Harapan Fakhri Husaini di Kongres PSSI: 3 Pekerjaan Rumah Perlu Dibenahi, Soroti Kasus Match Fixing
Harapan Fakhri Husaini terkait kongres PSSI secara resmi akan digelar di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (2/11/2019) mulai pukul 08.00 WIB.
Penulis: Wahyu Septiana | Editor: Suharno
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM, CIBINONG - Kongres PSSI secara resmi akan digelar di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (2/11/2019) mulai pukul 08.00 WIB.
Dalam acara kongres tersebut akan dilakukan pemilihan ketua umum, wakil ketua umum dan anggota komite eksekutif PSSI.
Nantinya, hasil dari Kongres PSSI itu akan memunculkan nama-nama pengurus baru dalam masa bakti 2019-2023.
Pelatih kepala Timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini memiliki banyak harapan terhadap Kongres PSSI yang digelar hari ini.
Fakhri menilai ada tiga pekerjaan rumah besar yang harus dibenahi oleh pengurus baru PSSI ke depannya.
Tiga permasalahan besar PSSI adalah tata kelola kompetisi di Indonesia, kompetisi sepak bola usia muda, dan menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintah.
"Banyak pekerjaan rumah (pr) di PSSI. Pertama soal tata kelola liga kita, kasus yang terjadi di liga kita, kemudian kompetisi sepak bola usia muda," kata Fakhri saat ditemui TribunJakarta di Stadion Pakansari, Bogor.
"Hubungan dengan pemerintah yang sebelumnya belum harmonis juga. Itu tugas yang perlu dibenahi," sambungnya.
• Tengok Kemegahan 10 Stadion yang Disiapkan PSSI Jadi Venue Piala Dunia U-20 2021
Moment Kongres PSSI diharapkan menjadi titik balik bagi para pengurus baru terpilih bisa membenahi segala kekurangan dari periode sebelumnya.
Diharapkan, para pengurus baru PSSI bisa lebih merangkul dan mendengarkan setiap aspirasi demi pembenahan ke arah yang lebih baik.
"Mumpung sama-sama baru, Menpora baru pemerintah baru, dan pengurus PSSI yang insyallah akan baru," jelas Fakhri.
"Ini jadi momentum komunikasi dan bangun hubungan baik untuk bermitra dengan pemerintah," tambahnya.
Pelatih berusia 54 tahun itu turut menyoroti pengelolaan sepak bola usia muda di Indonesia.
Saat ini, Fakhri melihat penyelenggara turnamen dan kompetisi di sepak bola Indonesia belum dikelola secara baik oleh PSSI.
Selain itu, banyak kompetisi dan turnamen sepak bola usia muda yang dijalankan oleh pihak swasta.
Seharusnya, PSSI bisa menggandeng pihak-pihak tersebut untuk bisa memajukan sepak bola usia muda menjadi lebih baik.
"Pengelolaan khususnya usia muda lah, itu ga bisa jalan sendiri. Kalau untuk profesional, sudah urusan PSSI," ujar Fakhri.
"Tapi kalau pembinaan usia muda harus bermitra dengan seluruh stekholder. PSSI, pemerintah bahkan swasta, jadi tidak bisa jalan sendiri," paparnya.
• Lapangan Dibakar Usai Laga Liga 1 Persebaya Vs PSS Sleman, Gubernur Jatim Minta Usut Tuntas
Lebih lanjut, permasalahan lain yang menjadi fokus utama Fakhri Husaini adalah kasus match fixing yang sebelumnya ramai diperbincangkan di sepak bola Indonesia.
Pelatih kelahiran Lhokseumawe, Aceh, itu menilai belum ada pernyataan secara resmi dari satgas anti mafia bola mengenai status dari kompetisi sepak bola Indonesia.
Pernyataan resmi harus dibuat oleh satgas untuk mengetahui Liga sepak bola Indonesia bersih atau buruk dari kasus match fixing.
"Buat saya yang tidak kalah pentingnya kasus match fixing yang masih menggantung. Ketika isu kemarin banyak merebak sedemikian rupa sampai buat satgas, harusnya di klaim saja ada klarifikasi. Dibuat saja pengumuman ada atau engga agar tidak jadi fitnah," tegas Fakhri.
"Kalau tidak ada, sampaikan agar tidak jadi fitnah. Sekarang menjadi menggantung dan pelatih-pelatih pun merasa ga nyaman. Seolah-olah pelatih dan semua pemainnya terlibat match fixing, padahal masih banyak pelatih di Indonesia yang malu kalau kalah diatur," sambungnya.
Belum adanya pernyataan resmi dati satgas anti mafia bola membuat para pelatih dan pemain dihinggapi perasaan yang tidak nyaman saat berkompetisi.
"Sekarang kan belum ada klarifikasi dari satgas atau siapa pun kalau kompetisi ini bersih. Supaya selesai masalahnya ga saling curiga. Ini yang diperlukan sekarang, sehingga kompetisi akan datang kita merasa boleh bangga bisa dapatkan hasil murni," ujar Fakhri.
"Selama itu belum ada semuanya akan terasa dibohongi. Sudah sedemikian rupa orang-orang kasih pengakuan, tapi satu pun ga ada yang ketangkep. Sudah dibentuk satgas, kalau ada bilang ada kalau ga ya bilang juga biar jelas," imbuhnya. (*)