Persija Jakarta
Kisah Jamaludin: Jakmania Berkaki Satu, Pernah Terinjak-injak dan Cerita Kenangan Bersama Fauzi Bowo
Dia kehilangan satu kakinya karena diamputasi usai menghantam peron saat berdiri di depan pintu kereta.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Loyalitas Jamaludin tak perlu disangsikan bila Macan Kemayoran, julukan Persija Jakarta berlaga di lapangan.
Meski hanya berkaki satu pasca-tragedi kecelakaan kereta api masa silam, semangat Jamaludin tak surut menyaksikan Persija.
Bila meminjam slogan klub asal Inggris, Liverpool, 'You'll never walk alone', rasanya tepat ditujukan kepada Jamaludin yang tak biarkan si macan loreng itu jalan sendirian.
Sebelum bertolak menuju Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk menyaksikan laga istimewa melawan Persipura Jayapura yang bertepatan dengan HUT ke-91 Persija, Jamaludin sempat diwawancara TribunJakarta.com.
Ia menceritakan latar belakangnya mencintai klub Persija Jakarta.
Kecintaannya terhadap Persija dimulai pascatragedi malang yang menimpanya saat duduk di kelas tiga bangku SMP.
Pada tahun 1997, ia harus merelakan kaki kanannya diamputasi usai menghantam peron saat berdiri di depan pintu kereta.
"Waktu itu saya berdiri di depan pintu kereta, saya bengong enggak tahu kereta mau sampai. Pas mau turun kaki kanan saya kebentur peron," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Kamis (28/11/2019).
Usai tabrakan itu, Jamaludin tak sadarkan diri hingga dilarikan ke rumah sakit.
Berselang tiga tahun pascakejadian itu, ia diajak oleh teman-temannya menyaksikan laga Persija di Stadion Menteng.
Tak sedikit di lingkungannya yang gandrung menyaksikan pertandingan Persija.

Awalnya, ia sempat ragu untuk menyaksikan laga Persija karena harus berdesak-desakan di tengah keterbatasan fisiknya.
"Saya diajak nonton pada tahun 2000. Awalnya saya takut nonton, karena kan aduh gimana kalau antre saya pakai tongkat," katanya.
Namun, keraguan itu beringsut sirna setelah ia memberanikan diri menonton dan diberi izin oleh orangtuanya.