Kisah Maan, Masih Bertahan Membuat Penggilasan Kayu dan Pinjam Uang ke Saudara Untuk Modal

Ia adalah Maan. Bapak 2 anak yang genap berusia 50 tahun ini tetap setia menekuni usaha pembuatan papan cuci kayu tradisional sejak puluhan tahun lalu

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Proses pembuatan papan penggilasan di Jalan Bantar Jati, Kampung Kramat Kelurahan Setu, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (27/9/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Kalah saingan dengan laundry pakaian, generasi terakhir pembuat papan penggilasan di Cipayung, Jakarta Timur ini harus pinjam uang saudara untuk modal pembelian bahan baku.

Ia adalah Maan. Bapak 2 anak yang genap berusia 50 tahun ini tetap setia menekuni usaha pembuatan papan cuci kayu tradisional sejak puluhan tahun lalu.

Banyaknya usaha laundry pakaian dan menawarkan berbagai macam promo, beberapa tahun terakhir ini membuat papan penggilasan mulai jarang dicari orang.

Hal ini tentunya mempengaruhi pemasukan Maan selaku pemilik usaha tersebut.

Sejak 2 tahun terakhir, Maan kerap meminjam uang saudaranya untuk membayar potongan kayu yang akan dijadikan papan penggilasan.

"Paling terasa itu pas 2 tahun belakangan ini. Kalau enggak ada modal ya saya pinjam aja ke saudara. Tapi enggak lama ya. Pas penggilasan laku pasti dibalikin langsung uangnya," katanya di Cipayung, Jumat (27/9/2019).

Kendati demikian, ia menuturkan tak pernah meminjam uang di bank.

Selain dapat berbunga, ia juga mengatakan papan penggilasan masih tetap laku terjual dalam dua hari untuk 50 papan.

"Bedanya sekarang sama dulu kan cuma dijumlahnya aja. Kalau dulu 120 papan pasti laku sehari. Tapi kalau sekarang 50 papan baru laku dalam dua hari. Makanya untuk modal enggak sampai pinjam di bank lah," sambungnya.

Artis Lokal Ini Tertawa Peragakan Membunuh Waria Pengusaha Salon, Ini Jejak Kejahatannya

Sederet Fakta Fajar/Rian Kalahkan Marcus/Kevin: Tidak Mau Kalah Start dan Siapkan Stamina

Ia yang menafkahi anak dan istrinya dari usaha pembuatan papan penggilasan, tentunya sudah tahu betul apa saja resiko yang dihadapinya.

Terlebih, papan cuci kayu ini bersifat tradisional.

"Kalau resiko pasti tahu. Tapi untuk menghidupi anak dan istri dari usaha ini masih cukuplah. Sebab biarpun tradisional, papan penggilasan kayu ini tahan sampai 1 tahun. Jadi pasti bakalan ada orang yang cari meskipun jarang," tutupnya.

 
 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved