Sisi Lain Metropolitan
Kisah Rustam, Pria Asal Purbalingga Tetap Bekerja di Jakarta Usai Pembuluh Darahnya Retak
Pembuluh darah retak, Rustam (56) lanjutkan hidup sebagai pedagang asongan. Pria asal Purbalingga ini pernah bekerja di Sekretariat Jenderal Kemenkeu.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
Tak sampai satu tahun, Rustam kembali merantau ke Jakarta.
Bosan menjadi alasan utamanya merantau dan bekerja serabutan di Jakarta.
"Di kampung cuma bertani aja. Pas sampai sini saya ikut saudara aja jadi kuli bangunan," katanya.
Akhirnya sejak tahun 1985-2011 ia menjadi kuli bangunan di Jakarta dengan bayaran tak menentu.
"Penghasilannya ya enggak tentu. Kalau upah kuli per tahunnya ada kenaikan maka semakin bayaran ke sayanya juga meningkat."
"Soalnya awal jadi kuli bangunan itu perharinya cuma dibayar Rp 1.800," jelasnya.
Jadi pedagang asongan
Saat bayarannya sudah mengalami peningkatan dan banyak yang memakai jasanya, cobaan tiba-tiba saja datang kepadanya.
Di saat mampu menafkahi istri dan 4 anaknya, tiba-tiba saja kejadian tak terduga harus dihadapi Rustam.
• Persija Jakarta Pulangkan Fachrudin ke Madura United, Bagaimana Nasib Lini Belakang Macan Kemayoran?
Saat itu Rustam sedang bekerja sebagai kuli bangunan di daerah Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Lantaran sudah lama tak pulang kampung, Rustam meminta izin pamit kepada bosnya Deni untuk pulang kampung sementara waktu.
"Pas saya telepon bos, Deni, katanya suruh tunggu. Saya yang enggak tahan kepengin pulang akhirnya pinjam sama adiknya Deni itu."
"Dikasih Rp 1,5 juta lalu saya ke Purbalingga," katanya.
Pulang dengan kondisi sehat dan bugar, saat tiba di pertengahan jalan tiba-tiba saja tubuh Rustam terasa lemas dan tak bisa digerakkan.
"Ini awal mula saya jadi begini. Di bus itu saya keluar keringat dingin banyak banget terus langsung lemas," ungkapnya.