WNA China Sindikat Penipuan Digerebek
66 WN China Ditangkap di 6 Lokasi: Penipuan Melalui Telepon, Terungkap Indonesia Jadi Markas
Polisi menangkap 66 Warga Negara China terkait penipuan melalui sambungan telepon. Mereka ditangkap di 6 lokasi berbeda
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - Polisi menangkap 66 WNA China terkait penipuan melalui sambungan telepon.
Mereka ditangkap di berbagai lokasi yakni di Griya Loka BSD, Mega Kebon Jeruk, Kemanggisan, Pantai Indah Kapuk, Perum Intercon, dan Bandengan Tambora.
Berikut rangkuman TribunJakarta:
1. Hasil kerja sama dengan China
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus mengatakan penggrebekan ini merupakan hasil kerja sama Indonesia-Tiongkok.
Dari rumah ini, Yusri menyebut ada 26 orang yang diamankan, dimana 24 di antaranya merupakan WNA China.
"Di sini ada 26 orang pelaku yang diamankan, 24 di antaranya merupakan warga negara asing," kata Yusri kepada wartawan di lokasi, Senin (25/11/2019).
"Sedangkan dua WNI bertugas menjaga di sini, melayani para warga negara asing dari Tiongkok ini,” sambungnya.
2. Penipuan melalui telepon

Polda Metro Jaya membongkar sindikat penipuan yang mayoritas dilakukan para WNA China.
Salah satu lokasi yang digrebek yakni di sebuah rumah mewah di Jalan Anggrek Neli Murni, Kemanggisan, Jakarta Barat.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus mengatakan, para pelaku yang mayoritas WNA China ini diduga sindikat penipuan melalui sambungan telpon.
"Ini kasus tentang penipuan dengan menggunakan media telepon, di mana para pelakunya warga negara asing."
"Rata-rata ini warga negara dari China atau Tiongkok dan juga korbannya juga sama, korbannya warga negara asing sendiri atau dari China sana," kata Yusri usai penggrebekan di Jalan Anggrek Neli Murni, Senin (25/11/2019).
Yusri menyebut dalam menjalankan aksinya, pelaku menelpon langsung calon korbannya yang ada di China.
Pelaku umumnya bermodus untuk membantu korban mengatasi masalah pajak.
Setelah menawarkan bantuan, barulah pelaku meminta sejumlah uang dengan cara ditransfer.
"Mereka bersama-sama biasanya menelpon ke warga negara sana, menyampaikan bahwa anda ada kesalahan, misalnya pajak kemudian ada kesalahan kasus di sana. Dia menawarkan untuk dibantu oleh kepolisian di negara sana," kata Yusri.
Untuk memuluskan aksi penipuannya, kata Yusri, pelaku selalu menelpon di dalam boks. Tujuannya agar seolah-olah kondisi terdengar bising seperti layaknya sedang berada di kantor customer servis.
"Jadi sistemnya kayak penipuan menggunakan online," kata Yusri.
3. Alasan jadikan Indonesia jadi markas

Kombes Yusri Yunus menjelaskan alasan para WNA China memilih Indonesia sebagai tempat persembunyian mereka.
Yunus mengatakan, alasan pertama lantaran sistem jaringan internet di Indonesia dirasa mudah diakses.
"Yang pertama Indonesia ini jaringannya paling gampang. Jaringan internet di sini paling mudah," kata Yusri di lokasi penggrebekan di Jalan Anggrek Neli Murni, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin (25/11/2019).
Selain alasan itu, kata Yusri, banyaknya keturunan Tionghoa di Indonesia membuat sindikat ini merasa aman lantaran tak mudah terendus.
"Yang kedua Indonesia kulit mereka sama, banyak keturunan China di sini makanya mereja enggak terlalu mudah dicurigai oleh warg disini," kata Yusri.
4. Warga jadi kaget
Warga RT 10 RW 01 Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, dihebohkan dengan penggrebekan yang dilakukan polisi di sebuah rumah mewah yang ada di pinggir Jalan Anggrek Neli Murni.
Penggrebekan ini pun menjadi tontonan warga yang penasaran dengan keberadaan banyaknya polisi.
Sekretaris RT 10 RW 01, Bambang Agus mengatakan pihaknya tak menyangka bahwa rumah tersebut di jadikan tempat penipuan.
Pasalnya, penghuni di rumah mewah dua lantai ini tak pernah melapor ke pihak RT.
• Fakta-fakta Otak Bocah di Jaksel Mengeriput: Menurun Sejak Tinggal Kelas, Ibunda Dipukul Ayah Tiri
• Hasil PUBG Mobile PMCO Fall Split Prelims, Bigetron RA & 2 Wakil Asia Tenggara Lolos ke Global Final
• Hasil Sepak Bola SEA Games 2019: Malaysia Seri, Brunei Jadi Lumbung Gol Vietnam
"Awalnya ini rumah pribadi punya orang Medan terusnya dijual sama orang mana saya enggak tahu. Karena warga di sini kalau jual rumah enggak lapor siapa yang ngontrak atau yang beli," kata Bambang di lokasi, Senin (25/11/2019).
Selain tak mengenali penghuni rumah, Bambang mengatakan selama tinggal disana pelaku tak pernah berinteraksi dengan warga.
Ia menyebut penghuni dikenal tertutup. Pintu pagar rumah pun hanya dibuka apabila ada mobil yang masuk.
"Kita semua disini enggak ada yang kenal sama yang tinggal di sana," kata Bambang. (TribunJakarta/Elga Hikari Putra)