Perjuangan Uju Penjual Keliling Ikat Pinggang di Jakarta, Penghasilan Tak Tentu hingga Uang Ludes

Pemasukannya yang tak seberapa digunakan untuk biaya hidup selama di perantauan dan biaya kehidupan keluarganya di Garut.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Penjual ikat pinggang keliling, Uju (63) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Senin (11/11/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR MINGGU - Demi menyambung hidup, Uju (63) mencari sesuap nasi sebagai penjual ikat pinggang keliling ke sejumlah tempat di Selatan Jakarta.

Pemasukannya yang tak seberapa digunakan untuk biaya hidup selama di perantauan dan biaya kehidupan keluarganya di Garut.

Di tepi jalan raya, Uju berjalan kaki berkeliling sembari mencangklongkan tumpukan ikat pinggang pada bahu kanannya.

Tangannya pun juga dipenuhi oleh dagangan lainnya seperti aneka dompet dan tas.

Tangan kiri menjinjing tempat plastik merah berisi aneka dompet sedangkan tangan kanannya membawa rencengan tas-tas kecil yang diikatkan di seutas tali biru.

Sementara pergelangan tangan kanannya tergantung tas-tas selempang hitam.

Uju, yang mengenakan topi untuk melindungi dari sinar matahari, berkeliling permukiman seraya menawarkan dagangannya itu.

Sejak pagi, Uju mulai berjalan kaki dari kawasan Mampang Prapatan, Kemang hingga Pasar Minggu.

"Biasanya kalau sudah sampai di Pasar Minggu, saya pulang ke kontrakan di kawasan Jakarta Timur," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Senin (11/11/2019).

Di sebuah kontrakan yang tak besar, kata Uju, ia tinggal bersama teman-teman sesama penjual ikat pinggang dari Garut, Jawa Barat.

Viral Toko Jaya Abadi di Magelang, Pasang Spanduk Tak Jual Apa-apa Buka 8 Jam Sehari & Cari Karyawan

Penjual ikat pinggang keliling, Uju (63) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Senin (11/11/2019).
Penjual ikat pinggang keliling, Uju (63) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Senin (11/11/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Penghasilan Tak Tentu

Sudah puluhan tahun Uju menggantungkan hidupnya sebagai penjual ikat pinggang.

Ia mengatakan ketika masih menggunakan gerobak, dagangannya terbilang laku.

Namun, penghasilannya kian meredup sejak krisis moneter pada tahun 1998.

Kini, ia menjual dengan membawa semua dagangannya berkeliling jalan raya.

Uju tak menyetor penghasilannya per hari kepada orang lain.

Ia bekerja untuk dirinya sendiri.

Dalam sehari, pendapatannya tak pernah menentu.

"Enggak menentu, kalau rezeki kadang-kadang Rp 100 sampai Rp 200 ribu tapi kan itu penghasilan kotor. Paling bersihnya Rp 30 ribu. Sisanya buat beli barang-barang lagi," ungkapnya.

Biasanya, para pembeli ikat pinggang Uju dari para sopir, penjaga kios, dan pengguna jalan.

Uju hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai penjual ikat pinggang lantaran fisiknya tak mampu lagi bekerja sebagai pekerja kasar.

Bagi Uju, pekerjaannya sebagai penjual ikat pinggang tak seberat dengan seorang kuli bangunan.

"Pekerja bangunan kan berat, saya udah tua ya mendingan istilahnya ini hanya jalan kaki aja," lanjutnya.

Pernah Ditipu Pengendara Motor

Tak hanya menguras tenaga, pekerjaan yang dilakoni Uju juga menguji kesabaran.

Pasalnya, ia pernah mendapatkan pengalaman pahit kala berkeliling berjualan ikat pinggang.

Uju pernah ditipu oleh pengendara motor yang memaksanya untuk meminjamkan sejumlah uang.

Saat itu, Uju tengah menjajakan ikat pinggang di tepi jalan.

Sekonyong-konyong, seorang pengendara motor mendekatinya.

"Dia bilang punya utang tiba-tiba ke saya. Pinjam uang Rp 200 ribu, tapi saya enggak ada," bebernya kepada TribunJakarta.com pada Senin (11/11/2019).

"Dia terus memaksa. Katanya akan segera diganti di depan. Akhirnya saya kasih Rp 150 ribu," sambungnya.

Pengendara motor itu kemudian melihat uang Rp 20 ribu dari kantong Uju.

Ia meminta sekalian uang yang berada di kantongnya itu.

"Pas saya kasih uang Rp 150 ribu, dia melihat Rp 20 ribu juga di kantong," ungkapnya.

"Dia minta semuanya. Akhirnya saya kasih. Setelah itu dia pergi enggak tahu sekarang dimana orang itu," lanjutnya.

Uju memutuskan untuk memberikan penghasilannya saat berjualan lantaran khawatir nyawanya terancam.

Sebab, ia dan pengendara motor itu berada di tempat yang sepi.

"Saya enggak kenal sama orang itu. Daripada saya disakiti, ya saya kasih. Yah enggak apa-apa. Uang masih bisa dicari lagi," katanya.

Saat berjualan Uju tak jarang mendapatkan uang lebih dari setiap pembelinya.

"Yah biar ketipu, ada rezekinya. Pembeli suka beli harganya Rp 30 ribu tapi ngasih Rp 50 ribu. Ada yang ngasih Rp 100 ribu, nih buat makan siang," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved