Musim Hujan, Sadi Berkeliling Jual Jasa Reparasi Payung di Ibu Kota, Berkeliling Sejak 1982
Dalam sehari berkeliling menjual jasa reparasi payung, Sadi bisa meraup sekira Rp 50 sampai Rp 100 ribu
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Sadi mereparasi payung hanya pada waktu tertentu saja.
Sebab, banyak orang memerlukan jasanya ketika musim hujan tiba.
Bila musim kemarau, Sadi mencari pekerjaan lain untuk sesuap nasi.
"Ya kalau enggak musim hujan, biasanya saya di kampung, di sawah. Ikut sama orang usaha rongsokan," terangnya.
Dalam sehari berkeliling menjual jasa reparasi payung, Sadi bisa meraup sekira Rp 50 sampai Rp 100 ribu.
Namun, pulang dengan tangan kosong pun tak jarang dialaminya.
Upah membetulkan payung jualan di atas upah rata-rata membetulkan payung kecil, yang biasa ia reparasi.
"Kalau ini bisa Rp 20 ribu biaya servisnya," ungkapnya.
Bantu Istri di Kampung
Penghasilan sebagai tukang reparasi payung sehari-hari diberikan kepada istri di kampungnya, di Cirebon.
Beberapa bulan sekali, Sadi pulang menggunakan bus menuju kampung halaman untuk bertemu istrinya.
Di Jakarta, ia tinggal di sebuah warung nasi milik kenalannya.
"Kalau ada rezeki pulang ke kampung. Kadang-kadang sebulan atau dua bulan sekali," terangnya.
Sadi juga pernah mengalami nasib sial saat berada di bus.
Pasalnya, payung dan perkakas yang dibawanya raib diambil orang.