Anies Sebut Lautan Sampah di Kampung Bengek Akibat Aturan yang Tidak Memberi Efek Jera
"Jadi kalau ada orang yang melanggar maka tidak ada disinsentif," tambahnya.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan angkat bicara soal lautan sampah yang berada di dekat pemukiman warga Kampung Bengek, Penjaringan, Jakarta Utara.
Menurutnya, sampah itu berserakan lantaran tidak adanya aturan ketat dan pemberian sanksi yang bisa menimbulkan efek jera kepada sang pelaku.
"Jadi ini salah satu hal yang kita di Jakarta mau ubah soal aturan-aturan. Banyak sekali aturan itu lebih seperti anjuran, tidak menaklukan," ucapnya, Selasa (3/9/2019).
"Jadi kalau ada orang yang melanggar maka tidak ada disinsentif," tambahnya.
Untuk itu, Anies menyebut, pihaknya akan terlebih dahulu mengkaji peraturan-peraturan yang ada agar nantinya Pemprov DKI bisa memberikan sanksi kepada pelaku.
"Kita ubah (aturan) untuk bisa memaksa karena kalau tidak memaksa maka secara aturan belum tentu kita bisa memberikan sanksi. Tapi kalau aturan itu ada, kita bisa berikan sanksi," ujarnya.
Sebelumnya, warga Kampung Bengek mengeluhkan tumpukan sampah yang berada di dekat pemukiman mereka.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Slamet Riyadi menuturkan, total lahan Kampung Bengek yang dipenuhi sampah seluas 1 hektar.
Lautan sampah itu, kata Slamet, berasal dari warga sekitar yang memang sengaja membuang sampah di sana.
Terutama ketika di sana tak sedikit pemulung yang melaksanakan aktivitas pemilahan sampah.

"Ini adalah mungkin sampah, ya sampah dari aktivitas warga, bisa lihat sendiri di sini ada beberapa lapak pemulung, itu adalah sisa dari para pemulung yang membersihkan dari lapaknya sehingga yang bisa dijual mereka jual, lalu sisanya mereka tumpuk saja," kata Slamet.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Slamet Riyadi menuturkan, total lahan Kampung Bengek yang dipenuhi sampah seluas 1 hektar.
Lautan sampah itu, kata Slamet, berasal dari warga sekitar yang memang sengaja membuang sampah di sana.
Terutama ketika di sana tak sedikit pemulung yang melaksanakan aktivitas pemilahan sampah.
"Ini adalah mungkin sampah, ya sampah dari aktivitas warga, bisa lihat sendiri di sini ada beberapa lapak pemulung, itu adalah sisa dari para pemulung yang membersihkan dari lapaknya sehingga yang bisa dijual mereka jual, lalu sisanya mereka tumpuk saja," kata Slamet, Senin (2/9/2019).