Sempat Putus Asa hingga Titik Perubahan Darus, Dulu Sering Mabuk Hingga Punya Kios Lukis Sendiri

Darus, sapaannya merupakan anak bungsu dari 2 besaudara. Kehidupannya sejak kecil bisa dikatakan sangat susah.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Muhammad Darus di kios lukisnya yang terletak di kawasan Jakarta Timur, Selasa (22/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Belasan tahun terjerumus ke dunia kelam, Muhammad Darus (32) akhirnya bangkit dari keterpurukan dan gantungkan hidup dari hasil melukis.

Darus, sapaannya merupakan anak bungsu dari 2 besaudara. Kehidupannya sejak kecil bisa dikatakan sangat susah.

Terlebih selepas ayahnya mengalami PHK.

Ia yang saat itu baru lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus menunda pendidikan selama satu tahun akibat bekerja dan menjadi tulang punggung keluarganya.

Menjadi tulang punggung keluarga juga membuat Darus harus mengubur dalam-dalam impiannya untuk menjadi seorang rocker.

"Kalau mau diturutin aja, jadi pemusik uangnya lumayan. Uang saya enggak cukup di situ. Ibu sama Bapak enggak kerja dan kondisi fisik abang saya lemah. Makanya saya harus kerja," ucapnya di Jakarta Timur, Selasa (22/10/2019).

Selain itu, ia juga memiliki hal lain yang lagi-lagi terhalang akibat faktor ekonomi, yakni belajar melukis.

Sewaktu duduk dikelas 1 SMP, dirinya mulai tertarik pada dunia seni gambar. Hal ini bermula ketika ia melihat seorang seniman yang sedang melukis.

"Di situ masih ngeliat doang. Jadi kesan pertamanya itu wah gondrong nih rambutnya kayak rocker. Makanya mulai tertarik buat melukis," sambungnya.

Menurutnya untuk belajar melukis memerlukan biaya dan privat. Sehingga dirinya urung untuk menyapa seniman tersebut dan memilih untuk menjadi sekedar fansnya saja.

Putus Asa

Menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya tak memiliki waktu untuk menyalurkan hobi dan cita-citanya.

Mulai dari berdagang, jadi juru parkir, cleaning service hingga pekerjaan serabutan selalu mau ia kerjakan demi keluarganya.

Hingga akhirnya ia masuk dalam pergaulan yang salah untuk melepaskan beban hidupnya.

"Di situ mulai minum-minum (miras) dan sempat pakai narkoba jenis ganja. Cuma kalau narkoba enggak sampai nagih. Paling cuma minum-minum aja yang sering," katanya.

Keadaannya semakin diperparah ketika Darus coba menemui pelukis yang sudah sukses dan hasil didikan seniman yang ia kagumi tadi.

Ia yang saat itu sudah punya uang untuk melakukan privat les lukis merasa harapannya seolah dihancurkan begitu saja oleh orang itu.

"Saya waktu itu nemuin dia ini bawa uang Rp 400 ribu. Di situ saya bilang mau belajar melukis, karena uang saya kurang dia cuma bilang belajar gambar kartun aja dulu. Saya bilang lagi 'saya sudah bisa, maunya gambar orang'. Dia kayak enggak mau dan cuma bilang belajar aja terus," jelasnya.

Balasan kata-kata seperti membuat Darus dilanda kesal dan sebal. Hal itu membuatnya berpikir bahwa orang tersebut tak mau mengajarinya akibat uang yang dibawanya kurang.

"Saya cuma berucap 'nanti suatu saat saya bisa saingin kamu'. Abis situ makin frustasi, puncak frustasinya di situ. Saya pulang ke tongkrongan dan minum-minum," ucapnya.

Awal Perubahan dan Perjalanan Karir

Berubah dari dunia kelam ke arah yang lebih baik memang terasa sulit. Hal ini juga yang dirasakan Darus pada saat itu.

Efek minuman keras yang sering dikonsumsinya perlahan menggeroti kesehatannya. Ia pun mulai sakit-sakitan dan divonis memiliki riwayat penyakit paru-paru.

Kendati demikian, ia belum juga sadar dan tergerak untuk berubah.

Kemudian, kejadian diparparah dengan banyaknya teman-teman tongkrongannya yang meninggal dunia akibat terlalu banyak mengkonsumsi miras dan kecanduan narkoba.

Hingga akhirnya ia baru tersadar setelah jenuh pada dunia kelam tersebut di usia 22 tahun.

Disatu sisi ia berpikir tentang ekonomi keluarganya dan disisi lain, faktor lingkungan perlahan mampu merubahnya ke arah yang lebih baik.

"Memang pengaruh lingkungan tuh besar banget. Di situ saya mulai berpikir bahwa saya nih tulang punggung dan enggak bisa begini terus, sementara kebutuhan ekonomi semakin mendesak mendesak," terangnya.

Akhirnya pun ia memutuskan untuk menarik diri dari pergaulan itu dan memulai bekerja menjadi tukang tato pinggir jalan.

"Di situ yang mulai tinggalin kerjaan lama dan milih jadi tukang tato pinggir jalan. Di situ diusir Satpol PP sampe akhirnya akrab sama mereka dan jadi kawan," jelasnya.

Perubahan demi perubahan coba dilakukan oleh Darus sejak tahun 2008 hingga saat ini.

Kegiatannya terus diisi dengan hal-hal yang positif sejak saat itu, mulai dari masuk ke komunitas vespa hingga touring bareng dengan komunitas tersebut.

Perubahannya semakin mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia dan ia mulai menjalani rumah tangga dengan istri tercintanya, Maria.

Hingga pada akhir tahun 2018 dirinya mendapatkan modal pinjaman untuk membuka kios secara kecil-kecilan.

"Alhamdulillah ketemu teman lama dimedsos. Dia kasih pinjam modal Rp 27 juta, langsung saya buka kios ini. Meskipun masih ngontrak tapi alhamdulillah ya," ucapnya.

Meskipun keuntungannya belum maksimal, dirinya tetap bersyukur sudah berhasil bangkit dari dunia kelam dan akhirnya bisa membuka toko lukis dari hasil belajar secara otodidak.

Kios ini juga sebagai pembuktian diri bahwa dia bisa bangkit dengan keuangan yang serba pas-pasan dan sempat ditolak untuk belajar melukis akibat uang yang terbatas.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved