Bertahun-Tahun Jadi Bos Siomai, Engkong Atmaja Mampu Miliki Kebun dan Sawah Ribuan Meter di Kampung
Hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun menjadi bos siomai ia sisihkan untuk membeli kebun dan sawah untuk masa depannya.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK GEDE - Sempat jadi bos siomai, Atmaja (73) miliki sejumlah kebun dan sawah.
Atmaja yang biasa disapa Engkong ini enggan beristirahat di kampung halamannya, Garut, Jawa Barat meski usianya sudah senja.
Hal ini lantaran Engkong enggan berkebun dan malas mencangkul. Sehingga ia memilih tetap bekerja di Bekasi, Jawa Barat untuk berjualan siomai.
Sejak lulus Sekolah Dasar (SD), Engkong sudah merantau ke Bandung mengikuti rekan sekampungnya untuk berjualan siomai.
Tak ingin terus-terusan menjadi pegawai, akhirnya Engkong secara diam-diam berguru dari bosnya.
Secara seksama dan rutin ia mempelajari cara pembuatan siomai. Sampai akhirnya setahun kemudian ia berhasil membuka usaha siomai sendiri.
• Kronologi Penemuan Anak Ular di Museum Basoeki Abdullah
Selama bertahun-tahun ia menekuni usaha tersebut.
Sebab menurutnya modal yang digunakan untuk siomai terbilang sedikit tapi menghasilkan pemasukan yang lumayan.
"Untuk nominalnya berapa saya lupa. Yang jelas itu memang menguntungkan pada saat itu ya," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (19/12/2019).
Pada awalnya, siomai jualannya selalu habis dalam sehari dan selalu cepat laku.
Namun ketika menjamurnya penjual siomai, akhirnya Engkong memilih berpindah kota.
Ia memilih Grogol, Jakarta Barat hingga Bekasi, Jawa Barat untuk menjual siomai buatannya.
"Saat itu siomai saya pakai ikan tenggiri. Saya pakai ikan bagus. Makanya ketika saya pindah kota pun masih laku," sambungnya.
Lambat laun, usianya pun berangsur menua. Ia pun menurunkan usaha tersebut kepada anak sulungnya, Yarwidaningsih.
Terhitung sejak tahun 2009 lalu, Engkong memilih tak lagi menjadi bos siomai.
Ia memilih untuk menjual siomai yang dibuat oleh anaknya dengan alasan usia yang menua.
"Ya kalau sudah tua kan memang tenaganya enggak banyak. Makanya sekarang jualin punya anak aja," ungkap Engkong Atmaja
"Nanti dari pendapatan harian 20 persen buat saya. Tapi ya itu kalau Engkong mau jajan pakai uang dia aja."
"Jadi pendapatan sama jajan beda. Enaknya di situ selain enggak ke pasar," jelasnya.
Tak banyak orang yang tahu jika Engkong sudah memiliki kehidupan yang mapan di kampungnya.
Hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun menjadi bos siomai ia sisihkan untuk membeli kebun dan sawah untuk masa depannya.
"Kalau rumah kan warisan karena kebetulan istri Engkong anak bontot."
"Tapi Engkong juga belikan kebun dan sawah di kampung dari penghasilan dulu," ungkapnya.
Tercatat, Engkong memiliki sawah 2.800 meter persegi dan kebun 7.000 meter persegi.
"Ya itu juga kalau enggak dibeliin emak dulu Engkong enggak mungkin punya sawah sama kebun."
"Jadi asal ada uang beli emas, pas ada yang jual sawah dan kebun baru emasnya di jual."
"Alhamdulillah makanya sekarang punya sawah sama kebun," katanya.
Sediakan sambal cabai
Selain tak banyak yang tahu soal sawah dan kebun yang ia punya, menurut Engkong banyak juga yang tak tahu perihal bumbu pada siomainya.
Engkong mengungkapkan jika siomai yang dijualnya memiliki perbedaan dari siomai lainnya.
Meskipun menggunakan bumbu kacang, saus dan kecap, siomai yang Engkong jual memiliki sambal cabai yang dikatakannya pedas sekali.
"Pas Engkong turunin usaha ke anak, dia yang hadirin inovasi ini."
"Jadi di sini ada sambal yang digodok kalau yang beli minta pedas banget," ungkapnya.
Adapun alasan dihadirkannya sambal rawit ini, yakni untuk memuaskan rasa pedas para pembeli siomai.
• Pencurian Motor di Kantor Ekspedisi di Kebon Jeruk Terekam CCTV
• Sisi Lain Bambang Pamungkas yang Tak Banyak Diketahui Orang
• Janji Marko Simic kepada Persija Jakarta Usai Perpanjang Kontrak Kontrak 3 Tahun
"Anak saya mau kasih tahu ke orang-orang kalau di siomai kita bisa dapatkan rasa pedas tapi bukan pedas saus."
"Jadi baru dituang cabainya dikit aja sudah berasa pedas."
"Kalau kata anak saya sesuaikan sama anak muda sekarang yang suka pedas," katanya.
Saat ini, penghasilan bersih sebanyak 20 persen yang Engkong dapat ia sisihkan untuk hari tuanya.
Sebab ia sudah tak ingin lagi membeli apapun karena sudah memiliki sejumlah kebun dan sawah yang terbilang luas.
"Ya intinya saya jualan ini karena malas nyangkul di kampung. Nah hasil jualannya saya simpan aja buat hari tua saya kalau sudah enggak bisa apapun."
"Sebab sebagai orang tua saya enggak pengin menyusahkan anak-anak saya," tandasnya