Melihat Jakarta Lewat Goresan Sketsa: Kardus dan Pecahan Genteng Jadi Kanvas Lukisan
Dalam melukis sketsa, goresan para seniman tertuang langsung dengan kenyataan yang ada di depannya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Dalam melukis sketsa, goresan para seniman tertuang langsung dengan kenyataan yang ada di depannya.
Ibarat sebuah benang, mereka menguntai permainan garis, cahaya dan bayang-bayang itu ke dalam sebuah gambar sesuai tafsiran pribadi.
Sederhananya, mereka tak ambil pusing kala menggambar sketsa.
Mereka menuangkan realitas ke dalam bentuk lukisan hingga menjadi suatu nilai estetis tersendiri.
Pameran dengan tajuk "Sketsaforia Urban" di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, menjadi bukti bahwa goresan sketsa memberikan keindahan tersendiri.
Sketsaforia Urban menampilkan sketsa-sketsa suasana beberapa kota di ruang terbuka.
Kota Jakarta, yang dikenal sebagai kota pembangunan sekaligus tempat tinggal itu pun tak luput dari perhatian seniman.
Pameran yang berlangsung dari 12 September hingga 12 Oktober 2019 itu memamerkan berbagai karya sketsa di ruang terbuka.
Di pameran itu ditampilkan 12 arsip dan 616 karya dari 122 pembuat sketsa atau sketchers yang tergabung ke dalam komunitas maupun undangan.
Melihat Kebayoran Baru dalam Sebuah Kardus

Di ruang utama pameran, terpajang sebuah karya yang menyedot perhatian pengunjung.
Sketchers bernama Kana, melukis sketsa Kota Kebayoran Baru ke dalam bentuk kardus yang ditumpuk bak monumen.
Karya sketsa itu dituangkan ke dalam bentuk delapan buah kardus berukuran 90×40 cm dan tinggi dalam 70 cm.
Alasan Kana sederhana dalam menyeket Kota Kebayoran Baru dengan cat hitam ke dalam sebuah kardus.
Ia ingin melukis sesuatu objek yang melekat dengan kesehariannya.
Sementara penggunaan kardus, Kana ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa berkarya bisa di media apa saja.
"Kebetulan saya tinggal di dekat Pasar Mayestik. Terus saya melihat banyak kardus di sana. Saya pikir bagus juga melukis di sana," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Minggu (29/9/2019).

Ibu rumah tangga ini menyeket daerah Pasar Mayestik, rumah-rumah di bilangan Rengas, Pasar Burung Barito dan sekitar jalan yang dilalui Kana dalam kesehariannya.
Sementara untuk proses pengerjaan karyanya itu berlangsung hingga lima hari.
"Saya menyeket langsung di lokasi itu," tambahnya.
Melukis Sketsa Proyek Pembangunan

Seniman lainnya, Chedar, punya cara pandang sendiri dalam menyeket objek.
Dalam karyanya, Chedar menyeket objek proyek pembangunan di sejumlah wilayah di Jakarta.
Ia beralasan, objek yang dilukisnya tak mungkin dapat terulang lagi.
Proyek pembangunan itu di antaranya, pembangunan MRT Lebak Bulus, proyek tol Depok-Antasari, tol JPO di Pancoran, dan lain-lain.
"Intinya saya ingin meng-capture proyek pembangunan yang ada di Jakarta yang saya temui," bebernya.

Dalam proses pembuatannya, Chedar melalui banyak kendala.
Sebab, ia melukis langsung berada di proyek pembangunan itu.
Ia sempat mendapatkan larangan dari petugas keamanan di sekitar proyek yang mencurigai kegiatannya itu.
"Saya banyak ditanya-tanyai oleh security proyek. Harus ngurus perizinan dulu katanya. Curiganya berlebihan. Selama bertahun-tahun melukis, seringkali terganjal hal seperti itu," lanjutnya.
Selain melukis di proyek itu, Chedar turut merasakan pengalaman baru kala di lapangan.
Ia turut berinteraksi dengan objek yang ada di sekitarnya itu.

Misalnya, Chedar berbincang-bincang dengan seorang pengemudi alat berat.
"Itu menurut saya pengalaman yang menarik, dan itu perlu di share. Nah, yang disebut Urban Skets sebenarnya itu," tambahnya.
Sejak 2014 hingga 2019, Chedar telah menelurkan berbagai karya sketsa mengenai proyek pembangunan di Jakarta.
Karyanya itu dituangkan ke dalam bentuk buku maupun ke dalam pigura yang kini dipajang di dinding museum.
Sketsa di Pecahan Genteng

Sketsa yang tak kalah uniknya juga datang dari karya Annisa Fadillah berjudul Grogol!!!
Ia memajang pecahan genteng sebanyak lima buah genteng.
Ukuran kelima genteng itu pun beraneka ragam.
Dalam pembuatannya, Annisa menggunakan tinta cina.
Selain sketsa-sketsa yang berkenaan dengan kota Jakarta masa kini.
Ada juga sketsa mengenai objek lawas di sejumlah kota.

Di antaranya sketsa bangunan Belanda di Jalan Braga berjudul Kedai Kopi Ujung Jalan karya Arief Setiawan.
Kemudian Pabrik Kopi Aroma Bandung karya I Gede Wira Sena, Selintas Galnas karya Bambang Harsono dan lain-lain.
Para seniman mengeksplorasi sketsa ke dalam media sesuka hatinya.
• Suami Lembek Ibu Kandung Setubuhi Dua Putranya Kadang Bertiga, Terungkap dari Kematian Anak Angkat
• Polisi Lakukan Rekayasa Lalu Lintas Sekitar Gedung DPR RI Antisipasi Unjuk Rasa
• Rencana Teror Gunakan Bom Molotov saat Aksi Massa 212 Dibongkar Polisi, 6 Orang Diciduk di Tangerang
• Bakal Ada Demo di Gedung DPR RI, BEM Unindra Serukan Aksi Via Instagram
Yang terpenting mereka melukis dengan semangat "Just for Fun".
Seperti yang disampaikan dalam pesan di pameran itu.
Tidakkah fun semacam pelumas dalam hidup, membuat semuanya berjalan mulus?