Bocah 14 Tahun Alami Pengeriputan Otak
Ibunda Bocah yang Alami Pengeriputan Otak Yakin Anaknya Bakal Sembuh
Saat ini, Panggah hanya menjalani perawatan di rumah. Namun, setiap sebulan sekali, ia membawa Panggah untuk terapi di RSUD Pasar Minggu.
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Muhammad Zulfikar
Bahkan, belum lama ini ia juga menggadaikan satu ponselnya lantaran menunggak biaya listrik selama tiga bulan.
"Digadai dapat Rp 1 juta. Buat bayar listrik tiga bulan Rp 600 ribu. Sisanya buat sambung hidup lah," ujarnya.
Puji mengaku harus mengeluarkan uang sebesar Rp 350 ribu untuk biaya terapi anaknya per bulan.
Belum lagi sereal dan susu untuk nutrisi Panggah. Di sisi lain, penghasilannya selama sebulan hanya Rp 1,3 juta.
"Saya buruh cuci dan setrika di daerah Kuningan. Ongkos jalan buat ke sana juga lumayan," ucap Puji.
Tubuh Panggah tampak sangat kurus dan kaku. Terlihat selang kecil memasuki lubang hidungnya.
Ia sudah tidak bisa lagi menggerakkan anggota tubuhnya. Di samping itu, Panggah juga tidak mampu lagi untuk berbicara.
Interaksi yang bisa dilakukan Panggah hanya membuka mata dan mulutnya, serta mengeluarkan suara seperti longlongan.
Puji mengatakan bahwa sang anak terkena penyakit pengeriputan otak.
Alhasil, Panggah kehilangan seluruh fungsi motoriknya. Dengan kata lain, lumpuh.
Menurut Puji, penyakit itu diderita Panggah sejak hampir setahun lalu, tepatnya 1 Desember 2018.
Lumpuh dan tak bisa bicara
Panggah Jalu Pawane, bocah laki-laki berusia 14 tahun, hanya bisa terbaring lemah di kasur rumahnya di Jalan Swadaya 1 RT 07/RW 10, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Tubuhnya tampak sangat kurus dan kaku.
Terlihat selang kecil memasuki lubang hidungnya.