Cerita Aaro Chan, Keliling Bawa Monyet Bergaya Punk Rock Hingga Jadi Model Video Klip Kangen Band
Bukan hanya memelihara dan mendidiknya, Aaro Chan juga merancang busana sesuai ukuran monyet.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Seniman, Aaro Chan (39) merupakan seorang penyayang monyet.
Bukan hanya memelihara dan mendidiknya, Aaro Chan juga merancang busana sesuai ukuran monyet itu.
Ia memiliki sejumlah busana yang dirancangnya sendiri untuk monyet berjenis macaque itu.
Model terbaru, Aaro membuat busana bergaya punk rock rider untuk mereka.

Kini, ia memiliki tiga monyet yang dirawatnya yaitu Cio (8), Juno (3), dan Pokko yang termuda berusia 3,5 bulan.
Banyak komunitas pencinta monyet yang bertanya kepada Aaro seputar memelihara binatang primata itu.
Monyetnya juga pernah tampil di video klip Kangen Band.
"Judul lagunya "Binti Ayahnya", itu video klipnya yang terbaru. Mereka pinginnya Cio, dan harus Cio," ujarnya kepada TribunJakarta.com di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Minggu (6/10/2019).
Video klip itu sampai dilihat sebanyak 1,3 juta penonton di Channel GP Records, di Youtube.
Ia juga memiliki pengalaman menggelitik saat membawa mereka berkendara di atas motor.
Saat di lampu merah, ketiga monyet itu tak bisa diam.
Mereka pernah beberapa kali berpindah ke motor pengendara lain.
"Di lampu merah orang suka mendadak kaget. Tiba-tiba, Cio sering pindah ke motor ojol. Tapi untung mereka mengerti. Jadi kadang ketawa aja ada monyet," tambahnya.
Tak semua orang bisa merawat monyet dengan baik.

Menurut Aaro, tak semua orang bisa memelihara monyet dengan benar.
Perlu konsistensi dan totalitas dalam memeliharanya.
"Pikirin konsekuensi jangka panjangnya. Orang ngantor enggak cocok ngurus monyet. Kadang malah dipelihara pas masih baby aja, ketika udah gede malah dikasih orang," lanjutnya.
Ketiga monyetnya itu sering diajak berkeliling Ibu Kota menemani aktivitasnya sehari-hari.
Aaro sering membawa mereka ke acara musik maupun kegiatan sosial yang diikutinya.
"Kalau keluar, pasti gue bawa mereka sepanjang hari," tandasnya.
Cerita Aaro Chan, Bikers Bergaya Punk Rock Rider Keliling Ibu Kota Bareng 3 Monyet
Di bawah pepohonan rindang, tiga monyet kecil bergaya punk rock duduk santai di atas motor besar hitam.
Cio (8), Juno (4), dan yang paling kecil Pokko berumur 3,5 bulan tampak mengenakan pakaian yang menyedot perhatian orang-orang.
Ketiga monyet berjenis macaque ini mengenakan jaket, helm, dan sepatu boots yang cukup mencolok.

Tatapan mata Cio tampak membuat pejalan kaki yang melintas di samping motornya takut.
Tak sedikit mereka yang resah disergap oleh ketiga monyet itu ketika berjalan di sampingnya.
Tapi ada juga yang tertarik melihat kehadiran ketiga monyet itu dan mengabadikannya dengan kamera ponsel lebih dekat.
Sang perawat ketiga monyet itu, Aaro Chan (39) memang kerapkali membawa mereka berkeliling, membelah belantara beton Ibu Kota.
Pria yang mengaku sebagai seniman jalanan ini, kerapkali membawa ketiga monyetnya di acara musik maupun kegiatan sosial yang diikutinya.
"Kalau keluar, pasti saya bawa mereka sepanjang hari," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Minggu (6/10/2019).
Berawal dari Film BJ and The Bear

Sejak bangku Sekolah Dasar, Aaro telah mencintai primata.
Berawal dari film BJ and the Bear yang pernah diputar di televisi, ia terpikat dengan primata simpanse di film itu.
Sebab, baru pertama kalinya, ia melihat simpanse mengenakan baju layaknya manusia.
Namun, tak mudah mendapatkan simpanse itu untuk dipelihara.
Sebagai gantinya, Aaro memilih monyet ekor panjang untuk dipelihara.
"Akhirnya gue pelajari bagaimana punya monyet ekor panjang tapi kayak simpanse," ungkapnya.
Sekitar tahun 2011, ia memulai merawat monyetnya yang bernama Cio dengan berbagai pakaian yang dirancangnya sendiri.
Jadi Monkey Stylist Pertama

Aaro tertarik merancang busana untuk monyet lantaran terinspirasi dari seorang pengamen di jalan.
Ketika di sebuah warung, Aaro melihat seorang pengamen membawa monyetnya berkeliling dengan mengenakan popok.
"Dari situ terinspirasi untuk membuat busana. Didorong juga dari film-film tentang simpanse yang mengenakan busana manusia," tambahnya.
Aaro mendesain aneka baju yang dikenakan oleh manusia untuk Cio.
Mulai baju, celana, jaket hingga pampers ia rancang dengan gaya funky nan nyentrik.
Gaya pakaian yang digunakannya pun mengikuti zaman yang kekinian.
Yang terunik, ia merancang busana yang dinamakan punk rock rider.
"Kalau monyetnya telanjang aja kan enggak keren, jadinya gue yang desain. Alhamdulilah teman-teman dan komunitas pada senang," lanjutnya.
Selain mendesain baju, Aaro juga mengajari monyet itu untuk patuh dengannya.
Misalnya, ia melatih bagaimana duduk menggunakan bahasa Inggris dan meminum dari botol sendiri.
Aaro menjadi pelopor desain baju untuk primata monyet di Indonesia.
Kini tak hanya primata saja, busana untuk anjing hingga buaya pun bisa ia rancang.
Dari mulut ke mulut, reputasi Aaro merawat monyet santer terdengar para pencinta monyet hingga komunitas.
Banyak orang yang bertanya ke Aaro bagaimana memandikan, menggosok giginya, mengenakan popok dan memberi makan kepada monyet.
Pencinta Primata

Aaro belajar mengenai primata secara otodidak.
Ia belajar dari pengalamannya bertahun-tahun mengamati hidup monyet itu.
Sebab, Aaro kerapkali menjelajah ke alam liar di sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Di sana, ia kerapkali menjumpai dan mengamati hidup monyet berekor panjang itu lebih dekat.
"Gue belajar senemunya aja waktu berpetualang di alam liar. Di mana ada monyet, di situ gue mengamatinya," katanya.
• 24 Unit Mobil Pemadam Kebakaran Dikerahkan Atasi Kebakaran di Tamansari Jakarta Barat
• Ghozali Siregar Alami Pendarahan Mata, Pilar Persib Bandung Omid Nazari Terkena Cedera Serupa
• RSKO Tanggapi Ketergantungan Narkoba Menantu Elvy Sukaesih: Harusnya Masih Rawat Jalan
• Takut Terkena Sanksi Jadi Alasan Robert Alberts Tak Komentari Putusan Wasit Persib Vs Madura United
Banyak pencinta monyet, termasuk dirinya yang memelihara binatang tersebut lantaran populasinya masih banyak di Indonesia.
Monyet ekor panjang ini bukan termasuk hewan yang terancam.
"Gue bukan sekadar menyayangi tapi juga mendidik monyet itu," tandasnya.
Kini, ia juga sering berbagi ilmu tentang merawat monyet dengan berbagai komunitas pencinta monyet lainnya.