Guru Besar UIN Yogyakarta Jelaskan Spiral Kebencian di Media Sosial
Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra memaparkan bagaimana ujaran kebencian dapat tersebar di media sosial.
TRIBUNJAKARTA.COM - Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra memaparkan bagaimana ujaran kebencian dapat tersebar di media sosial.
“Perpaduan antara kecenderungan politik, keyakinan keagamaan dan ketergantungan pada informasi yang diperbincangkan secara tertutup pada kantung-kantung percakapan menghasilkan peningkatan emosi dan kemarahan. Sehingga kemarahan, kecemasan, kesedihan dan kebencian menjadi lebih cepat berkembang di media sosial,” jelasnya saat menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar dalam bidang Ilmu Komunikasi.
Dalam pidatonya tersebut, Iswandi menjelaskan empat lingkar spiral kebencian yang menyebar di media sosial.
“Ujaran kebencian di media sosial tersebut menyebar melebar dari kebencian implosif yang terpendam hingga kebencian eksplosif yang tersampaikan. Pada lingkar spiral pertama, kebencian masih bersifat personal, tersimpan dan terpendam. Kebencian pada lingkar ini muncul karena adanya penerimaan, penyerapan atau internalisasi berbagai informasi yang tersebar pada berbagai jenis media sosial," jelasnya, Selasa (10/12/2019)
Iswandi melanjutkan, pada lingkar spiral kedua kebencian muncul sebagai akibat saling berbagi informasi yang menimbulkan kebencian bersama tentang suatu informasi tertentu pada satu kelompok yang memiliki karakteristik spesifik yang sama.
“Pada tahap ini, informasi yang beredar dianggap mengandung kebenaran sehingga dapat mengokohkan pandangan anggota kelompok yang sejenis," ujarnya.
Berikutnya pada lingkar spiral ketiga, kebencian di media sosial terjadi pada lintas kelompok netizen.
“Pada lingkar spiral ini, informasi bukan lagi sekedar informasi tetapi menjadi agenda atau isu publik," ungkapnya.
Selanjutnya pada lingkar spiral keempat, kebencian meledak sebagai ujaran kebencian yang tersampaikan di media sosial karena mendapat dukungan dari kelompkok komunal.
“Proses pada level ini terjadi secara hiper-interaktif. Saling serang dengan berbagai ujaran kebencian menjadi masif dan terbuka. Proses tersebut tidak dapat dikendalikan karena kebebasan berpendapat dalam iklim demokrasi yang dianut”.
Varian Baru Virus Corona Masuk Indonesia, Belum Ada Aturan Baru Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta |
![]() |
---|
Ayus dan Nissa Sabyan Diminta Tak Hinakan Diri, Ririe Fairus Blak-blakan Siap Menjanda |
![]() |
---|
Persib Bandung Tertarik Bawa Pulang Ferdinand Sinaga: Tak Lagi Meledak-ledak, Sekarang Kalem |
![]() |
---|
Biar Bisa Berduaan, Oknum Lurah di Bekasi Kurung Wanita Pedagang Warung, Kini Begini Nasibnya |
![]() |
---|
Pengakuan 4 Wanita Sekretaris Pribadi Orang Suci Wakil Dewa: Pakaian Dilucuti di Ruang Kerja |
![]() |
---|