Bripda NOS Ditangkap Lagi Karena Terpapar Radikal: Pertama Mei Lalu, Diduga Terkena ISIS
"Ini sudah dua kali dia diamankan karena diduga terpapar paham radikalis," kata Asep di Gedung Humas Mabes Polri
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Selain itu, Asep menuturkan bahwa NOS juga akan menjalani sidang terkait dugaan pelanggaran kode etik.
Nantinya, NOS terancam dipecat dari institusi kepolisian.
"Secara aturan di internal organisasi, yang bersangkutan juga dalam proses untuk menuju sidang komisi kode etik, yang kemudian nanti akan direkomendasikan di-PTDH (Pemberhentian Tidak dengan Hormat)," ujarnya.
Penangkapan tersebut bukan untuk yang pertama kalinya bagi NOS. Sebelumnya, ia pernah ditangkap di Bandara Juanda, Surabaya, pada 26 Mei 2019, dengan dugaan yang sama.
Saat penangkapan, NOS tiba di Bandara Juanda dari Maluku melalui maskapai penerbangan Lion Air.
Sesampainya di bandara tersebut, ternyata ia menggunakan nama samaran, Arfila M Said. Saat dimintai keterangan oleh petugas, tujuannya ke Kota Surabaya hanya untuk berbelanja.
NOS juga mengaku memiliki kerabat yang tinggal di kawasan Sidoarjo.
"Ia berangkat dari Maluku Jam 09.00 dengan pesawat Lion Air. Ngakunya akan belanja di Surabaya dan dia ngaku punya keluarga di daerah Porong Sidoarjo," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, Minggu (26/5/2019).
Saat ditanya dugaan NOS terpapar paham radikalisme, Barung membenarkan hal tersebut.
"Ya karena kami khawatirkan saja ada sesuatu. Menurut informasi dia terpapar radikalisme di sana," lanjut Barung.
Kasus lain

Kepolisian Malaysia dilaporkan telah menangkap 15 orang yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok teroris ISIS. Sebanyak 12 orang di antaranya warga negara Indonesia ( WNI).
Otoritas Malaysia telah meningkatkan kesiagaan sejak Januari 2016, saat orang-orang bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS melakukan serangkaian serangan di Jakarta, Indonesia.
Disampaikan pihak kepolisian, Kamis (26/9/2019), sebanyak 12 orang yang ditahan merupakan WNI sementara sisanya adalah warga Malaysia.
Para tersangka tersebut ditangkap dalam beberapa aksi penggerebekan di seluruh penjuru negeri antara Juli hingga September, demikian kata Wakil Komisaris Polisi (DCP) Ayob Khan Mydin Pitchay, yang juga kepala divisi kontraterorisme.