Food Story

Menyantap Bakso Kambing Sehabis Hujan Deras di Mampang Prapatan, Maknyus!

Letak rumah makannya berada di pinggir jalan seberang Hotel Amaris Mampang.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Sosok Mustafa Umar (45), pemilik bakso Kambing Ibu Hanna di kawasan Mampang Prapatan pada Jumat (1/11/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, MAMPANG PRAPATAN - Di awal bulan November, hujan deras membasahi Ibu Kota sejak sore.

Rasanya tepat menyantap makanan berkuah hangat di tengah hujan yang terus menerus turun tak terhenti hingga malam hari.

Semangkuk bakso bisa menjadi pilihan untuk menemani makan malam sekaligus menghangatkan tubuh.

Nah salah satu tempat makan bakso di Jalan Mampang Prapatan IV Buncit 3 no. 81, Jakarta Selatan ini berani tampil beda.

Namanya, Bakso Kambing Ibu Hanna.

Sebab, bakso yang dijual berasal dari daging kambing. 

Bakso Kambing Ibu Hanna
Bakso Kambing Ibu Hanna.

Di tengah hujan deras yang lagi trending di Twitter dengan tagar NovemberRain itu, saya mencoba menjajal bakso kambing Ibu Hanna.

Kebetulan, jalanan yang macet juga menjadi alasan saya untuk membunuh waktu sambil menyantap bakso yang terbilang unik ini.

Letak rumah makannya berada di pinggir jalan seberang Hotel Amaris Mampang.

Usaha bakso yang dimiliki oleh Mustafa Umar ini bersebelahan dengan Rumah Makan Nasi Kebuli Ibu Hanna.

Karena kerabat dekat, Umar memakai nama Ibu Hanna sebagai nama usaha baksonya.

Begitu duduk di kursi makan, saya memesan seporsi bakso kambing super ditambah dengan tetelannya.

Tak berselang lama, Mustafa menyajikan seporsi bakso Kambing Super seharga Rp 22 ribu di hadapan saya.

Semangkuk bakso kambing super itu terdiri dari dua bakso kecil, satu bakso kambing sedang, satu bakso kambing besar, sawi dan tauge.

Selain bakso, ada juga sumsum tulang kambing yang tak kalah nikmatnya.

Begitu diaduk, kepulan uap dari kuah itu membuai kedua pipi saya.

Sesapan kuah bakso itu, pun terasa membasuh perut yang kosong.

Ketika menggigit daging bakso bercampur urat itu, aroma daging kambing sedikit tercium.

Namun, aroma itu hanya tercium ketika baru pertama kali menggigit.

Selebihnya, saya merasakan layaknya seperti bakso pada umumnya.

Bila ingin menyantap bakso daging kambing biasa, bisa dibeli seharga Rp 17 ribu.

Dari Kudus Ingin Tampil Beda

Pada tahun 2016, Mustafa Umar (45) memutuskan merantau ke Jakarta dari Kudus, Jawa Tengah, demi membangun usaha.

Ia kemudian tinggal bersama kerabat dekatnya, Hanna di Jakarta yang telah memulai usaha Nasi Kebuli terlebih dahulu.

Dari sana, Umar ingin membuat usaha yang berbeda dengan kebanyakan orang.

Berbekal keahliannya membuat bakso sapi sejak di Kudus, Umar pun memutuskan untuk usaha bakso kambing di sebelah Nasi Kebul Ibu Hanna.

"Saya di Kudus waktu itu dagang bakso, tapi enggak laku terus ke Jakarta. Kebetulan kerabat saya usaha nasi kebuli, bahan bakunya kambing dan ayam. Kenapa enggak bikin bakso daging Kambing aja. Mau bikin sesuatu yang baru," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (1/11/2019).

Banyak orang-orang di sekeliling Umar yang menanggapi bakso kambing buatannya enak.

Sejak saat itu, Umar memutuskan membangun usaha bakso di samping Nasi Kebuli Ibu Hanna.

"Namanya tetap Bakso Kambing Ibu Hanna. Karena nama Ibu Hanna di sini sudah terkenal dengan nasi kebulinya," tambahnya.

Bau Prengus Tak Tercium

Berbagai olahan daging kambing memiliki bau yang khas bila kita makan.

Namun, bau prengus dari bakso daging kambing buatan Umar tak terlalu tercium meski meski tidak sepenuhnya hilang.

Sebab, tak sedikit pembeli yang menyukai aroma prengus dari daging kambingnya itu.

Umar memiliki tips untuk mengurangi aroma prengus dari daging kambing.

"Kuncinya bikin bakso dengan daging kambing muda. Usia satu tahun ke bawah. Kalau udah tua aroma daging kambing akan bau prengus," bebernya.

Untuk bahan-bahan lainnya, lanjut Umar, hampir sama dengan pembuatan bakso sapi.

Umar menegaskan saat pembuatan dirinya tidak pernah mencampurkan dengan bahan pengawet.

"Pembuatan baksonya enggak pakai bahan pengawet apapun, termasuk borax," lanjutnya.

Pernah Ladeni 80 Porsi Bakso Daging Kambing Super dalam Sehari

Sudah tiga tahun usahanya terus bergulir.

Selama itu, Umar pernah meladeni 80 porsi bakso daging kambing super dalam sehari ke sebuah acara.

"Waktu itu di daerah Manggarai buat pesanan sebanyak 80 porsi bakso super untuk acara. Pelanggannya suka daging kambing," terangnya.

Rumah makannya buka setiap hari dari pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.

Ia pun akan terus membangun usaha bakso kambingnya.

"Saya enggak ikut orang-orang dengan menjual bakso sapi atau usaha ayam goreng. Saya mau beda sendiri," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved