Kisah Ndaru Patma Putri, Disabilitas Korban Gempa Berhasil Jadi Atlet Berprestasi
Lumpuh di usia muda, sempat membuat Ndaru Patma Putri kelahiran Bantul, Yogyakarta itu kehilangan semangat hidup.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji Tribun Jakarta
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Sambil mengigit medali, senyum sumringah terpancar dari Ndaru Patma Putri (28).
Ia berhasil menjadi yang tercepat dalam lomba balap kursi roda ketegori putri dalam ajang Jayakarta Loe Gue Run 2020 (JLGR) di Monas, Jakarta Pusat.
Uang tunai Rp 5 juta berhasil dikantongi atas prestasinya.
Ditemui seusai menerima hadiah, Ndaru mengaku ini adalah kali pertama dia mengikuti perlombaan semacam ini.
Adapun latar belakangnya, dia adalah seorang atlet tenis yang berasal dari penyandang disabilitas.
Kedua kaki Ndaru memang lumpuh hingga membuat pergerakannya terbatas. Kursi roda menjadi sahabat setianya untuk beraktifitas.
"Maraton baru kali ini, saya backgroundnya atlet tenis," kata Ndaru, Minggu (26/1/2020).
Berawal dari Gempa
Gempa yang mengguncang Yogyakarta pada Tahun 2006 silam mengubah jalan hidup Ndaru.
Kendati selamat dari musibah nahas itu, Ndaru harus merelakan kedua kakinya lumpuh akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
"Pas kejadian gempa saya sudah diluar rumah tapi jatuh kena reruntuhan tembok tetangga. Akibatnya, dua kaki saya lumpuh karena kena tulang belakangnya, saraf belakangnya kena," kata Ndaru menceritakan pengalaman hidupnya.
Lumpuh di usia muda, sempat membuat perempuan kelahiran Bantul, Yogyakarta ini sempat kehilangan semangat hidup.
Ia dihantui trauma dan rasa rendah diri.
Hingga akhirnya, datang salah satu komunitas tenis disabilitas yang datang ke desanya untuk melihat kondisi disana pasca gempa.
Melihat Ndaru yang menjadi disabilitas akibat bencana, komunitas tersebut mengajaknya bergabung.
Kendati sempat ragu, terlebih sama sekali tak mengetahui seputar olahraga teni, dengan berbekal masukan dari orangtuanya, Ndaru pun akhirnya bersedia masuk dan berlatih tenis di komunitas itu.
"Awalnya enggak mau karena malu kan dari yang bukan difabel ke difabel. Tapi akhirnya dari masukan orangtua juga, akhirnya ikut," kata Ndaru.
Torehkan Berbagai Prestasi
Berbekal keseriusan dan usahanya berlatih keras, Ndaru nyatanya bisa dibilang sebagai atlet disabilitas yang cukup berprestasi.
Deretan event untuk para penyandang disabilitas, baik di level nasional hingga internasional pernah diikutinya.
Sebut saja mulai dari Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) atau setingkat Pekan Olahraga Nasional (PON), ASEAN Para Games hingga Asian Para Games yang dihelat di tanah air pernah diikutinya.
"Tapi untuk Asian Para Games 2018 di Jakarta enggak juara, kalah di penyisihan saat melawan peringkat kedua dunia," kata Ndaru yang menyebut paling jauh pernah ikut lomba di ajang Turki Open.
Saat ini, Ndaru sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Peparnas 2020 yang akan dihelat di Papua.
Ia menargetkan dapat meraih beberapa medali emas, seperti yang pernah ia torehkan di ajang serupa sebelumnya.
"Gelaran terakhir, saya dapat tiga emas dari kategori tunggal, ganda dan mix. Semoga aja tahun ini lebih baik lagi," kata Ndaru.
Sebagai penyandang disabilitas, Ndaru pun memiliki pesan bagi para siapapun yang senasib dengannya. Ia meminta para penyandang disabilitas untuk berani mencoba dan tak rendah diri dengan keterbatasan yang ada.
"Jangan pernah takut mencoba. Karena kan pasti kita dengan keterbatasan pasti ada perasaan malu, tapi jangan pernah takut mencoba karena masih banyak di sekitar kita yang mau membantu," kata Ndaru.