Kisah Edi, Penjual Senjata Angin Keliling Jual Khusus untuk Pemburu Tikus, Burung dan Maling

Dalam sehari, Edi bisa meraup Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu dari satu senjata yang laku terbeli.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Sosok penjual senjata angin, Edi (63) berkeliling wilayah Jagakarsa pada Selasa (10/9/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Edi (63) melangkah cepat menyusuri tepi jalan raya sembari memanggul tumpukan senapan angin yang diikat erat di kedua ujungnya oleh tali karet hitam.

Ia berkeliling menjajakan senapan angin itu ke permukiman warga di sekitar wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Biasanya, Edi mulai menjajakan senjata anginnya sejak pagi dari rumahnya di Bekasi menuju Ibu Kota untuk berjualan senjata angin.

Edi juga membawa peluru khusus senjata angin berwarna perak di dalam saku celananya.

Bila peluru habis, peluru itu bisa dibeli di toko olahraga.

Ketika menelusuri permukiman, potongan kardus sengaja diletakkan di pundak kirinya sebagai alas untuk memanggul senapan angin itu.

Sebab, senjata angin berbahan material besi dan kayu ini terbilang berat.

Berat satu buah senjata ini saja bisa berkisar antara 4 hingga 4,5 kilogram.

Saat itu, ia membawa empat buah senjata laras panjang.

Bisa dibayangkan beratnya mencapai hampir 15 kilogram itu.

Meski hari masih pagi, namun terik matahari mulai terasa menyengat kulit.

Ia pun telah menyediakan satu buah kain untuk membasuh peluh kala meniti jalan serta topi untuk meredam panas yang mendidihkan kepala.

Bernilai Jutaan Rupiah

Sosok penjual senjata angin, Edi (63) berkeliling wilayah Jagakarsa pada Selasa (10/9/2019).
Sosok penjual senjata angin, Edi (63) berkeliling wilayah Jagakarsa pada Selasa (10/9/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Senjata angin ini, lanjut Edi, dikirim langsung dari Surabaya, Jawa Timur.

Ia dan beberapa pedagang lainnya kemudian yang menjajakan senjata angin ini keliling.

Sedangkan, hasilnya ia setorkan kepada pengusaha senjata angin itu.

Edi mengaku telah bertahun-tahun jualan senjata angin itu.

"Sudah hampir 30 tahun jualan senjata angin itu. Modelnya berubah-ubah. Bukan sekarang aja saya jualan," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (10/9/2019).

Harga senjata angin yang dijualnya bervariasi tergantung ukuran dan daya tembak.

Ia menjual mulai dari harga Rp 800 ribu hingga Rp 2,5 juta.

"Masih bisa nego, kalau yang ukurannya lebih panjang dan lebih kencang harganya lebih mahal," terangnya.

Dalam sehari, Edi bisa meraup Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu dari satu senjata yang laku terbeli.

Namun, seringnya ia pulang tanpa membawa uang sepeser pun.

Kendati demikian, ia lebih memilih menjemput bola kepada warga menawarkan dagangannya ketimbang membuka lapak.

Senjata angin itu banyak dijual di Pasar Jatinegara, Pasar Tanah Abang hingga daerah Senen.

Khusus untuk Usir Binatang hingga Maling

Edi tak jarang dijauhi warga yang takut lantaran ia membawa senjata angin itu berkeliling permukiman.

Pasalnya, mereka mengira senjata angin itu merupakan senjata api. Padahal, bukan.

"Ada aja orang yang ngomong takut. Bilangnya serem," bebernya.

Namun, tak sedikit masyarakat yang menyukai jualan Edi itu.

Banyak masyarakat yang membutuhkan senjata angin itu untuk mengusir binatang pengganggu.

"Biasanya untuk nembak tikus dan burung. Tapi mereka juga suka beli senjata api saya alasannya buat nakut-nakutin maling," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved