Pengemudi Camry Anak Anggota DPD RI Tak Ditahan, Keluarga Pengguna Skuter Listrik Bereaksi
Langkah polisi tak menahan DH, pengemudi Camry yang menewaskan dua pengguna skuter listrik GrabWheels membuat keluarga korban kecewa.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Langkah polisi tak menahan DH, pengemudi Camry yang menewaskan dua pengguna skuter listrik GrabWheels membuat keluarga korban kecewa.
Diketahui, Ammar Nawwar Tri Darma (18) dan Wisnu Candra Gunawan (18) tewas setelah diseruduk dari belakang oleh DH yang mengendarai Camry hitam.
Sementara itu, empat rekan korban lainnya mengalami luka-luka, yaitu Fajar Wicaksono (19), Bagus, Wulan, dan Wanda (18).
Hasil tes urine, DH positif mengonsumsi alkhohol. Akibatnya, DH kehilangan konsentrasi saat mengendarai mobilnya dan menabrak pengendara skuter listrik pada Minggu (10/11/2019) dini hari WIB.
Dalam kasus ini polisi sudah menetapkan DH sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 310 Juncto Pasal 311 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Namun demikian, DH tak ditahan. Hal itu ditegaskan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Fahri Siregar pada Kamis (14/11/2019).
"(Tersangka) tidak (ditahan) dengan pertimbangan penyidik menilai tersangka tidak akan melarikan diri dan menghilangkan barang bukti," beber Fahri.
Tersangka DH hanya dikenakan wajib lapor hingga proses penyidikan rampung.
"Kita kenakan wajib lapor saja selama proses hukumnya berjalan," ungkap Fahri dilansir Kompas.com dalam artikel: Ditetapkan Tersangka, Pengemudi Mobil yang Tabrak Pengguna Skuter Listrik Tak Ditahan.
Ada beberapa pertimbangan polisi yang membuat penyidik akhirnya tidak menahan DH.
Pertama, karena DH diyakini tidak akan melarikan diri.
Pertimbangan kedua lantaran penyidik yakin DH tidak akan menghilangkan barang bukti.
"Dengan pertimbangan penyidik (sehingga tidak ditahan)," sambung Fahri.
Tersangka Anak Anggota DPD RI
Alan, kakak Ammar salah satu korban tewas, menduga pertimbangan polisi tak menahan DH karena terkait jabatan penting yang diduduki ibu tersangka.
"Pelaku adalah anak dari anggota DPD RI," kata Alan saat dikonfirmasi Warta Kota, Kamis (14/11/2019).

Identitas keluarga pelaku didapat Alan berdasarkan penelusuran atas nama perempuan yang mengaku sebagai ibu tersangka saat berkunjung ke rumah untuk melayat mendiang Ammar, Minggu (10/11/2019) sore.
Penelusuran tersebut mengarahkannya kepada beberapa berita dari media nasional dan sumber lain mengenai sepak terjang politik ibu tersangka pada Pemilu 2019 lalu.
Foto yang terpampang di berbagai berita dan sumber memperjelas identitas ibu pelaku bahwa ia merupakan sosok yang memiliki jabatan penting.
"Ini ibu pelaku yang waktu itu mengunjungi rumah saya," kata Alan dilansir Warta Kota dalam artikel: Keluarga Kecewa, Tersangka Penabrak Penyewa Skuter Listrik GrabWheels Tak Ditahan.
Alan sempat memperlihatkan foto ibu DH dari satu tautan sumber informasi.
Wanda, salah satu teman Ammar yang juga saksi mata saat kecelakaan maut merenggut nyawa dua rekannya, juga membenarkan hal itu.
Berdasarkan penelusuran di situs pencarian internet, Wanda meyakini wajah orang yang ditemuinya di RSAL Mintohardjo pada Minggu (10/11/2019) lalu, sama seperti foto-foto yang terpampang di berbagai sumber informasi.
"Iya, saya lihat dia (ibu pelaku DH) datang dan bilang kalau saya ibu pelaku. Dia yang menanggung biaya rumah sakit juga," ucap Wanda.
Pengakuan rekan korban
Saksi mata sekaligus teman dekat korban, Fajar dan Wanda mengingat betul detik-detik dua temannya, Ammar dan Wisnu sebelum meninggal pada Minggu (10/11/2019) silam.
Fajar bercerita, berenam bersama Ammar, Wisnu, Wanda, Sri Wulansari, dan Bagus Laksono pergi menuju kawasan FX Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, berniat menyewa skuter Grabwheels di sana.

Sampai di FX Sudirman pada Sabtu (9/11/2019) pukul 23.00 WIB, tapi ternyata antrean di tempat penyewaan skuter listrik mengular panjang.
Mereka sempat mencari ke warung-warung yang menyediakan layanan penyewaan skuter di sekitar kawasan Senayan, akan tetapi tidak ada skuter listrik yang tersedia.
"Istirahat dulu akhirnya kita di Mcd Senayan," ungkap Fajar kepada TribunJakarta.com pada Rabu (13/11/2019) di kediaman Ammar, Pisangan Lama, Pulogadung, Jakarta Timur.
"Kemudian kita mencari lagi di FX Sudirman. Akhirnya dapat tiga skuter," ia menambahkan.
Tak bisa dipakai secara bersamaan
Namun, Wanda mengatakan tiga skuter itu tidak langsung mereka dapatkan secara bersamaan.
Jarak waktu mereka mendapatkan satu skuter dengan skuter lainnya memakan waktu lama.
"Dapat tiga skuter itu sekira pukul 01.00. Karena ramai enggak mungkin mendapatkan enam skuter bersamaan," tambahnya.
Mereka pun menggunakan skuter listrik itu dengan masing-masing skuter diisi dua orang untuk berkeliling kawasan Senayan.
Di perjalanan, skuter yang digunakan Amar dan Wisnu mati lantaran baterainya mati.
Untuk mensiasati agar kembali jalan, Bagus mengambil alih skuter listrik Amar dan Wisnu. Sedangkan mereka berdua menggunakan sepeda Bagus.
Sri yang bersama Bagus pun berpindah ke skuter listrik Fajar dan Wanda.
"Karena enggak berat, jadi skuter saya diisi tiga orang. Saya, Wanda dan Sri. Bagus sendiri sambil mengendarai skuter yang mati itu" jelas Fajar.
Skuter yang dikendarai Fajar berada di depan, sementara skuter listrik Ammar dan Bagus di belakangnya.
Pengemudi kabur setelah menabrak
Saat perjalanan pulang untuk mengembalikan skuter ke FX di Jalan Pintu Satu Senayan, mobil Camry hitam yang dikendarai DH tiba-tiba menerjang skuter Bagus dan Ammar.
Bagus ikut terbawa di atas kap mobil Camry yang merangsek ke trotoar jalan. Saat mobil mengerem mendadak, Bagus terpental jatuh ke jalan.
Alih-alih bertanggung jawab, DH malah tancap gas setelah diteriaki oleh orang-orang sekitar.
"Dia kabur tapi nomor pelat depan mobil itu jatuh," katanya.
Tak lama berselang, pengemudi mobil itu tertangkap di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan oleh pihak kepolisian.
Ammar terkapar akibat terbentur pohon sedangkan badan Wisnu menghantam tembok pagar. Keduanya sekarat dengan beberapa luka di kepala dan tubuhnya.
Sementara Bagus juga mengalami luka di bagian tangan dan kaki kirinya. Ia masih sadar di lokasi pascakejadian itu.
Kejadian kecelakaan maut itu pada Minggu sekira pukul 03.30. Kondisi dua skuter yang ditabrak oleh pelaku hancur.
Fajar dan kedua temannya mencari pertolongan untuk mengantarkan korban ke rumah sakit.
Sebanyak tiga mobil yang berhenti di jalan membawa masing-masing korban ke RSAL Mintohardjo, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Nyawa Ammar dan Wisnu tak tertolong saat dalam perawatan di rumah sakit.
Menurut Wanda, tim medis hanya memberikan infus dan oksigen kepada korban.
Begitu ibu pelaku datang pukul 06.30 WIB untuk bertanggung jawab, baru Ammar dan Wisnu ditangani tim medis. Korban masuk perawatan sekira pukul 04.00 WIB.
"Katanya harus menunggu keluarga dan membayar biaya adminitrasi, baru ibu dari pelaku yang datang ke rumah sakit dan mau bertanggung jawab, baru dikerjain," terang Wanda.
Sementara Bagus hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit TNI AL Mintoharjo.
Menurut kakak sepupu korban, Candra Aditia, mendapat kabar dari polisi jika DH pelaku yang menabrak ketiga rekannya positif dalam pengaruh alkohol.
Pelaki penabrak itu laki-laki berusia 28 tahun.
"Saya udah nanya dari penyidiknya langsung, positif alkohol. Tersangkanya juga mengakui bahwa dia habis minum. Di dalam mobil ada dua orang, mereka berdua abis minum," ujar Candra.
Dishub batasi jam operasional skuter listrik
Dinas Perhubungan DKI Jakarta bakal membatasi jam operasional penyewaan skuter listrik Grabwheels di ibu kota.
Hal ini mengaca kasus kecelakaan pengguna skuter listrik di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, yang menewaskan dua orang remaja pada Minggu dini hari pekan lalu.
"Kita sedang kaji untuk penggunaan skuter di malam hari," ucap Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo, Kamis (14/11/2019).
Dijelaskan Syafrin, jam operasional skuter listrik akan disesuaikan dengan waktu operasional angkutan massal.
"Untuk jam operasional sedang kita kaji. Kita inline dengan sistem angkutan mass yang lain seperti Transjakarta dan MRT, yaitu mulai pukul 05.00 WIB hingga 23.00 WIB," ujar Syafrin.
Setelah pukul 23.00 WIB, Dishub DKI pun meminta operator penyedia jasa penyewaan skuter listrik untuk menutup tempat usahanya.
Langkah ini ditempuh untuk menghindari kecekalaan fatal yang melibatkan skuter listrik dengan pengendara jalan pada malam.
"Kami harapkan setelah pukul 23.00 WIB, operator escooter tidak lagi menyewakan itu, sehingga aspek keselamatan masyarakat itu yang utama," kata Syafrin.
"Kami pahami, begitu jalanan sepi tengah malam, pengguna melihat jalanan sepi akhirnya dia menjadi lalai dan terjadilah kecelakaan," ia menjelaskan. (TribunJakarta.com/Warta Kota/Kompas.com)