Anggota DPRD Jabar Sebut Desain Revitalisasi Situ Rawa Kalong Mirip Freemasonry, Ini Gambarnya
Pernyataan tersebut diungkapkan Imam, ketika melakukan inspeksi mendadak bersama sejumlah anggota DPRD lainnya di Situ Rawa Kalong siang ini.
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, TAPOS - Ketua Komisi IV DPRD Jawa Barat Imam Budi Hartono, menyebut desain revitalisasi Situ Rawa Kalong di kawasan Tapos, Kota Depok, seperti lambang Freemasonry.
Pernyataan tersebut diungkapkan Imam, ketika melakukan inspeksi mendadak bersama sejumlah anggota DPRD lainnya di Situ Rawa Kalong siang ini.

"Tadi teman-teman berkomentar terhadap desain ini. Sebagai seorang arsitek desain ini mungkin terlihat bagus oleh seorang Ridwan Kamil, tapi bagi umat Islam ini agak menyinggung karena nyangkut-nyangkut masalah freemasonry, yahudi lah, ini yang memberatkan kami," ujar Imam di lokasi, Kamis (4/11/2019).

Sebelumnya juga diberitakan, Imam mengatakan pihaknya juga memiliki beberapa catatan terkait proyek revitalisasi tersebut.
Beberapa catatan tersebut diantaranya adalah akses masuk dan parkiran Situ Rawa Kalong dalam desain revitalisasi yang hanya menampung sekira 10 unit mobil.

"Catatan kami adalah proyek ini dari segi gambarnya bagus, tapi dari sisi akses kesini sangat kurang, aksesnya kecil dan juga gambarannya ketika ini jadi tempat wisata hanya cukup 10 mobil parkirannya, jadi gak layak menurut kami," tambahnya.
Imam mengatakan, usai direvitalisasi nantinya Situ Rawa Kalong akan memiliki sebuah panggung dibagian tengahnya.

"Nanti akan ada panggung dibagian tengah Situ ini," ujarnya.
Kang Emil Serius Revitalitasi Situ Rawa Kalong
Tempo hari pada Juli tahun ini Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Kang Emil mengunjungi Kantor Wali Kota Depok.
Sejumlah persoalan pun dibahas dalam rapat tersebut, satu di antaranya tentang penataan Situ Rawa Kalong.
Dijumpai wartawan usai rapat dengan Wali Kota Depok Mohammad Idris, Kang Emil mengatakan dana yang dibutuhkan untuk penataan Situ Rawa Kalong sebesar Rp 30 Miliar.
"Kemudian juga Rawa Kalong ya, sekitar Rp 30 miliar juga segera mulai konstruksi," ujar Kang Emil di Kantor Wali Kota Depok, Pancoran Mas, Kamis (18/7/2019).
Kang Emil juga mengatakan, Depok merupakan Kota yang butuh tempar wisata untuk meningkatkan pendapatan.
"Karena kita meyakini, Depok ini sebagai Kota yang butuh tempat pariwisata, selain biar nggak stres juga meningkatkan pendapatan lah," tuturnya.
• Begini Cara Mudah Kembalikan Warna Baju Putih yang Telah Menguning, Tanpa Pakai Bahan Kimia!
• Singkirkan Wakil Jerman, Ahsan/Hendra Wakil Merah Putih Pertama Lolos ke 8 Besar Indonesia Open
• Febri Hariyadi Penyelamat Persib Kala Ezechiel Absen: Maung Bandung Sering Bikin Gol di Babak Kedua
Terakhir, Kang Emil menuturkan Kota Depok merupakan Kota yang paling banyak memiliki danau.
Menurut dia sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik.
"Karena kita amati Depok ini satu-satunya Kota yang memiliki danau paling banyak."
"Kalau tidak bermanfaat kan sayang, nah kita mulai dari Rawa Kalong dulu," ucap Ridwan Kamil.
Apa Itu Situs Rawa Kalong?
Situ Rawa Kalong berada di Kelurahan Curug, Cimanggis, Depok.
Adanya proyek revitalisasi ditanggapi positif oleh juru Situ Rawa Kalong, Miminrusmini (47).
Ia bersyukur karena dahulu Situ Rawa Kalong dulunya tak diminati masyarakat karena dikenal tempat angker.
Jangankan jadi tempat wisata air, para pemancing saja ogah menyambangi Situ Rawa Kalong.
Situ Rawa Kalong tercemar oleh limbah pabrik, rumah tangga, sampah, pakan ikan yang mengenakan sisa catering.
"Dulunya enggak ada yang mau datang, untuk mancing saja enggak ada," ucap Miminrusmini kepada TribunJakarta.com, Minggu (30/12/2018).
"Mau siang, mau malam sama saja, sepi. Dulunya memang seperti hutan belantara."
"Banyak yang takut diganggu makhluk gaib lah," Miminrusmini menambahkan.
Baru sekira tahun 1988 kala teknologi mulai menjamah, masyarakat mulai berdatangan ke Situ Rawa Kalong untuk sekedar memancing dan bersantai.
Di bawah tahun itu, hanya segelintir orang yang bermukim tak jauh dari Situ Rawa Kalong lah berani datang meski tak lama menghabiskan waktu di sana.
"Mau masuk tahun 1990 itu mulai ada yang datang. Mungkin seiring zaman orang mulai enggak takut hal-hal gaib."
"Sebelumnya mah enggak ada yang datang. Paling dulu TNI doang yang datang buat latihan," ujarnya.
Sebagai Juru Situ Rawa Kalong yang menggantikan ayahnya, Mimin tak menampik keberadaan makhluk gaib di Situ Rawa Kalong.
Namun dia menilai hal itu lazim dan tak perlu dipermasalahkan.
Kata dia, terpenting manusia harus dapat menjaga lingkungan sekitarnya, bukan hanya ingin memanfaatkan saja.
"Ya namanya hal gaib itu ada, tapi enggak perlu dibesar-besarkan. Banyak kok orang mancing yang enggak pernah diganggu."
"Artinya kan enggak ada masalah. Yang penting datang ke Situ enggak merusak lingkungan saja," tuturnya.
Meski angker, Mimin menuturkan Situ Rawa Kalong justru lebih mempesona kala belum terjamah manusia dan gencarnya pembangunan yang membuat luas Situ Rawa Kalong menyusut.
Dulunya, sangat mudah mendapati kawanan burung Bangau dan Belibis yang sedang memangsa ikan di permukaan Situ Rawa Kalong.
Namun perburuan dan kepak sayap mereka di langit itu hanya memoar seiring kerusakan Situ Rawa Kalong yang terus menumpuk dari tahun ke tahun.
"Dulu setiap hari itu bisa lihat Bangau sama Belibis cari makan, mereka makanin ikan di Situ Rawa Kalong."
"Tapi makin lama ya hilang begitu saja. Sekarang Situ ini dangkal, airnya tercemar," kenang Mimin.
Pii (50), warga yang bermukim dekat Situ Rawa Kalong membenarkan pernyataan Mimin soal pesona Situ Rawa Kalong yang hanya tinggal memoar.
Seperti Mimin, dia hanya berharap janji Kang Emil sepenuhnya membebaskan Situ Rawa Kalong lekas terealisasi agar kenangan masa kecilnya tak dapat dirasakan anak-anak lain.
"Dulu Situ Rawa Kalong seperti hutan, tapi airnya bersih, bagus lah pokoknya. Sekarang enggak seperti hutan tapi airnya tercemar."
"Semoga pemerintah cepat ada tindakan, enggak sekedar datang terus foti-foto dan pergi," kata Pii.