tersebut bukan motor pribadi Asbulloh.
“Itu motor bosnya, nah biasa digunakan oleh si korban,” ujar Iskandar dikonfirmasi penemuan motor tersebut.

Tas Korban Diincar
Sebanyak tujuh saksi telah dimintai keterangan oleh penyidik Reskrim Polres Depok.
Mereka dimintai keterangan terkait penemuan jasad Asbulloh di kebon pisang, Jalan Pulo Mangga, Grogol, Limo
Kapolresta Depok AKBP Azis Andriansyah mengatakan tujuh saksi tersebut ada dari warga sekitar dan keluarga korban.
"Sampai sekarang sudah ada tujuh saksi yang kami periksa, diantaranya istri dan keluarganya," ujar Azis.
Barang bukti yang diamankan dari lokasi berupa pecahan batu, sandal dan pakaian korban, gagang pisau, hingga motor yang dikendari korban.
Hasil penyelidikan sementara, kemungkinan tas korban yang hilang hingga saat ini menjadi motif pelaku nekat menghabisi nyawa korban.
"Menurut keterangan dari keluarga juga rekan kerja, ada tas yang dibawa korban," ucap Azis.
"Tas itu sekarang belum ditemukan, kemungkinan tas dan isinya tersebut yang jadi motif pelaku menghabisi korban," ia menambahkan.

Rosidah Tak Kuasa Liha Wajah Asbulloh
"Saya kuat, saya kuat," ucap Rosidah meyakinkan diri.
Itulah momen Rosidah melihat wajah suaminya, Asbulloh (37) yang sudah dikafani.
Sekuat tenaga menahan air matanya tak tumpah, Rosidah mendekat dan menciumnya sebelum jenazah si suami berkalang tanah.
Kerabat yang lain menangis, tak percaya Asbulloh dijemput ajal dengan cara mengenaskan pada Rabu pagi.
Rosidah cukup kuat, tapi tidak untuk anak pertama Asbulloh.
Ia terus menjerit memanggil nama ayahnya.
"Aku enggak rela, aku enggak rela ayah pergi," teriak si anak sembari ditenangkan anggota keluarga yang lain.
Lantunan selawat terus menggema mengiringi kedatangan jenazah Asbulloh.
Tak sedikit warga berduka sambil memanjatkan doa untuk almarhum di rumah duka di Jalan Mandor Basar Gang Swadaya, Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Kota Depok, Rabu malam.
Malam itu juga jenazah Asbulloh dimakamkan di TPU tak jauh dari rumahnya.
Semoga almarhum husnul khotimah. (TribunJakarta.com/Dwi Putra)