Reaksi Keluarga di Tasikmalaya Saat Lihat Pembalap Afridza Munandar Gugur di Sirkuit Sepang Lewat TV
Tanah Air Indonesia sedang diselimuti rasa berkabung mendalam setelah meninggalnya pembalap muda asal Tasikmalaya, Jawa Barat, Afridza Munandar.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Tanah Air Indonesia sedang diselimuti rasa berkabung mendalam setelah meninggalnya pembalap muda asal Tasikmalaya, Jawa Barat, Afridza Munandar pada Sabtu (2/11/2019).
Afridza meregang nyawa saat sedang berpacu menggunakan kuda besinya di Sirkuit Sepang, Malaysia saat melaju di tikungan.
Saat itu, pembalap berusia 20 tahun tersebut sedang adu kecepatan diajang Asia Talent Cup (ATC).
Namun, takdir berkata beda, Afridza terjatuh dari motornya dan meninggal dunia di tempat yang sama dengan pembalap Moto GP profesional Simoncelli.
Saat ditemui di Terminal Kargo Human Remains Bandara Soekarno-Hatta, paman dari Afridza, Bayu Aditiya mengatakan kalau saat insiden berlangsung sanak saudara sedang menonton di depan layar kaca.
"Awalnya nobar (nonton bareng) sama keluarga di Tasik sana. Pas tikungan ada yang jatuh kita lihat sama-sama," cerita Bayu kepada TribunJakarta.com, (4/11/2019).
Awalnya, keluarga yang menonton belum bisa menebak siapa yang jatuh lantaran gambar di layar kaca terlalu jauh.
Kata Bayu, keluarga baru menyadari kalau yang jatuh adalah Afridza saat mereka menyadari dari helm yang digunakan oleh Afridza.
"Awalnya kita enggak tahu kalau yang jatuh itu dia (Afridza) tapi pas disorot itu helmnya ponakan saya baru kami sadar itu Afridza. Kaget semua ya panik, karena jatuhnya cukup keras kan," kata Bayu.
Menurut Bayu, keluarga tidak mempunyai firasat bawah Afridza akan pergi secepat itu dan masih mengira ia hanya mengalami luka dari kecelakannya.
Namun, takdir berkata lain saat keluarganya melihat Afridza dibopong tim medis menuju helikopter untuk diantar ke rumah sakit dalam keadaan tergeletak di tandu.
"Karena pihak sponsor kan sudah kasih tahun prosedurnya gimana, jadi saya tahu kalau pembalap dibawa ke helikopter itu tandanya sudah kritis untuk dibawa ke rumah sakit," ucap Bayu.
Lalu, sekira pukul 15.30 WIB, ibu korban bernama Sri Wedari Ersa mendapatkan kabar bahwa anak pertamanya tersebut sudah tidak terselamatkan lagi.
Sontak, kata Bayu, sang ibu pingsan dan lemas mendengar kabar duka dari Malaysia.