Edi Tukang Asah Pisau Keliling Sejak Tahun 1992 yang Hidupi Anak-Istri dan Rela Dibayar Seikhlasnya
Kini, Edi hidup bersama dengan keponakannya di bilangan Ciledug sedangkan istrinya berada di kampungnya, Cirebon.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Tangan Edi juga terampil dalam mereparasi payung.
Pekerjaan tambahan ini untuk menambah pemasukannya dalam sehari.
Terlihat di bagian samping belakang sepedanya, terikat beberapa gagang payung.
Sementara di bagian sadel penumpang, terpasang tas berupa alat-alat untuk mereparasi payung.
Di musim kemarau ini, orang-orang yang meminta jasa reparasi payung tak kalah banyak.
"Lumayan banyak juga kan orang yang minta benerin di musim kemarau. Biasanya ibu-ibu pengajian mau ngaji, payungnya benerin di saya," terangnya.
Biaya reparasinya pun tak mahal.

Edi hanya memasang harga Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu untuk biaya reparasi payung.
Dalam sehari, Edi mengaku mendapatkan rezeki sebanyak Rp 75 ribu.
Namun, ia juga kerapkali pulang dengan tangan hampa.
"Ada juga orang yang tiba-tiba ngasih tambahan rezeki ke saya," katanya.
Meski sering berpanas-panasan di luar, Edi tetap bekerja demi menyambung hidup.
Ia enggan merepotkan anak-anaknya yang telah hidup berkeluarga.
Kini, Edi hidup bersama dengan keponakannya di bilangan Ciledug sedangkan istrinya berada di kampungnya, Cirebon.
Istrinya juga bekerja dengan membuka warung di sana.