Mengenal PLTA Kracak di Leuwiliang Bogor, Warisan Belanda Hampir Seabad, Pipa Besar & Lori Jadul

Pembangkit Listrik Tenga Air (PLTA) Kracak di Desa Kracak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor adalah satu di antaranya.

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR
PLTA Kracak di Desa Kracak Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jumat (19/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, LEUWILIANG - Sejumlah pembangkit listrik di Jawa Barat  peninggalan Belanda sudah berusia hampir satu abad.

Satu di antaranya Pembangkit Listrik Tenga Air (PLTA) Kracak di Desa Kracak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

TribunJakarta.com mendapat kesempatan mengunjungi PLTA yang dibangun sejak 1921 dan mulai beroperasi sejak 1926 itu.

Hal pertama yang menarik perhatian adalah pipa besi besar berwarna kuning yang terlihat seperti ular raksasa.

Dua ular raksasa itu mengarah dari pintu masuk Kompleks PLTA sampai ke bagian bawah tempat mesin turbin dan generator bekerja menghasilkan listrik.

PLTA Kracak di Desa Kracak Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jumat (19/10/2019).
PLTA Kracak di Desa Kracak Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jumat (19/10/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR)

Diameternya sekitar 2 meter. Pipa besar itu ternyata berfungsi mengalirkan air dari kolam tando harian (KTH) menuju rumah mesin pembangkit.

Pipa tersebut juga merupakan peninggalan orang Belanda saat masa penjajahan yang sama tuanya dengan bagian utama PLTA Kracak, yakni 93 tahun.

"PLTA Kracak merupakan tipe semi run-offer river yang menggunakan kolam tando harian (KTH) yaitu KTH Gunung Bubut yang menampung dua sungai sekaligus, yaitu sungai Cianten dan sungai Cikuluwung," ujar Harpendi, Manager Enginereeng Saguling POMU, Jumat (18/10/2019).

Selain pipa besar, ada juga lori, yang digunakan untuk naik turun pekerja menuju rumah pembangkit yang posisinya berada lebih rendah.

Lori adalah semacan gerobak yang berjalan di atas rel. Di PLTA Kracak, lori digerakkan oleh mesin penarik yang tersambung dengan lori menggunakan tali baja. Fungsinya mirip elevator.

"Lori ini juga sejak dulu, buat naik turun pekerja," ujarnya.

Meski turunan atau tanjakannya hanya sekira 200 meter namun cukup terjal, dan lori sangat membantu.

Pengunjung PLTA akan merasakan angin sejuk khas Bogor kala menaiki lori yang kecepatannya sangat pelan itu.

Sampai di bawah, rumah pembangkit yang terdapat tiga turbin dan generator, mulai terlihat khas bangunan jadulnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved