Kisah Haer Bertahan Jadi Tukang Patri: Bayaran Seikhlasnya, Sering Diberi Orang
Pada eranya, jasa tukang patri masih banyak dicari orang untuk memperbaiki panci, dandang dan lain sebagainya bila berlubang.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Di bawah terik matahari, langkah Haer (73) tampak tertatih.
Hal ini lantaran beban yang dipikulnya tak sebanding dengan sisa tenaga di usia senjanya.
Ya, meskipun berusia 73 tahun, Haer masih berjuang mencari rezeki halal dengan menjadi tukang patri.
Pada eranya, jasa tukang patri masih banyak dicari orang untuk memperbaiki panci, dandang dan lain sebagainya bila berlubang.
Namun, saat ini jasa tukang patri tak banyak di cari orang.
Sehingga, tak jarang Haer harus pulang dengan tangan kosong setelah menempuh puluhan kilometer dari pagi hingga sore hari.
"Kontrakan di Gang Rambo, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Tapi memang kan keliling, jadi bisa sampai Ciracas dan sudah kemana-mana sekuatnya saya," ucapnya di Jakarta Timur, Selasa (5/11/2019).
Sebenarnya, Haer sudah 10 tahun lalu berprofesi sebagai tukang patri.
Bermodalkan biaya seadanya, ia memutuskan mengadu nasib dari Tasik ke Jakarta.
"Dulu sih ramai. Banyak yang pakai jasa saya. Saya tahu betul perubahannya dari yang ramai sampai yang sepi. Tapi saya cuma punya modal kebiasaan ini aja. Jadi mau enggak mau ya kerja begini," sambungnya.
Selama berkeliling, Haer selalu menyempatkan diri untuk berselawat dan berdoa agar dilancarkan rezekinya.
"Misalnya hari ini saya dapat uang, besoknya tahu-tahu banyak. Terus kalau makan sering dikasih sama orang di jalan begini. Alhamdulillah rezekinya selalu ada. Intinya kita jangan malas aja. InsyaAllah rezeki pasti ada," ungkapnya.
Tak Berikan Harga

Jasanya tak banyak lagi dipakai orang, Haer memutuskan untuk tak mematok harga tiap kali keliling.
Hal ini sudah ia lakukan sejak beberapa tahun lalu lantaran ia menyadari bahwa mencari satu pelanggan di era saat ini sangatlah sulit.
Sehingga Haer memutuskan untuk meminta bayaran seikhlasnya dari masyarakat.
"Enggak pakai harga. Kalau mereka tanya berapa, saya pasti jawab seikhlasnya ibu aja. Kadang ada yang kasih Rp 20 ribu atau Rp 25 ribu," jelasnya.
Sejujurnya Haer ingin sekali mematok harga untuk satu barang yang diperbaiki.
Menurutnya, bila berlubang banyak, untuk satu barang bisa menghabiskan banyak waktu.
"Sebenarnya mau kasih harga sesuai kesulitan sama waktu perbaikannya. Tapi saya mikir lagi, kalau dikasih harga nanti mereka malah enggak jadi setelah nawar semurah mungkin. Daripada saya pulang dengan tangan kosong lebih baik saya minta bayaran seikhlasnya aja," ungkapnya.
Dalam satu hari, Haer menuturkan bisa membawa pulang uang minimal Rp 20 ribu usai bekerja dari pukul 07.00-15.30 WIB.
Sering Dikasih Orang
Melihat langkahnya yang mulai tertatih dan usia senja, Haer menceritakan banyak orang yang mendatanginya.
Entah saat ia sedang berjalan ataupun berhenti untuk sekedar istirahat.
"Yang saya rasain justru banyakan penghasilan yang dikasih orang di jalan. Kadang dikasih uang dan makan. Tapi saya enggak minta, mungkin mereka kasihan sama saya," katanya.
Menurut Haer, terkadang ia ingin menangis ketika banyak orang baik yang membagi rezeki terhadapnya.
Kebaikan mereka juga ia bincangkan dengan istrinya dikampung melalui sambungan telepon.
• Septic Tank di Cakung Meledak, Sopir Sedot Tinja Tewas Karena Terjatuh
• Hasil Fuzhou China Open 2019: Gregoria Menang, Fitriani Ditumbangkan Wakil Thailand
• Gedung Hailai Terbakar, Dugaan Awal Api dari Mesin Las
"Saya suka cerita sama istri di kampung. Dia juga bilang saya jangan kerja lagi. Anak-anak juga sudah ngelarang. Tapi sayanya selalu bilang mau kerja. Saya masih kuat," lanjutnya.
Selama langkahnya masih kuat memikul, Haer mengatakan tak mau berdiam diri sesuai keinginan istri dan anak-anaknya.
Haer masih ingin mengumpulkan uang untuk menafkahi istrinya.
"Penginnya juga saya istirahat. Tapi saya enggak mau bergantung sama anak. Kalaupun nanti saya berhenti bekerja, setidaknya saya punya usaha dulu. Jadi walaupun enggak kerja saya tetap memenuhi kewajiban saya untuk memberikan nafkah sama istri karena kan anak sudah berumah tangga semua," tandasnya.