Food Story
Mencicip Gado-Gado Bon Bin Legendaris di Cikini: Disiram Bumbu Rahasia, Dimakan Bareng Kerupuk Udang
Memang, ini rahasianya yang membuat gado-gado Bon Bin tetap digemari pelanggan sejak berdiri pada tahun 1960 silam.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Kala sepiring gado-gado Bon Bin tersaji di atas meja, tampilannya tampak menggugah selera untuk segera dilahap.
Bumbu kacang kental yang khas terlihat berlimpah di atas sayur-sayuran.
Memang, ini rahasianya yang membuat gado-gado Bon Bin tetap digemari pelanggan sejak berdiri pada tahun 1960 silam.

Bumbu kacang Bon Bin adalah kunci. Pelanggan tak akan lari ke lain hati.
Jam makan siang, sebagian besar tempat makan disibuki oleh para pelanggan yang datang.
Tak terkecuali, tempat makan gado-gado Bon Bin yang beralamat di Jalan Cikini IV No. 5, Menteng, Jakarta Pusat.
Suasana siang itu, para pelayan sibuk menyajikan gado-gado ke meja-meja pelanggan.
Penerus kedua usaha tersebut, Hadi Lingga Wijaya (67) tampak sibuk dibelakang meja etalase yang berada di depan pintu masuk.
Tangannya sibuk meracik aneka sayuran dari atas tampah bambu yang terdiri dari bayam, kacang panjang, toge, kentang, tahu dan telor rebus yang dipotong setengah.
Usai meracik, ini yang ditunggu-tunggu, dari panci di sebelah tampah, bumbu kacang rahasia langsung disiram di atas piring.
Bumbu kacang itu mengguyur sayur-sayuran itu.
Hadi kemudian meletakkan seporsi gado-gado itu ke meja dekat kasir untuk diantarkan oleh pelayan.
Bumbu Rahasia yang Disiram

Hadi mengatakan bisa dibilang gado-gado Bon Bin ini disajikan dengan cara berbeda dengan kebanyakan penjual gado-gado lainnya, terutama pada bumbu.
Ia menjelaskan bumbu gado-gadonya telah disiapkan terlebih dahulu.
"Jadi kita persiapkan sehari sebelum jualan, besoknya tinggal kita siram. Makanya namanya Gado-gado Bon Bin siram," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (10/1/2020).
Menyoal bumbu gado-gado, Hadi menjelaskan bahwa itu dibuat oleh resep warisan ibunya yang pintar masak.
Dulu, lanjutnya, bumbu itu diciptakan dengan cara ditumbuk.
Seiring bergeraknya zaman, bumbu kacang itu digiling dengan mesin.
"Kalau dulu ada tukang tumbuknya sendiri dalam membuat bumbu kacang. Dia datang untuk numbuk aja. Alat tumbuknya kayak buat numbuk padi," tambahnya.
Dimakan Bareng Kerupuk Udang

Berbeda dari pedagang gado-gado lainnya, sepiring gado-gado Bon Bin dimakan bersama dengan kerupuk dan emping.
Menurut Hadi, penyajian dengan kerupuk udang menjadi salah satu yang berbeda.
"Khasnya itu juga di sini pakai kerupuk udang dan emping. Enggak tahu saya kenapa, ibu saya dulu sudah pakai itu," katanya.
Uniknya lagi, bila memesan gado-gado dengan lontong, Hadi hanya memberikan tiga potong saja untuk satu porsi.
Menurutnya, tiga potong lontong sudah cukup membuat pelanggan kenyang.
"Lontong hanya tiga potong. Biarpun segitu, cukup untuk pelanggan. Kalau mau nambah biasanya pesan double," tambahnya.
Jual Es Shanghai, Es Elit Zaman Dulu

Tempat makan gado-gado Bon Bin menjual es Shanghai yang menjadi salah satu menu andalannya.
Menurut Hadi, es shanghai merupakan minuman elit zaman dulu.
Menu itu menjadi salah satu yang diciptakan oleh ibunya.
"Zaman dulu kalau ibu pergi, beli ini. Es yang paling beda (pada masanya)," kenangnya.
Es Shanghai terbuat dari buah klengkeng kaleng, cincau, kelapa, sirup dan kental manis.
Selain itu, es cendolnya pun tak kalah nikmatnya untuk dinikmati.
Selepas menandaskan sepiring gado-gado, jangan lupa menyantap es Shanghai atau es cendolnya.
Apalagi disantap di tengah bekapan udara yang gerah di siang hari. Pokoknya klop!